Menjadi seorang asisten rumah tangga bukanlah tujuan hidup bagi seorang wanita bernama ZENVIA ARTHUR.
Tapi pada akhirnya dia terpaksa menjadi ART seorang billionaire bernama KAL-EL ROBERT karena suatu alasan.
Bagaimana keseruan ceritanya?
follow instagram @zarin.violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Bab 10
Sekitar dua bulan yang lalu ...
"Mereka menemukan kita?" Ucap Sophia pada sang suami dengan suara lirih.
"Hmm ... kita pindah malam ini," jawab Sergio, sang suami.
"Bukankah sudah kubilang sebelumnya bahwa akan lebih aman jika Zi tinggal di asrama. Kau membuat hidup kita semakin rumit," sahut Sophia.
"Dia amanat kita. Aku tak bisa membiarkannya di asrama. Bagaimana jika mereka menemukannya?" sahut Sergio.
"Mereka tak tahu bahwa Zi ada. Dan mereka masih mencarinya. Jadi kita masih bisa menyembunyikannya sejak lama. Sekarang hidup kita berantakan karenanya," jawab Sophia.
"Nona Alma begitu baik pada kita dulu. Setidaknya inilah balasan kita karena jasa baiknya pada kita," kata pria paruh baya itu.
Sophia tak memiliki pilihan lain selain mengikuti perintah sang suami.
"Seharusnya kita mengirim dia ke luar negeri saja," kata Sophia.
"Ya, memang itu yang akan kita lakukan. Aku sudah meminta tolong pada kakakku," jawab Sergio.
Lalu kedua orang itu berkemas dengan cepat dan kemudian menaruh semua barangnya ke dalam mobil.
"Mom, Dad, kalian mau ke mana?" tanya Zenvia yang baru saja datang kuliah.
"Kita akan pergi berlibur. Siapkan pakaianmu. Bawa yang diperlukan saja," jawab Sophia.
"Liburan? Tapi aku sedang ujian di kampus, Mom," jawab Zenvia.
"Jangan banyak bicara!!! Lekas kemasi pakaianmu sekarang!!" Bentak Sophia yang memang sejak awal selalu keras pada Zenvia.
"Bagaimana dengan kuliahku?" tanya Zenvia.
"Bisakah kau menurut saja, Zi?" Sahut Sophia yang semakin emosi.
"Baiklah," jawab Zenvia pasrah dan masuk ke dalam rumah.
"Sayang, kami akan menjemput adikmu dulu ke sekolah," kata Sergio.
"Ya," jawab Zenvia tak semangat.
Lalu mereka berdua pergi dari rumah dan menuju sekolah Sherin.
"Apakah mereka masih belum mengetahui tentang Zenvia?" tanya Sophia.
"Belum, mereka masih menduga -duga. Dan kita adalah salah satu pelayan yang mereka curigai. Mereka mencari kita setelah menanyai pelayan yang lain dan beberapa panti asuhan," jawab Sergio.
"Sampai kapan kita akan hidup seperti ini?" tanya Sophia.
Sergio tak menjawab apa pun dan beberapa menit kemudian, mereka tiba di sekolah Sherin -- anak Sophia dan Sergio yang masih berusia 12 tahun.
"Mom, kak Susan ingin ikut bersama kita karena kak Eidef tak bisa menjemputnya hari ini," kata Sherin ketika sang ibu menjemputnya ke kelas.
"Baiklah, cepat panggil dia," kata Sophia.
"Ya, tunggu sebentar," jawab Sherin dan gadis itu berlari ke arah ruang guru.
Susan adalah sepupu Sheriin yang juga sekaligus guru Sherin di sekolahnya.
Susan merupakan anak dari kakak Sophia yang tinggalnya tak jauh dari rumah mereka. Usianya hampir sama dengan Zenvia dan mereka cukup dekat.
*
Kini mereka berempat sudah ada di dalam mobil dan kembali ke rumah.
"Aunty mau ke mana? Mengapa membawa banyak koper?" tanya Susan ketika melihat banyak tas dan koper di bagian belakang.
"Kami akan berlibur ke rumah kakek," jawab Sergio.
"Di musim sekolah seperti sekarang?" tanya Susan heran.
Sophia dan Sergio tak menjawab dan hanya diam.
BRAAAKKKK!!!!
Mobil mereka tiba tiba ditabrak oleh sebuah trus besar hingga mobil itu menghimpit tiang di pinggir jalan.
