Setelah kejadian kecelakaan kerja di laboratorium miliknya saat sedang meneliti sebuah obat untuk wabah penyakit yang sedang menyerang hampir setengah penduduk bumi, Alena terbangun di suatu tempat yang asing. Segala sesuatunya terlihat kuno menurut dirinya, apalagi peralatan di rumah sakit pernah dia lihat sebelumnya di sebuah museum.
Memiliki nama yang sama, tetapi nasib yang jauh berbeda. Segala ingatan tentang pemilik tubuh masuk begitu saja. Namun jiwa Alena yang lain tidak akan membiarkan dirinya tertindas begitu saja. Ini saatnya menjadi kuat dan membalaskan perlakuan buruk mereka terutama membuat sang suami bertekuk lutut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Dew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bisa-bisanya kamu menyiksa darah dagingmu
Mendengar sang anak kesayangan diperlakukan semena-mena oleh suaminya, membuat Helena murka. Apalagi saat ini anaknya itu sedang mengandung cucu pertama keluarga Bathari. Tentu saat mendapatkan telepon dari sang anak bahwa dia dikurung di kamarnya dan mendapatkan perlakuan tidak layak, Helena tanpa buang banyak waktu langsung meluncur ke rumah Althaf.
Meskipun sejak awal Helena tidak menyetujui Diyah menikah dengan Althaf, namun karena sang anak mengancam bunuh diri terpaksa dia memberikan izin. Ibu mana yang mau anaknya menjadi istri kedua seorang Althaf yang terkenal arogan. Apalagi Diyah pada saat itu sedang hamil, mau tidak mau pernikahan harus terjadi meskipun dilakukan secara siri.
Security dan pelayan yang berjaga mengizinkan Helena masuk begitu saja karena mereka tahu jika dia adalah ibu mertua Althaf. Meski sudah memasuki usia lima puluh tahun lebih, tubuhnya masih bugar.
“Althaf…. Althaf.. keluar kamu!!!” teriak Helena saat masuk ke dalam rumah.
“Nyonya, tolong pelankan sedikit suaranya. Tuan masih beristirahat, tolong jangan mengganggu ya Nyonya,” ucap Pak Ma dengan sangat. Beliau tahu betul jika semalaman Althaf tidak bisa tidur karena terus mencari tahu keberadaan Alena yang belum ketemu sampai saat ini.
“Heh, pelayan beraninya kamu menyuruh saya diam. Apa kamu tidak tahu siapa saya??” ucap Helena sombong.
Pak Ma membungkukkan tubuhnya, berusaha menghargai wanita tua di hadapannya. Padahal dari segi usia, Pak Ma jauh lebih tua.
“Saya tahu, anda mertua Tuan Althaf, ibu kandung Nyonya Diyah. Tetapi jika anda bertindak seperti ini, Tuan Althaf bisa marah, Nyonya,” ucap Pak Ma tetap bersabar.
“Jam segini masih tidur. Dasar lelaki payah, sok jantan memiliki tiga istri padahal pecundang!!!” umpatnya tanpa rasa takut.
Pak Ma hanya bisa menggelengkan kepalanya perlahan, cukup sulit mengatur wanita yang satu ini. Selain kedudukan keluarganya sangat berpengaruh, sikap arogan tak pernah lepas dimanapun dia berada.
“Saya ingin bertemu dengan anak saya, dimana dia?” tanya Helena celingukan.
“Nyonya Diyah ada di kamarnya Nyonya. Dia sedang terkena hukuman dari Tuan Althaf, jadi mohon maaf Nyonya tidak bisa bertemu dengannya.” Pak Ma masih berusaha berbicara dengan sabar.
“Persetan dengan Althaf, memang pria breng-sek!!!”
Helena langsung masuk ke dalam, mencari di mana letak kamar anaknya.
“Diyah.. sayang dimana kamu nak? Ini mamah datang,” teriak Helena masih dengan suara yang keras.
