NovelToon NovelToon
Satu Hati Yang Kuberi Cinta

Satu Hati Yang Kuberi Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa / Slice of Life
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Queen Dee

Magika dan Azzrafiq tak sengaja bertemu di sebuah cafe, saat Magika sedang melakukan tantangan dari permainan Truth or Dare yang dia mainkan bersama teman-temannya.
Hanya dalam satu malam saja, Magika mampu membuat Azzrafiq bertekuk lutut, mereka melakukan hal-hal gila yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka melakukannya atas dasar kesenangan belaka.
Keduanya berpikir tak akan pernah berjumpa lagi dan hanya malam ini saja mereka bertemu untuk yang pertama sekaligus yang terakhir.
Namun takdir berkata lain, Magika dan Azzrafiq dipertemukan lagi, karena mereka diterima di kampus yang sama dan lebih tak disangka lagi mereka satu jurusan, tapi keduanya tidak saling mengenali karena saat pertemuan malam itu, mereka dalam pengaruh alkohol yang membuat keduanya tak ingat apa yang telah terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjauh dan Hilang

Tugas terakhir peserta ospek adalah meminta tanda tangan kakak tingkat sesuai dengan nama yang tertulis di daftar nama anggota HIMA, tentu saja mereka semua belum tahu siapa nama-nama anggota HIMA.

Seperti ospek pada umumnya, sebelum mendapatkan tanda tangan anggota HIMA, para peserta ospek harus melakukan apa yang kakak tingkat perintahkan.

Magika dan Azzrafiq mendatangi Mochtar terlebih dahulu, karena tak ada yang berani meminta tanda tangan Ketua KOMDIS tersebut.

"Kalian yang mangkir dari pos KOMDIS semalam ya? Ada apa datengin saya?" Tanya Mochtar galak.

"Ya minta tanda tanganlah, Kak Mochtar bisa lihat sendiri." Jawab Magika ketus.

Mochtar menyeringai mendengar nada ketus Magika, dia sudah menyiapkan tantangan untuk adik tingkatnya ketika meminta tanda tangannya.

"Bacain dulu UUD tahun 1945 dengan sempurna tanpa ada kata dan kalimat yang terlewati, silahkan searching, saya kasih waktu lima menit untuk menghafalnya, lima menit di mulai dari sekarang." Perintah Mochtar.

Azzrafiq mengeluarkan ponselnya untuk searching pembukaan UUD 1945, sinyal di sini cukup jelek hingga membuat pencarian mereka terhambat waktu tersisa tiga menit lagi.

Beruntungnya, Azzrafiq bisa menghafalnya dalam waktu dua menit, begitu juga dengan Magika yang memang keahliannya menghafal dengan cepat.

"Kita bakalan bacain UUD 1945 asal Kak Mochtar dengernya jangan sambil lihat teks juga." Tantang Magika.

"Ok, kalo gitu kita kumandangkan UUD 1945 bersamaan, pertama kamu dan saya." Tutur Mochtar menunjuk Magika.

"Bisa dimulai sekarang?" Tanya Azzrafiq.

"Aku udah siap." Kata Magika.

"Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pembukaan.."

Magika dan Mochtar melafalkan UUD 1945 secara bersamaan, keduanya berhasil dan tak ada satu katapun yang terlewat.

"Mission success." Tukas Azzrafiq.

"Baiklah, kalian udah ngelakuin apa yang saya perintahkan, mana daftar buku tanda tangannya?" Ujar Mochtar.

Magika dan Azzrafiq memberikannya, lalu Mochtar tanda tangan di buku daftar nama anggota HIMA dan meninggalkan mereka berdua.

"Segitu doang?" Tanya Magika tak habis pikir.

"Padahal aku belum dites, aku kira tantangan ketua komdis bakalan susah."

"Ya bagus deh, tapi seru juga ya ngelakuin tantangan gitu, ayo kita minta tanda tangan yang lain." Magika berseru antusias.

Bagi Azzrafiq meminta tanda tangan anggota HIMA adalah hal yang tak terlalu penting, dia juga tak terlalu mau mengenal mereka semua, tapi melihat Magika yang begitu antusias, dia menuruti keinginan gadis itu, dia melakukannya hanya untuk Magika.

Dengan semangat Magika menghampiri kakak-kakak tingkatnya, dia tak peduli mereka anggota HIMA atau bukan, yang penting buku daftar tanda tangannya terisi penuh.

Dan yang pasti Azzrafiq selalu memback-up ketika melihat Magika kesulitan melakukan beberapa tantangan yang diberikan kakak tingkat, dia tak akan membiarkan gadis itu kesulitan.

Setelah mendapatkan tanda tangan kakak tingkat yang cukup banyak, Magika dan Azzrafiq istirahat sejenak, Randy menghampiri keduanya dan menandatangani buku mereka dengan sukarela.

"Wiih keren udah dapet banyak tanda tangan." Seru Randy.

"Iya dong." Tukas Magika senang.

