Yang baik hati boleh follow akun ig di bawah.
ig: by.uas
Tag: comedy, slice of life, sistem, Kaya raya, semi-harem.
Jadwal Update: Random—kalo mau upload aja.
Sypnosis:
Remy Baskara, pemuda sebatang kara tanpa pekerjaan, sudah lelah dengan hidupnya yang hampa. Saat hampir mengakhiri hidupnya, tiba-tiba sebuah suara menggema di kepalanya.
[Sistem "All In One" telah terikat kepada Host...]
Dengan kekuatan misterius yang bisa mengabulkan segala permintaannya, Remy bertekad mengubah nasibnya—membalas semua yang menindasnya dan menikmati hidup yang selama ini hanya ada dalam angannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bayu Aji Saputra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 – Penghuni Baru Kost
Remy keluar dari toilet, langkahnya percaya diri sekali.
Saku kiri dan kanannya menggelembung, menunjukkan sedikit lembaran ratusan ribu rupiah.
Alfan dan Yudha memperhatikan Remy yang keluar dari toilet.
"Ngapa lo?" tanya Alfan, melihat gaya berjalan Remy yang sok banget.
Remy tak menjawabnya, wajahnya di penuhi senyuman.
"Udah gila nih anak" kata Yudha cengengesan.
"Beneran dapet jackpot kayaknya Yud." ucap Alfan, yang pertanyaannya tak kunjung di balas Remy.
Yudha mengangguk, "Iya kayaknya."
Remy duduk di bangku dekat mereka, "Ada rokok ga?" tanyanya.
"Tuh" balas Yudha, matanya mengarah ke bungkus rokok L.A ice purple.
"Ambil satu yak." ujar Remy. Dua pria lainnya mengangguk.
Dia mengambil satu batang, lalu menaruh di bibirnya. "Mana koreknya?"
Alfan menyodorkan korek kepadanya, Remy langsung mengambil dan membakar ujung rokoknya.
"huffttt~" dia menghembuskan asap rokoknya, terasa sangat menyegarkan.
"Lo kenapa Rem?" tanya Alfan, kali ini nadanya terdengar tak bercanda.
Yudha mengangguk pelan, "Iya, kenapa lo?"
Remy menggelengkan kepalanya. "Enggak," balasnya.
"Mobile Legend ga?" tanya Yudha, yang dari tadi masih di lobby bersama Alfan.
"Low baterai, lagi di cas tuh di kamar" ujar Remy, matanya menelusuri halaman kost.
"Bu Sari di mana btw? Kok ga keliatan" tanyanya, tak menemukan Bu Sari di halaman kost. "Padahal mau bayar sewa kost."
Mata Yudha dan Alfan terbelalak, mereka mengerutkan keningnya mendengar seorang 'Remy' ingin membayar kost.
Plak!
Yudha menampar pipi Remy keras-keras. Dia merasa aneh dengan perilakunya, masa iya seorang Remy yang lebih milih ga makan buat top up mau bayar kost?
"Lo masih sehat kan?" kali ini Yudha serius, di ikuti anggukan Alfan yang merasa setuju.
"Bangsat" umpat Remy, sambil memegang pipi nya yang baru saja di tampar Yudha. "Yang gila itu elo anjing tiba-tiba nampar."
Yudha nyengir mendengar umpatan Remy, "Abisnya, kelakuan lo enggak kayak biasanya."
Mereka bertiga tertawa, seolah kelakuan sampah begitu sudah biasa bagi mereka.
Tiba-tiba, Bu Sari muncul dari gerbang, memperlihatkanya senyumnya yang sumringah.
"Itu Bu Sari, katanya mau bayar kost." tunjuk Alfan ke Bu Sari.
"Oke, Thanks." dia langsung berdiri dan berjalan mendekati Bu Sari.
Terlihat, Bu Sari tengah melayani seseorang yang sepertinya akan menjadi pelanggan barunya.
"Bu Sari!" panggil Remy, matanya sedikit melirik ke arah orang yang sedang di layani Bu Sari. Seorang Wanita!
Bu Sari menoleh ke belakang, melihat wajah Remy aja ekspresinya langsung berubah menjadi malas.
"Kenape? Udah dapet duitnya?" tanya Bu Sari, suaranya terdengar sangat malas.
"Ngeselin abis.." gerutu Remy dalam hati. "Gausah gue bayar aja kali ya."
Ekspresi Remy berbeda jauh dengan hatinya, dia tersenyum kepada Bu Sari.
Dia mengeluarkan uang 10 juta dari kantongnya, "Ini Bu, sekalian bulan ini." ujar pria itu.
Bu Sari menjadi senang melihat segepok uang di telapak tangan Remy, tanpa basa-basi ia langsung mengambil uangnya.
Remy menatap Bu Sari yang tengah menghitung lembaran uang di tangannya dengan mata berbinar.
