“Gun ... namamu memang berarti senjata, tapi kau adalah seni.”
Jonas Lee, anggota pasukan khusus di negara J. Dia adalah prajurit emas yang memiliki segudang prestasi dan apresiasi di kesatuan---dulunya.
Kariernya hancur setelah dijebak dan dituduh membunuh rekan satu profesi.
Melarikan diri ke negara K dan memulai kehidupan baru sebagai Lee Gun. Dia menjadi seorang pelukis karena bakat alami yang dimiliki, namun sisi lainnya, dia juga seorang kurir malam yang menerima pekerjaan gelap.
Dia memiliki kekasih, Hyena. Namun wanita itu terbunuh saat bekerja sebagai wartawan berita. Perjalanan balas dendam Lee Gun untuk kematian Hyena mempertemukannya dengan Kim Suzi, putri penguasa negara sekaligus pendiri Phantom Security.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fragmen 11
Bandara internasional kota Seul.
Sehelai kertas bertuliskan nama Suzi Kim diangkat tinggi oleh Gun. Satu per satu wajah yang muncul tak lepas dari pandangan. Tapi lagi-lagi mereka bukan yang dia tunggu.
Mungkinkah Suho Kim mulai pikun tentang tanggal dan memberinya waktu yang salah menjemput Suzi?
Pikiran Gun mulai kacau disengat kesal.
Dia terus mengumpat kasar dengan suara rendah. Ingin menyerah dan akan berbalik pergi, orang yang ditunggu tak jua muncul.
"Bau lumut rumah Archie lebih baik dari pada tempat sialan ini."
Kekesalannya muncul dari beberapa hari lalu. Tidak ada yang dia kerjakan lagi setelah lukisan nona muda selesai disempurnakan. Hanya merebah dan menunggu waktu kepulangan Suzi.
Markas besar Phantom bagi Gun juga bukan tempat yang menyenangkan. Melihat mereka berlatih bela diri dan menembak, atau menghabiskan waktu di ruang olahraga dengan para pegawai genit. Itu membosankan bagi seorang dia yang selalu bekerja di luar nalar.
"Sial! Aku bisa mati berdiri!"
Persetan dengan tugas pertama dari presiden. Dia akan mengundurkan diri dan kembali sebagai Gun si pelukis yang menyendiri dan Goblin yang bekerja ketika malam.
Membuang waktu menunggu seekor anak marmut yang lupa jalan. Pulang saja lalu merebah di sofa kenangan Hyena.
Keputusan yang tepat baginya, Gun benar-benar berjalan menuju parkiran di mana mobil yang dia bawa ada di sana.
Tapi belum sampai niatnya terealisasi ....
"Tasku! Kembalikan tasku!"
Perhatiannya tercuri oleh seorang gadis yang berlari mengejar seorang pria di area parkir. Satpam separuh tua dengan lari terengah mengikuti dari belakang.
"Apa-apaan mereka? Menugaskan orang yang hampir mati." Gun bersungut, mengomentari petugas keamanan yang tak lagi muda.
Akhirnya mengalah pada kenyataan, Gun menunda waktu untuk pulang. Kakinya tak tahan untuk bergerak, ikut-ikutan mengejar copet dengan wanita dan seorang satpam.
Tungkai kaki panjangnya bergerak cepat. Melompat dari satu atap mobil ke mobil lainnya hingga berakhir menendangkan kaki ke punggung sang pencopet.
Penjahat kecil itu tersungkur membentur pilar tinggi parkiran.
Satpam dan wanita yang mengejar terpelongo kaget langsung membeku diam, tak meneruskan langkah.
Seseorang baru saja melewati kepala mereka seperti seekor tupai.
"Kembalikan tas itu!"
Si wanita menatap punggung tegap yang berdiri di depan sana dengan perasaan takjub. "Ternyata bukan tupai raksasa," dia berguman spontan.
Sang copet meringsut takut, tas yang dicuri masih rekat dalam dekapannya. "Tidak!" Dia bergerak cepat dan berlari lagi, tak peduli sakit di punggung cukup menyiksa.
Gun tersenyum sinis. "Ternyata dia lebih suka dipaksa." Kemudian gegas mengejar dengan kecepatan sama dengan yang tadi.
Beberapa saat kemudian ....
"Ini tasmu!" Gun menyodorkan tas yang dia rebut dari pencopet pada pemiliknya.
"Ouh, tasku. Terima kas ... ih."
Tidak ada yang lebih menakjubkan dari ini. Wajah tampan tak manusiawi milik seorang pria yang baru saja menolongnya. "Tuhaaaan, kau mengirim malaikat hanya untuk menyelamatkan tasku? Bagaimana bisa seindah ini?'' Hatinya memekik takjub. Ini kali pertama dia melihat seraut wajah bisa begitu menyihir.
Bukan hanya dia, Gun juga nampak menelisik semua bagian wajah wanita di hadapannya itu.
Keduanya kini saling memandang, dalam makna berbeda.
"Kau ... apakah kau ... Nona Suzi Kim?"
Seketika gadis itu tersadar. "A-apa?!"
Gun mengulangi, "Apakah kau Nona Suzi Kim?"