Dahsyatnya tabrakan itu membuat semua penumpangnya tak bergerak lagi dan darah mengalir di mana mana.
*
*
"Bagaimana?" tanya seorang wanita tua pada pria yang merupakan anak buahnya.
"DNA nya tak cocok. Wanita di dalam mobil itu bukan yang kita cari," jawab pria itu.
"Shiittt!!! Cari lagi sampai ketemu. Dan aku tak peduli berapa orang yang mati untuk menemukan anak itu," ucap wanita paruh baya itu dengan mata tajamnya.
*
*
"Kita akan ke mana, Paman?" tanya Zenvia ketika sang paman menarik tangannya keluar dari rumah.
Pria tua itu tak menjawab.
"Aku harus di sini menunggu mommy dan daddy," ucap Zenvia lagi.
"Mereka sudah mati," jawab Seran -- kakak kandung Sergio.
"A-apa??? Bagaimana bisa??" tanya Zenvia shock.
"Mereka kecelakaan. Semua meninggal. Dan kau harus ikut bersama paman," jawab Seran dan menyuruh Zenvia masuk ke dalam mobil.
Tubuh Zenvia serasa langsung lemas mendengar hal itu. Dia diam seribu bahasa dan hanya air matanya yang berlinang deras.
Seran hanya bisa terdiam dan melaksanakan apa yang menjadi amanat sang adik kemarin.
Dia akan membawa Zenvia pergi dari negara ini dan tiket nya pun telah disiapkan meskipun ia memakai cara ilegal karena tak punya cukup biaya.
Sesampainya di rumah, Seran membawa Zenvia masuk ke rumahnya.
Zenvia duduk di ruang tamu dan Seran mengambil sesuatu di dalam lemarinya.
"Ini tiketmu. Kau harus pergi dari negara ini besok pagi," kata Seran yang tentu saja semakin membuat Zenvia bingung.
"Aku tak mengerti maksud paman," jawab Zenvia.
"Begini. Paman akan menjelaskan secara singkat. Ada yang mengincarmu dan ingin kau mati. Orang tuamu mati karena hal itu. Dan satu lagi, mereka bukan orang tua kandungmu. Paman harus menyampaikan hal ini karena kau sudah cukup dewasa menerimanya. Besok pagi pergilah ke pelabuhan. Kau akan pergi ke Amerika. Sergio sudah menyiapkan semua keperluanmu termasuk uang. Kau bisa memulai hidup barumu di sana. Kau sudah tak aman di negara ini," kata Seran yang semakin membuat Zenvia bingung.
"Aku tak mengerti dan otakku masih tak bisa mencerna hal ini," jawab Zenvia yang matanya masih berair.
"Kau tak perlu mencerna karena ini tak akan bisa kau cerna di saat saat genting seperti ini!!" Bentak Seran.
"Naiklah ke atas ke kamar Sheila. Kau akan menginap semalam di sini," kata Seran.
Lalu Zenvia pun naik ke atas dan masih berpikir apa yang sebenarnya terjadi pada keluarganya.
*
Malam menjelang dan semua keluarga pamannya tampak makan malam di bawah, sedangkan Zenvia tak turun karena masih sedih dengan apa yang terjadi pada keluarganya.
Dia bahkan tak bisa melihat keluarganya untuk yang terakhir kalinya.
DOR DOR DOR
Suara tembakan terdengar dari bawah. Zenvia langsung ketakutan dan panik ketika mendengar hal itu.
Zenvia bersembunyi di lemari dan menutup mulutnya agar tak berteriak histeris.
Air matanya keluar karena dia mendengar apa yang dikatakan oleh para penjahat di bawah sana.
Suara itu terdengar jelas meskipun dirinya berada di lantai atas karena rumah itu cukup kecil dan terbuat dari kayu.
"Ambil sampel wanita ini," ucap salah seorang pria.
"Dia kakak Sergio jadi sasaran kita sudah benar. Bisa jadi pria ini memelihara anak itu," ucap salah seorang pria yang melihat ke arah Sheila -- anak tunggal Seran -- yang sudah bersimbah darah.
"Bakar rumah ini," kata salah seorang penjahat
Zenvia yang ada di atas langsung keluar melalui jendela dan membawa tas punggungnya yang sudah disiapkan oleh pamannya tadi.
Di dalam pikirannya kini hanyalah lari menjauh dari rumah dan juga negara ini.