Tiba-tiba, Yudha menepuk punggung Remy lumayan keras. "Gile, duit dari mana Rem? Ngepet yak?"
Alfan berjalan di belakang Yudha, kedua lengannya di saku melihat ada wanita di sana. Sok cool banget emang.
"Elo kali yang ngepet!" seru Remy memasang ekspresi kesal.
Kelakuan mereka bertiga membuat wanita itu tertawa kecil, telapak tangannya yang kecil menutupi mulutnya. Rambut hitamnya yang lurus tergerai.
"Gila, cantik banget anjir?!" teriak mereka bertiga bersamaan dalam hati. Sinkron banget emang udah kayak saudara.
Yudha melangkah mendekati wanita itu, memberikan senyuman lembut. "Mau kost di sini?"
Wanita itu mengangguk kecil, membalas senyuman Yudha. "Iya" katanya.
"Kenalin, gue yang megang daerah sini." ucap Alfan dari belakang, kedua tangannya masih masuk ke dalam saku celana.
Mendengar ucapan Alfan, Remy dan Yudha tertawa terbahak-bahak.
"Megang retri aja takut, sok sokan megang daerah sini." ejek Remy kepada Alfan, yang selalu menolak menjadi jungler ketika mereka bermain Mobile Legend.
"Itu beda lagi Rem, bawa retri di Emel mah udah serasa bawa nama keluarga anjir." bela Alfan, menyangkal ejekan Remy.
Mata Yudha berputar malas, lalu berkata. "Itumah emang lo nya aja yang indomaret!"
Mereka tertawa lagi, kali ini mungkin lebih kencang dari sebelumnya.
"Udah sono ah pergi," kata Bu Sari mengusir mereka bertiga. "Ane mau nganter nona Laila ke kamarnya."
"Nona?" ulang Remy dalam hati, merasa janggal dengan sebutan Bu Sari kepada wanita itu.
Dia kembali mengamati wanita yang dipanggil 'Nona' itu, dan semakin merasa ada yang tidak biasa.
Laila mengenakan blouse putih polos dari Hermès yang tampak sederhana namun berbahan sutra halus, memancarkan kesan mewah.
Celana panjangnya dari Chanel dengan potongan yang rapi, membingkai kaki jenjangnya tanpa cela.
Sepatu yang membalut kakinya adalah Christian Louboutin, dengan hak tinggi berwarna nude yang terlihat elegan namun tidak mencolok.
Tas tangan yang ia bawa adalah Birkin dari Hermès, terbuat dari kulit buaya yang berkilau lembut di bawah cahaya, memberikan kesan understated luxury.
Aksesori lainnya? Hanya anting-anting kecil dari Cartier, sebuah gelang tipis emas putih yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, jelas terlihat dari desain halus namun berkelas.
Bu Sari melangkah pergi meninggalkan tiga pria yang sedang tertawa, kecuali Remy.
Laila mengikuti Bu Sari dengan tenang, langkahnya ringan tapi berkelas.
Saat ia melewati Remy, aroma parfum yang sempat tertinggal jelas terasa. Parfum itu, meski sederhana, memancarkan kesan mewah.
Remy mengenalinya sebagai salah satu dari koleksi ZARA, mungkin Femme, dengan campuran wangi buah pir yang segar dan sentuhan hangat dari vanila serta kayu cendana.
Meski bukan parfum dari brand high-end, aroma tersebut tetap terasa mahal dan elegan, mencerminkan gaya Laila yang sederhana namun tetap anggun.
...***...
Setelah selesai di luar, Remy duduk di kamarnya sendirian, memandangi ponselnya yang baterainya hampir penuh.
"Sistem, lo ngasih gue 10 juta emang enggak bakalan inflasi?" tanya Remy.
[Tidak]
"Lho, kok bisa?" tanyanya lagi, merasa penasaran.
[Tidak ada inflasi di sini karena saya menggunakan nilai mata uang yang tetap stabil]
"Hah? Stabil? Gimana sih?" Remy mengernyit.
[Tidak seperti dunia asli, di mana harga barang-barang dan jasa berubah berdasarkan berbagai faktor ekonomi, sistem ini berfungsi dalam ruang yang terisolasi. Inflasi terjadi karena permintaan yang lebih besar dari penawaran, atau uang yang beredar terlalu banyak. Di sini, pasokan dan permintaan tetap diatur sepenuhnya oleh Sistem.]
Remy merenung sejenak, mencoba mencerna penjelasan Sistem yang terasa agak rumit. "Jadi intinya... lo kontrol semuanya biar harga nggak berubah-ubah?"
[Tepat sekali. Saya memastikan agar semua nilai tetap konstan sesuai dengan keadaan saat ini. Dengan begitu, Anda tidak perlu khawatir tentang uang yang Anda dapatkan kehilangan nilainya seiring waktu.]
Remy tertawa kecil. "Gila, berarti gue nggak perlu takut foya-foya dong."