Meskipun hanya terdengar sayup-sayup, Diyah bisa mendengar suara teriakan ibunya. Dia pun terbangun dan segera menuju pintu kamarnya untuk memberitahukan dimana keberadaannya.
Diyah berusaha menggedor-gedor pintu dengan kuat agar ibunya bisa mendengar.
“Mah… mamah.. Ini Diyah disini, Mah!! Tolong keluarkan Diyah dari kamar ini. Hikss Diyah mau pulang mah,” teriak Diyah sambil tersedu menangis. Tubuhnya terasa lemas karena menolak makan makanan yang diberikan oleh pelayan.
Helena berjalan menuju sumber suara, dimana dia mendengar suara gedoran pintu.
“Mah… Mamah… Tolong Diyah, Mah. Diyah ingin keluar dari kamar ini,” ucap Diyah masih tetap berusaha.
“Sayang… Anak mamah, ini mamah datang. Mamah akan mengeluarkan kamu dari sini. Tunggu sebentar ya sayang.” Helena meyakinkan Diyah, dia segera mencari sesuatu untuk membuka pintu tersebut secara paksa.
“Tak ada yang bisa mengeluarkan wanita itu dari kamarnya kecuali saya!!” Suara bariton itu langsung menyita perhatian Helena dan segera membalikkan tubuhnya.
Pelayan yang ada di sana langsung menahan tubuh Helena yang hendak menyerang Althaf.
“Dasar menantu durhaka, teganya kamu mengurung dan menyiksa anak saya. Lepaskan dia, kembalikan dia kepada saya! Breng-sek!!!” umpat Helena sambil meronta-ronta.
“Mohon maaf Ibu Helena tetapi anak anda sendiri yang bermasalah. Anda tahu saya tidak pernah menghukum orang yang tidak bersalah,” ucap Althaf tenang.
“Apapun kesalahannya tapi Diyah sedang hamil. Bisa-bisanya kamu menyiksa darah dagingmu sendiri Althaf,” ucap Helena dengan kesal.
“Anakmu sendiri yang bersikap seperti seorang jalang, kembali mengulang kesalahan yang sama. Bahkan wanita malam saja, lebih terhormat untuk melayani pria. Tapi dia, menggunakan cara kotor, cara yang sama untuk menjebak saya!!!”
“Tidak…. Tidak mungkin Althaf. Anak saya adalah wanita terhormat. Apalagi dia sekarang istrimu, tidak mungkin melakukan hal itu. Apa jangan-jangan kamu yang tidak pernah menyentuhnya, jawab Al!!!”
Althaf mendelik, dia tetap tenang.
“Ibu Helena yang terhormat, apa anda lupa perjanjian apa yang telah kita sepakati??” Althaf berusaha mengingatkan ibu mertuanya.
Helena terdiam sejenak, dia berusaha mengingatkan kembali. Dirinya menjadi dongkol sendiri setelah mengetahui apa maksud Althaf.
“Kau memang breng-sek Althaf. Licik kamu!!!”
“Jika terjadi sesuatu dengan Helena dan calon anaknya, aku tidak akan tinggal diam Althaf!” lanjutnya, dia pun pergi dengan perasaan kesal dan marah.
Ingin mencaci maki tetapi tidak bisa. Namun bukan Helena jika hanya berdiam diri saat Althaf memperlakukan anaknya dengan semena-mena.
Pagi yang suram, Althaf merasa hari ini sangat tidak beruntung. Menghadap ibu mertuanya tentu tidak semudah itu, setelah ini pasti ibu dari Diyah akan melakukan sesuatu. Althaf bersandar sejenak, tubuhnya masih lemah. Masalah bertubi- tubi membuat otaknya harus selalu berpikir keras namun tubuhnya tak bisa beristirahat dengan baik.
“Tuan, posisi Nyonya Alena sudah ditemukan. Nyonya ada di pinggiran kota Bogor,” ucap salah satu anak buah Althaf.
