TUAN MUDA ANTAGA
"Lahirkan anakku dengan selamat! Sebelum anak yang kau lahirkan menjadi sosok yang kuat, kalian jangan pernah menemuiku!!"
Ciiit...ciiit...ciiit...keak keak keak ciiitt...ciitt...terdengar nyanyian riang burung-burung gereja yang hinggap di ranting dan kabel-kabel listrik. Pertanda pagi cerah menyambut musim hujan. Aliran sungai bengawan solo yang jernih membawa kelopak bunga lilac ke hilir.
"Mboke, Lou berangkat dulu ya? Jaga dirimu baik-baik di rumah," kata pemuda desa yang tampan dengan riangnya.
"Jangan lupa kirim surat sesampainya di sana Lou!" jawab simboknya yang sibuk membereskan dapur.
"Beres mboke, bye bye...." sahut Lou memberi salam perpisahan dengan semangat.
Dia, merupakan sosok pemuda tampan yang memiliki IQ tinggi diatas orang-orang seumurnya. Cita-citanya adalah menjadi seorang dokter. Dia ingin sekali bisa melanjutkan kuliah di S. Namun apa daya? Dia hanya putra petani miskin yang kini tidak memiliki bapak. Sejak di dalam kandungan, dia tidak tahu siapa bapaknya. Orang desa lebih menyukai panggilan mboke dan pake.
Hari itu, Lou mendapat tawaran kerja di kota S. Demi cita-citanya, dia rajin belajar dan bekerja. Usahanya tidak sia-sia. Dia mendapat bea siswa dari pemerintah. Dia berjalan menyusuri jalan setapak yang di penuhi rumput bunga dandelion. Dengan secercah harapan yang tertinggal, suatu hari nanti dia ingin menjadi seorang dokter yang sukses. Meninggalkan kampung halamannya.
Pancaran matanya berbinar-binar laksana cahaya rembulan. Dia naik bus menuju ke kota S. Di sanalah kisah perjuangan cinta dan cita-citanya bersemi. Empat jam perjalanan yang dia tempuh dari kota M ke kota S dengan naik bus. Kala itu, jalanan tidak seperti sekarang. Macet, karena full kendaraan. Dulu, jalanan lengang dan lancar. Hanya transportasi umum yang beroperasi. Motor dan mobil pribadi, masih jarang yang punya.
Setelah turun dari bus, Lou langsung naik bemo menuju tempat kos-kosannya. Pemuda riang penuh semangat itu turun dari bemo begitu alamat yang di carinya ketemu. Dia memutuskan jalan kaki menuju ke tempat itu. Sepanjang jalan tampak deretan pohon yang rindang. Angin semilir nan sejuk, menyapa lembut parasnya.
"Hallo bu Ani...hari yang indah ya?" sapanya dengan riang begitu sampai tujuan.
"Untukmu kan tak pernah ada hari yang buruk. Sudah puas pulang kampungnya? Mana ceweknya?" tanya bu Ani dengan nada menggoda.
"Hahaha ada banyak. Nih, di dalam ransel. Ada buku anatomi, ada buku re produksi, ada buku pengobatan dan juga ada buku awet muda," jawab Lou sambil tertawa.
"Jawaban yang payah! Dasar kutu buku! Padahal jatuh cinta itu menarik lho?" goda bu Ani lagi, sambil memicingkan matanya ke arah Lou.
"Ah ibu, belum saatnya memikirkan masalah cinta. Selama saya pergi, apakah ada surat untuk saya bu?" tanya Lou sambil garuk-garuk kepala, menghindari godaan bu Ani yang rasanya tidak mau berhenti.
"Banyak tuh, dari cewek ada 5. Dari Rodrigo ada 1," jawab bu Ani sambil menunjukkan kunci kotak suratnya.
"Wah, trimakasih banyak bu. Rodrigo Alfabama Armando ingat padaku!" jawab Lou dengan girangnya.
"Dapat surat dari laki-laki kok bisa segirang itu? Melebihi girangnya dapat surat dari cewek? Apa kau tidak normal?" Lagi-lagi bu Ani menggodanya.
"Jiaaaa ibuuu....aku normal. Aku bukan gay bu Ani. Kejamnyaa...." Lou pura-pura memasang muka sedih yang perlu dikasihani.
"Huh, akal bulus. Cepat mandi sana, nanti kusiapkan makan siang. Sudah lapar bukan?" tanya bu Ani yang tidak terkecoh oleh wajah memelas Lou yang pura-pura.
"Hehehe tahu aja nih ibu, kalau perutku lapar," Lou membalas dengan senyuman.
Dia menaiki tangga demi tangga. Pintu kamarnya terbuka. Dengan lega, dia duduk di ranjangnya. Dia membuka semua suratnya.
