Baru satu minggu Khalisa kehilangan pria yang menjadi cinta pertamanya, 'AYAH'. Kini dia harus menyaksikan Devan, sang tunangan selingkuh dengan Viola, kakak kandung Khalisa.
Belum juga selesai masalahnya dengan Devan dan Viola. Khalisa dibuat pusing dengan permintaan Sonia, kakak sepupu yang selalu ada untuk Khalisa, setiap gadis itu membutuhkannya. Sonia meminta Khalisa menggantikannya menikah dengan Narendra, pria yang sudah selama tiga tahun ini menjadi kekasih kakak sepupunya itu.
Sedangkan hati Khalisa mulai jatuh pada sosok Abian, dosen pembimbingnya yang sering memberikan perhatian lebih.
Bagaimana Khalisa menghadapi kerumitan hidupnya setelah di tinggal pergi sang ayah?
Apakah Khalisa menyetujui permintaan Sonia?
Yuk simak ceritanya di 'Selepas Cinta Pertama Pergi'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Pengakuan Sonia
Sonia kecewa Khalisa mengabaikan permintaanya. Dengan perasaan kesal, Sonia meninggalkan kamar Khalisa sambil menenteng test pack di tanganya. Sonia lupa jika dia berada di rumah.
Benar saja, saat Sonia keluar dari kamar, sudah ada paman Kamal berdiri di depan pintu. Tadinya papa Sonia itu ingin memanggil Khalisa setelah bibi Amanda memberitahu kalau Khalisa sudah datang.
Mata paman Kamal menangkap benda pipih dan panjang yang ada di tangan Sonia. Dia pria dewasa yang punya dua anak, tentu tahu benda apa itu. Ingatan paman Kamal tertuju pada pesan yang siang tadi dia terima, sepulang dari restoran ayah Arsyad.
Sonia tidak sempat menyembunyikan benda yang ada di tanganya. Dia tidak tahu harus beralasan apa selain mengakui jika benda itu milik Khalisa. Tujuannya hanya satu, agar paman Kamal segera menikahkan Khalisa dengan Narendra seperti tujuan awalnya. Sonia tidak berpikir, jika dia sudah memfitnah adik kesayangannya.
Sonia tahu cara yang dia tempuh kali ini salah. Tapi dia tertangkap basah memegang benda yang ada ditangannya sekarang ini. Sementara Sonia tidak ingin rencananya gagal. Sonia tidak ingin kedua orang tuanya tahu jika dia yang hamil.
Tanpa ditanya, Sonia memberitahu paman Kamal, "Nia menemukan ini di kamar Ica." ucap Sonia sambil memberikan test pack tersebut pada paman Kamal.
Pria paruh baya itu tidak bicara apa-apa. Dia sudah mengerti maksud ucapan Sonia. Paman Kamal meninggalkan Sonia yang menyesali perbuatanya memfitnah Khalisa.
"Maafkan kakak, Ca." gumamnya, lalu kembali ke kamar Khalisa. Sonia ingat, kalau dia meninggalkan hasil usg di kamar tersebut.
Sementara paman Kamal membawa benda di tangannya itu masuk ke ruang kerja. Dirogohnya kantong celana bagian depan, dimana dia menaruh ponselnya. Paman Kamal membuka kembali pesan yang dikirimkan oleh nomor yang tidak dikenal.
Pesan itu sebelumnya paman Kamal abaikan. Dia pikir hanya perbuatan orang iseng dengan memberitahu Sonia hamil. Paman Kamal tentu saja tidak percaya. Sekarang, dengan benda yang ada di tangannya. Apa dia masih tidak percaya?
Paman Kamal mengklik tombol untuk mendownload foto-foto yang dikirimkan oleh orang yang tidak dikenal itu. Mata paman Kamal membulat besar. Untung saja dia tidak punya riwayat penyakit jantung. Sehingga aman melihat foto sang putri tanpa busana bersama pria. Pria itu, pria yang siang tadi Viola kenalkan sebagai teman calon suaminya.
Sedih dan kecewa sudah pasti. Tapi sebagai seorang ayah, paman Kamal berusaha untuk bijak. Dia akan bertanya baik-baik pada Sonia. Mengapa Sonia justru memfitnah Khalisa yang paman Kamal yakin tidak tahu apa-apa.