“Lalu bagaimana kondisinya,” tanya Althaf
“Nyonya bersama sepupu Tuan. Tetapi saat ini mereka sedang diintai,” lapornya dengan hati-hati.
“Diintai? Maksudnya?”
“Ada yang mengincar Nyonya Alena, dari gerak-gerik mereka seperti tim bayaran profesional. Jadi kami belum bisa mendekat, khawatir mereka melakukan tindakan yang mengancam nyawa Nyonya.”
“Beraninya mereka mengincar kesayanganku. Siapkan semua, turunkan tim Elit. Saya yang akan memberi komando secara langsung!!”
...⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐...
Alena masih berdiam, tak banyak mengetahui apa yang terjadi. Zaldo membawanya ke sebuah ruang bawah tanah. Nyatanya pria itu tak memberiku penjelasan apapun saat di tanya. Terpaksa Alena pasrah karena kondisinya yang tak memungkinkan untuk bertindak sendiri.
Perasaan cemas tentu melanda dirinya, apalagi saat Zaldo justru sibuk bertelepon dengan orang lain. Orang yang diketahui sebagai asisten Zaldo berusaha menenangkan Alena yang terlihat panik.
Bagaimana tidak panik, situasi ini hanya pernah Alena lihat di film action. Dan kini dia mengalaminya secara langsung, suasana penuh ketegangan dan ketakutan yang tak bisa dihindari.
Zaldo mengelus pipi wanita di depannya dengan penuh kelembutan. Dia tengah berusaha mencari bantuan untuk menyelamatkan Alena. Zaldo sama sekali tidak menyangka jika orang-orang dari Silent Mask kembali mengincar Alena. Untung saja rumah ini dilengkapi dengan ruang bawah tanah rahasia yang bisa dijadikan tempat persembunyian sementara.
“Trust me, Alena. Everything gone be ok.” Zaldo memeluk tubuh Alena.
Semalaman Alena tak bisa tidur sama sekali, padahal efek obat yang dikonsumsinya bisa membuatnya mengantuk. Namun menghadapi situasi yang belum jelas membuat Alena merasa cemas berlebihan. Entah mengapa dirinya justru mengharapkan kehadiran Althaf saat ini.
“Apa kita baik-baik saja? Sebenarnya ada apa?”
“Aku kan sudah berjanji akan selalu menjagamu. Sebaiknya kamu beristirahat, jangan sampai kondisimu kembali drop,” ucap Zaldo mengingatkan.
Alena tak menjawabnya, hatinya benar -benar gelisah. Dia hanya meminta dipindahkan ke atas ranjang kemudian tidur membelakangi Zaldo.
Disepanjang perjalanan menuju tempat Alena, Althaf terus berkoordinasi dengan anak buahnya yang berada di lokasi. Kecemasan dan kekhawatiran jelas melanda, namun Althaf tak bisa gegabah karena belum mengetahui informasi siapa yang telah mengincar Alena.
“Tuan, ada email masuk,” ucap salah satu anak buah Althaf yang sedang bersamanya.
Althaf langsung mengambil tablet yang sedang dipakai anak buahnya untuk memantau kondisi disana. Awalnya Althaf ragu untuk membuka email tersebut karena alamat surel yang unik. Dia khawatir jika itu berisikan virus scam yang dapat merusak data atau membajak informasi penting lainnya.
Namun karena rasa penasaran yang besar, Althaf mulai membuka email tersebut dengan segala resiko yang dikhawatirkan. Ternyata email tersebut berasal dari Zaldo yang meminta dikirimkan bantuan beserta titik koordinat dimana lokasinya berada. Zaldo pun memberitahu jika yang telah mengepung rumahnya saat ini adalah Silent Mask.
“Gawat Tuan, mereka telah menerobos rumah itu dan terdengar beberapa tembakan. Dua orang dari team berhasil dilumpuhkan setelah ketahuan bersembunyi didekat mereka.”