Porsi wajah itu tak asing baginya, berjam-jam waktu dihabiskan untuk membentuk lukisan serupa di dinding kamar rumah presiden. Jelas saja dia tidak akan salah. Orang yang ditunggunya nyaris berlumut, adalah dia yang kini ada di hadapannya.
"K-kau ... mengenalku?" Terkejut karena pria yang sedari tadi dipujinya sedalam hati baru saja menyebut namanya dengan sangat lancar.
"Ya!" jawab Gun tanpa ragu. Satu tangan dirogohkan ke dalam saku celana. Sehelai kertas kini berada dalam genggaman. Ia lebarkan, lalu diperlihatkannya kertas bertuliskan sebuah nama itu ke wajah Suzi. "Aku pengawal yang diutus Tuan Presiden untuk menjemputmu."
Mengekspresikan betapa dia tidak percaya, Suzi melebarkan mata dan mulutnya sekaligus. "Benarkah?!"
"Aku tidak akan mengatakan kedua kali.”
Di sela itu, petugas yang tadi mendekat dan bertanya pada Gun, "Di mana pencopet itu? Apa kau berhasil menangkapnya?" Wajahnya celingukan ke sana sini dengan napas cepat.
Tidak ada siapa pun lagi di sana.
Pertanyaan itu juga mewakili Suzi. "Benar, di mana dia?"
Gun mendesah kasar. "Aku membiarkannya pergi. Dia datang bersama anaknya yang ingin makan. Aku mengambil beberapa helai dari dalam dompetmu dan memberikannya pada mereka," jelasnya tanpa beban.
"Ayo pergi."
Sikap seperti apa yang harus Suzi tunjukkan untuk pria itu, mulutnya seolah terkunci rapat saking takjubnya. Bukan perkara uangnya yang diambil dan diberikan pada pencopet, tapi ....
"Tadi dia mengatakan ... 'pengawal'?" tanya hatinya. Tak habis pikir sendiri. Seorang pengawal bagaimana bisa sesembrono itu?
Sekarang pria itu bahkan menarik tangannya tanpa canggung, padahal dia jelas tahu dirinya adalah putri seorang presiden.
Ya, putri presiden.
Walau sebenarnya gadis itu lebih mirip anak pengawal dibanding princess yang bermahkota. Sikap dan kelakuannya ceroboh. Suzi tidak kemayu seperti princess kebanyakan, kecuali tampil untuk beberapa kesempatan.
Habis urusan copet.
Di dalam mobil, Suzi terus mencuri pandang melalui spion dalam yang tergantung di dekat kepala Gun. Dia duduk di kursi bersilang arah dengan kemudi, mudah baginya mendapati wajah yang kini fokus ke jalanan dengan tangan sibuk memutar setir.
Sedikit bingung menyikapi keadaan. Biasanya Suho Kim mengirimkan Jae Won dan beberapa orang untuk menjemput atau mengantarnya kemana pun, tapi pengawal tampan itu hanya sendiri. Bagaimana jika dia menipu? Penculik dan lain sebagainya?
Tapi ....
Untuk mengatakan tidak percaya dengan jelas, kertas nama tadi bahkan bersegel khusus milik Phantom. Mobil yang kini dipakai juga yang sering digunakan Jae Won.
Sudah dua kali Krystal menghubungi Won, tapi pria itu tak menjawab panggilannya, apalagi sang ayah yang sudah pasti sibuk di jam-jam sepert ini. Setelah mereka berdua, tidak ada lagi yang Suzi percaya.
Jadi ....
"Apa kau benar-benar utusan ayahku?" Dia memberanikan diri untuk bertanya setelah pemikiran kotor lainnya muncul. “Bisa jadi Jae Won dirampok dan orang ini menggantikannya untuk kepentingan manipulasi.”
"Kenapa? Apa kau berpikir aku penjahat yang manipulatif?" Gun malah balik bertanya, terdengar seolah bisa membaca pikiran gadis di belakangnya.
"Umm ... tidak." Suzi merasa terintimidasi, kecerdasannya mendadak seperti kelinci.
Setelah itu keadaan kembali hening.
Gun tak peduli, pikirannya bukan tentang tugas yang kini dijalaninya. Bayangan foto seorang pejabat negara yang dikirim Archie melalui pesan, cukup mengganggu pikirannya. Pembunuh sebenarnya Hyena. Ada kebingungan yang terlukis di wajah yang seperti bukan dirinya.
"Aku harus memulai dari mana?" gumamnya seraya menepuk setir yang berada dalam kuasa tangannya.
Suzi mendengar itu segera mengerut kening. "Apa katamu?" tanyanya merasa pria itu bersuara [mungkin] untuk dirinya.
Menarik sesaat pandangannya ke belakang, Gun menjawab singkat, "Tidak ada."
Terlalu singkat dan sinis untuk seorang pengawal yang berbicara pada nonanya.
Memancing cebikan tipis di bibir Suzi. "Jelas-jelas kau barusan berbicara."
"Aku berbicara sendiri!"
ditunggu karya barunya yang tak kalah keren dan pasti mengguncang dunia perhaluan lagi. semangat n'sukses selalu Thor kesayangan.😘😘 lope sekebon orang beserta isinya🤣🤣🤣
akhirnya ketemu visual buat babang jagoan dan si cantik😍