***
Suara keras sebuah tamparan menghentikan ucapan bibi Amanda yang kecewa pada Khalisa. Dia terkejut, suaminya tidak pernah main tangan selama ini. Semarah apapun dia pada anak-anak dan keponakannya. Bahkan pada Viola saja, suaminya masih ingin bicara baik-baik. Padahal gadis itu sudah jelas-jelas salah.
Yang membuat bibi Amanda lebih terkejut lagi. Bukan Khalisa yang menerima tamparan tersebut. Melainkan Sonia.
"Pa, kenapa Nia yang Papa tampar?" tanya bibi Amanda tidak mengerti.
"Papa minta kamu jelaskan tentang benda itu! Bukan untuk menyudutkan adik kamu, Nia." ucap paman Kamal pada Sonia, mengabaikan pertanyaan istrinya.
"Itu Nia temukan di kamar Ica. Itu... benda itu milik Ica." ucap Sonia. Lancar sekali Sonia memainkan sandiwara yang dia buat dadakan, karena diluar skenario yang dia buat sebelumnya.
"Kamu yakin itu punya Ica?" tanya paman Kamal lagi, setelah dia bisa kembali menenangkan diri. Sonia mengangguk.
Khalisa ingin membela diri. Namun belum sempat dia bicara, paman Kamal mengangkat tangannya agar Khalisa diam saja. Khalisa pasrah, pamannya pasti percaya pada Sonia. Gadis itu pun mengurungkan niatnya untuk bicara.
"Bagaimana dengan ini?" paman Kamal melempar beberapa lembar foto hingga berserakan diatas meja. Sonia terkejut. Dengan cepat dia memungut foto-foto dirinya tanpa busana bersama Sultan.
Khalisa ikut terkejut. Dia memang belum bertanya siapa ayah dari bayi yang Sonia kandung. Tanpa Sonia jawab, Khalisa tentu sudah tahu jawabanya. Masalahnya, dari mana paman Kamal mendapatkan foto yang sangat pribadi itu?
Bibi Amanda merebut foto-foto yang ada ditangan Sonia. Jatuh air mata wanita paruh baya itu, sambil menatap tidak percaya pada apa yang dia lihat. "Katakan kalau ini tidak benar Sonia." ucapnya. Berharap semua foto itu hanya sebuah editan.
Sonia diam. Dia tidak tahu harus menjawab apa? Rencananya gagal. Dia kira dia bisa menuduh Khalisa yang hamil oleh Narendra, lalu papanya akan menikahkan kedua orang tersebut. Tapi kenyataanya, Papanya tahu apa yang dia lakukan diluar sana.
Sonia teringat pada ucapan Viola. Sepupunya saja bisa tahu apa yang terjadi padanya. Apa lagi sekelas papa dan Narendra. Bukan hal sulit bagi mereka mencari informasi seperti ini.
"Maafkan Nia. Nia tidak bermaksud memfitnah Ica. Tapi tadi papa melihat test pack ditangan Nia. Nia takut, Nia tidak mau papa dan mama tahu kalau Nia hamil." ucap Sonia. Lebih baik dia mengakui yang sebenarnya dari pada dia meneruskan kebohongannya yang sudah diketahui sang papa.
"Ica, maafkan Kakak. Kakak tidak tahu harus bagaimana? Kakak tudak menyangka akan hamil dengan pria lain." ucap Sonia lagi.
"Kenapa Kak? Kenapa Kakak selingkuh dari kak Rendra sampai sejauh ini?" tanya Khalisa yang lebih memikirkan perasaan Narendra. Dia tahu rasanya dikhianati. Bahkan sampai sekarang dia masih belum bisa bertemu Devan dan Viola.
"Kakak dijebak malam itu. Nia dijebak teman Nia, Ma, Pa." jawab Sonia.
Lalu gadis itu menceritakan apa yang tejadi. Hanya saja, dia tidak menceritakan bahwa dia kembali berhubungan dengan Sultan setelah kejadian malam itu.