"Waaaah, surat-surat cewek ini mengerikan semua! Isinya mengajak kencan semua. Memangnya profesiku sebagai gigolo ya?" Lou berjingkat dari ranjangnya karena ngeri membaca semua isi surat tersebut. Dia bergegas merobeknya dan membuangnya di tempat sampah.
Dia membuka surat yang terakhir, dari Rodrigo Alfabama Armando. Dia baca isi suratnya sambil tersenyum. Entah apa isi surat itu. Wajah kagetnya berubah menjadi senyuman.
"Hemm...dia nekat sekali. Padahal kurang 4-5 semester lagi dia lulus. Demi orang tua, cita-cita sendiri di korbankan. Haah jadi kesepian tanpa dia. Apakah nasehat bu Ani kuikuti ya? Tapi, cita-citaku bisa ambyar gara-gara cinta."
"Haaah capeknya..nanti malam sudah waktuku kerja. Besok kuliah, mana ada waktu untuk mengurusi cinta? Hari-hari seperti itu terus sungguh melelahkan." Lou merebahkan badannya. Karena lelah, dia pun tertidur.
Dalam tidurnya itulah, dia bermimpi bertemu wanita cantik yang parasnya bercahaya. Wajahnya bersinar, tidak terlihat siapa wanita itu. Namun terdengar suaranya yang merdu bagai lagu. "Beirus...lihatlah...cinta kita terlahir kembali. Dalam keadaan seperti ini, perasaan lebih kuat dirasakan. Badanku seperti terbakar. Perasaan ini tak akan pernah kulupakan. Walau 1000 tahun telah berlalu...walau waktu meninggalkan aku. Kalau cintaku tidak salah. Sampai rantai waktu berkarat dan putus. Sampai semua menerima..sampai semua selesai, perasaan cintaku padamu tak akan berubah. Tunggulah aku Beirus...akulah Aera mu."
"Oh?!" Lou terperanjat dan langsung bangun dari tidurnya. Dia masih termangu di pinggir ranjang. Tangannya menopang dahinya. Keringat dingin keluar dari tiap pori-pori kulitnya. "Apa ini? Mimpi yang aneh. Tapi kenapa aku merasa senang sekaligus takut?"
"Lou!! Hai!! Ayo kita berangkat! Kita kebagian 2 sip nih!!" Terdengar teriakan kencang dari bawah.
"Ya!! Tunggu sebentar!!" teriak Lou dari atas.
"Cepatlah tukang tidur!! Cheeff nanti marah lagi jika kita terlambat!! Orang itu licik sekali, apalagi tukang pukulnya!! Cepaat!!" teriakan dari bawah begitu kencang dan tidak sabaran.
"Iya iya iya dasar bawel!!" jawab Lou turun tangga sambil merapikan dasi kupu-kupu nya. Dia bekerja sebagai bartender di sebuah club terkenal di kota S. Gajinya lumayan besar pada jaman itu. Temannya bergegas menyalakan mobilnya.
"Cihuyyy...ayo berangkaaat...jangan mogok ya mobilku tersayang," kata temannya tadi.
"Huh!! Mobil buntut begini, mogok mulu. Mending rodanya lepas sekalian, biar pensiun," gerutu Lou begitu masuk ke dalam mobil buntut itu.
"Begini-begini teman setia lhoo. Kalau tidak ada mobil ini, kita repot kan? Setidaknya masih bisa jalan. Hehehe...." sahut temanya dengan wajah culunnya.
"Kamunya saja yang bandel. Mobil baru, di modifikasi macam-macam. Akhirnya malah bobrok tanpa bentuk begini," gerutu Lou lagi.
"Aku kan bukan orang alim yang kutu buku sepertimu. Mobil lux mana cocok denganku? Sebenarnya aku sudah bosan jadi bartender," jawab temannya dengan serius.
"Lalu mau kerja apa? Jadi pengangguran?" tanya Lou agak terkejut.
"Aku punya kenalan. Dia orang kaya lho. Pekerjaannya bisa menghasilkan jutaan dolar. Katanya sih, kalau aku mau setia..cabang disini akan diberikan padaku. Kau mau kujadikan partner?" tanya temannya lagi.
"Sepertinya menarik. Bisnis apa? Ingat, aku masih kuliah," jawab Lou dengan santai.
"Kau bersedia Lou? Kalau iya, malam ini adalah hari terakhir kita sebagai bartender," jawab temannya tersebut, sambil menghentikan mobilnya.
"Pekerjaannya apa?" tanya Lou penasaran.
"Bisnis ilegal. Penyelundupan senjata dan narkotika!" jawaban temannya membuat Lou terperanjat tidak percaya. Akankah Lou menyanggupinya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
☆☆D☆☆♡♡B☆☆♡♡
salam kenal 👋jika berkenan mampir juga😇🙏
2024-11-07
3
LISA
Aq mampir Kak
2024-11-20
0
Susi Ana
bismillah mulai dari awal lagi
2024-10-17
4