Setelah belasan tahun terjebak di lingkungan berbahaya akhirnya Glamour bisa kabur dan menyelamatkan diri.
"Tuan selamatkan aku," bisiknya bergetar menahan tangis kepada pria yang menyewanya malam ini. "Apapun akan aku berikan kepadamu, termasuk keperawanku," imbuhnya, berharap pria yang memakai topeng itu mau membantunya.
Glamour tidak tahu jika pria yang tengah mendekapnya ini adalah mafia berbahaya dan paling keji di dunia. Ibarat kata, baru keluar dari kandang buaya tapi kembali terperangkap di kandang singa.
Bagaimana perjuangan Glamour untuk menyelamatkan hidupnya demi bisa kembali berkumpul dengan keluarganya?
Simak terus kisahnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seperti di Antartika!
Glam tidak banyak tanya dan tidak memaksa Damon untuk masuk ke Gereja, karena pada dasarnya setiap orang mempunyai keyakinan masing-masing dan itu sudah menjadi hak mereka, jadi ia tidak ingin ikut campur.
Damon menunggu di dalam mobil, tepatnya di depan gereja, membuka kaca jendela mobil seraya menyalakan rokok. Kepala dan punggungnya bersandar ke jok mobil, sembari menghisap rokok, pikirannya berkelana jauh ke masa lalunya yang sangat kelam.
Glam sudah keluar dari gereja. Ia mengerutkan alis ketika melihat mobil Damon masih parkir di tempat yang sama. Apakah pria itu menunggunya? Ah, mana mungkin! Glam mengenyahkan pikiran itu, mana mungkin pria dingin dan tidak memiliki hati seperti Damon menunggunya selesai beribadah di Gereja yang memakan waktu lumayan lama.
Tok ... Tok ...
Glam mengetuk kaca jendela mobil di sisi kanan.
Damon tersadar dari lamunannya, ia menegakkan badan, kembali memasang wajah dingin lalu menurunkan kaca jendela mobil.
"Anda sudah lama di sini?" tanya Glam sembari membuka pintu mobil.
Damon mengerutkan alis mendengar pertanyaan itu, tapi pada akhirnya ia menjawab, "baru!"
"Oh, aku pikir Anda menungguku," gumam Glam pelan, tapi masih di dengar oleh Damon.
Damon masa bodo dan tidak peduli dengan ucapan gadis itu. Ia pun menyalakan mesin mobil dan melajukannya menuju rumah.
Di mobil itu sangat hening. Damon sangat irit bicara, sedangkan Glam sedang larut dengan segala pikirannya yang berkecamuk.
"Anda punya orang tua, Tuan?" tanya Glam pada Damon.
"Tidak!"
"Apa mereka sudah meninggal?" tanya Glam lagi, penasaran dengan pria itu.
"Heemm!" Lagi-Lagi Damon hanya menjawab singkat.
Glam mengangguk paham, lalu kembali berkata. "Ketika usiaku 5 tahun, aku menyaksikan peristiwa mengerikan di rumahku. Malam itu Mommy dan Daddy tidak ada di rumah, aku bersama nanny-ku, tapi siapa sangka ada orang jahat masuk ke dalam rumahku malam itu dan membunuh semua pelayan dan penjaga di rumah. Kejadian itu sangat mengerikan sekali, aku bahkan sampai tidak bisa melupakannnya," ucap Glam dengan pandangan berkaca-kaca dan raut wajahnya menjadi sendu jika mengingat kejadian mengerikan itu.
Damon mendengar kisah Glam dengan seksama. Ia menoleh sekilas pada gadis itu yang tampak terpukul dan tertekan.
"Dan hal yang paling mengejutkan adalah orang yang aku kira dewa penyelamat justru menjualku ke Italia. Aku di sekap, dan di besarkan untuk di jadikan pelacur," imbuh Glam lagi dengan segala kesedihan menceritakan penderitaannya pada Damon. "Aku berusaha kabur dari kastil, tapi selalu gagal karena penjagaan di sana sangat ketat." Glam mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, tersimpan dendam di dalam hati untuk Nyonya Toro yang sudah tega menjualnya pada Nyonya Besar.
Damon melirik kedua tangan Glam yang terkepal erat, tentu saja ia tahu jika gadis itu tengah menahan emosi, kesedihan dan dendam yang sangat luar biasa.
"Maka dari itu aku berterima kasih kepada Anda karena sudah mau membeliku." Glam menjeda ucapannya sejenak. "Nanti malam aku akan tepati janjiku, memuaskan Anda, dan setelah itu aku berharap Anda membebaskan aku, agar aku bisa kembali ke Barcelona," lanjut Glam penuh harap, kali ini ia menatap Damon yang terlihat fokus menyetir mobil. Sedetik kemudian ia mengerucutkan bibir seraya mengusap air matanya karena berpikir kalau Damon tidak mendengarkan ucapannya. Pria itu sangat sulit di tebak karena raut wajahnya selalu dingin dan kaku.
"Percuma aku bicara dengannya! Bicara dengannya sama saja seperti berdiri atas gunung es Antartika!" dumel Glam di dalam hati.
Damon mencengkram erat stir mobil setelah mendengar semua ucapan Glam.
"Kau berharap bisa lepas dariku? Jangan harap! Aku sudah rugi besar karena membelimu yang sama sekali tidak berguna!" batin Damon, kesal.
Glamour sampai dendam kesumat sm di nenek lampir Toro yg tega menjualnya pd sang nyonya....
Smg setelah glamour hati damon terketuk punya rasa iba dan kasian terhadap glamour menolong mempertemukan kedua org tuanya....
lanjut thor....