"Ca, tolong gantikan Kakak. Menikahlah dengan Mas Rendra. Selama ini kamu lebih mengerti bagaimana dia dari pada Kakak. Selama ini, kamu yang selalu ada untuk dia, dari pada Kakak. Selama ini, dia jauh lebih sayang sama kamu, dari pada Kakak. Dia selalu mengutamakan kebahagiaan kamu, dari pada kebahagian Kakak." ucap Sonia membujuk.
Sonia berhara, Khalisa memikirkan semua yang dia ucapakan. Yang semua itu benar adanya. Sonia baru menyadari itu, setelah dia berpikir, mengapa dia tergoda dengan Sultan hingga sejauh ini. Karena Sultan mampu memberikan apa yang tidak pernah diberikan Narendra padanya. Karena Narendra memberikan semua yang sonia inginkan pada Khalisa.
"Kakak sendiri mau bagaimana?" tanya Khalisa.
Begitulah Khalisa, dia lebih mengkhawatirkan orang disekitarnya dari pada dirinya sendiri. Dia tidak mungkin bisa bahagia diatas kesedihan orang lain. Walau Khalisa membenarkan semua yang Sonia katakan.
"Suruh pria itu datang menghadap Papa." ucap paman Kamal, karena Sonia hanya diam saja. Tidak menjawab pertanyaan Khalisa. Padahal paman Kamal juga ingin tahu, apa yang akan Sonia lakukan kedepannya.
"Dia pria yang siang tadi dikenalkan Viola sebagai teman calon suaminya, bukan?" ucap paman Kamal lagi. Sonia mengagguk.
Khalisa mengerutkan kening tanda berpikir, "Teman calon suami Kak Vio?" beo Khalisa. Lalu dia menoleh pada Sonia, "Siapa Kak? Pak Bian?" tanya Khalisa. Yang dia tahu orang yang sering bersama Sultan adalah dosennya itu.
"Bukan Bian dosen kamu itu. Kakak juga baru bertemu tadi, waktu di restoran ayah Arsyad. Namanya Julian." jawab Sonia.
"Hubungi dia sekarang! Papa tunggu." ucap paman Kamal memberi perintah.
"Jangan lupa, minta Rendra juga datang. Kamu harus mengakhiri pertunangan kamu dan dia, Nia."
"Baik Pa, Nia akan hubungi Sultan. Tapi..., Nia tidak berani bertemu mas Rendra." jawab Sonia.
"Ca, tolong Kakak." ucap Sonia memohon.
"Kamu yang berbuat, kamu yang bertanggung jawab Sonia. Mengapa kamu memberatkan adik kamu? Janga paksa Ica, biarkan dia memilih pria yang akan mendampinginya." ucap paman Kamal lagi.
Hening. Tidak ada yang berani membantah ucapan paman Kamal sebagai pemimpin dikeluarga ini. Sonia akan bicara lagi dengan Khalisa nanti. Bicara dari hati ke hati. Membujuk adiknya agar mau menerima permintaannya. Narendra pria yang tepat untuk Khalisa. Sonia yakin itu. Melihat dari interaksi mereka bertiga selama ini.
Bibi Amanda tidak bisa berkata apa-apa. Dia kecewa dengan putri yang selama ini dia bangga-banggakan. Meski menurut Sonia, putrinya itu dijebak. Entah mengapa bibi Amanda tidak percaya sepenuhnya.
Sementara Khalisa sedang berperang dengan pikirannya. Antara menerima dan menolak permintaan Sonia. Khalisa bigung dengan perasaannya. Disatu sisi dia ingin selalu berada di dekat Narendra. Tapi disisi lain dia ragu dengan pernyataan cinta Narendra. Mungkin saja pria itu sudah tahu tentang Sonia, sehingga berpaling padanya. Khalisa mengabaikan apa yang tadi Sonia katakan tentang sikap Narendra selama ini kepadanya.
Keheningan yang terjadi diruang keluarga tersebut terusik. Mereka tiba-tiba dikejutkan dengan sapaan seseorang. Seseorang yang membuat paman Kamal lansung bangkit dari duduknya.
"Papa!" panggil Sonia, bibi Amanda dan Khalisa bersamaan.
...◇◇◇...