Randy memperhatikan Azzrafiq, teman-teman wanitanya sering membicarakan adik tingkatnya itu, setelah dilihat-lihat memang benar Azzrafiq memang menawan, selain itu postur tubuhnya juga atletis, sebagai lelaki Randy mengakuinya.

"Ini mah karena Azzrafiq kali, kebanyakannya aja tanda tangan kakak tingkat cewek, pasti cuma dikedipin doang langsung dikasih tanda tangan." Celetuk Randy.

Magika menatap Azzrafiq."Iya sih kebanyakan kayak gitu, cuma minta selfie bareng udah dikasih tanda tangan."

Azzrafiq tersenyum pada Magika seraya mengusap kepalanya, dia coba membesarkan hati gadis itu.

"Enggak kok, ini semua juga usaha keras kamu Gee." Tutur Azzrafiq, meskipun kebanyakan dia sendiri yang melakukan tantangan.

"Aku sih gak percaya." Ejek Randy.

"Tapi sebenarnya untuk apa Kak semua ini?" Tanya Azzrafiq.

"Yaa supaya lebih dekat aja sama anggota HIMA, begitu lah cara mereka mengenal adik-adik tingkatnya, nanti bukunya dikumpulin, siapa yang dapet tanda tangan paling banyak, akan mendapatkan rewards." Jawab Randy.

"Waaah jadi makin semangat mintain tanda tangan." Seru Magika.

"Kalo kamu sih bakalan gampang Fiq, bukan kamu yang nyari, tapi mereka." Ujar Randy seraya menoleh pada teman-teman wanitanya yang berdatangan.

"Hahaha bener juga sih." Celetuk Magika.

Sekumpulan kakak tingkat cewek melihat keberadaan Azzrafiq, mereka semua memanggilnya, namun lelaki itu tak menggubris sama sekali.

"Tuh kan baru aja aku bilang." Tukas Randy.

Azzrafiq yang melihat segerombolan kakak tingkat perempuan yang coba menggoda dan cari perhatiannya, segera menghindar dengan izin ke toilet.

"Aku ke toilet dulu, kamu tunggu dulu ya Gee." Kata Azzrafiq pada Magika.

"Jangan lama-lama ya, aku gak mau deket sama Kak Randy." Celetuk Magika.

Randy yang gemas mendengar celetukkan adik tingkatnya itu, langsung mengacak-ngacak rambut Magika.

"Ish Kak Randy, jadi berantakan." Gerutu Magika.

"Okelah, aku bakalan menghilang dari hidupmu." Ucap Randy.

"Gak usah alay gitu deh Kak, kesel dengernya."

Randy terkekeh."Ya udah, aku mau santai dulu kalo ada apa-apa, telepon aja."

"Punya nomornya aja enggak."

"Kalo gitu mana nomor kamu? Nanti aku hubungi." Ujar Randy seraya memberikan ponselnya pada Magika.

Magika mengambil ponsel Randy dan mengetikkan nomornya dengan terpaksa."Modusnya udah kebangetan!"

"Protes muluk bisanya." Tukas Randy seraya mencubit hidung Magika.

Magika berdecak seraya mengembalikan ponsel Randy. "Kak Randy nyebelin ya."

"Emang!" Ujar Randy seraya menelepon nomor Magika untuk memastikan, barangkali adik tingkatnya itu memberikan nomor palsu.

Magika merasakan ponselnya bergetar ada panggilan dari nomor yang tak dikenalnya, dia langsung me-reject-nya karena tahu itu pasti Randy.

"Jangan lupa save nomornya, aku tinggal dulu ya." Randy berpamitan seraya melambaikan tangannya.

"Pergi aja sejauh mungkin!" Celetuk Magika.

Sambil menunggu Azzrafiq dari toilet, Magika menghampiri tiga orang kakak tingkat cewek untuk meminta tanda tangan, mereka tampak sedang memperbaiki riasan wajah.

Tiga orang kakak tingkat itu melirik Magika dari ujung kaki hingga ujung kepalanya, Ayara salah satu diantara mereka sangat menyukai Azzrafiq, dan merasa iri ketika melihat Magika begitu dekat dengan lelaki yang disukainya.

Melihat situasi yang sepi, seolah memberikan kesempatan untuk mengerjai Magika, Ayara membisiki kedua temannya agar memberikan pelajaran pada Magika.

"Ada perlu apa?" Tanya Ayara.

"Mau minta tanda tangan?" Tanya yang lainnya.

Magika yang semula ingin meminta tanda tangan, seketika malas melihat tatapan mereka yang tampak mengintimidasinya.

"Maaf saya cuma mau tanya, toilet yang dekat di sini tuh di mana ya?" Dusta Magika.

Mereka semua tertawa mendengarkan alasan klasik dari Magika, ketiga kakak tingkat itu menyadari ketidaknyamanan yang dirasakan Magika.

"Turuti dulu perintah kita, baru nanti kita kasih tahu toilet yang dekat di sini." Ujar Ayara.

Kedua teman Ayara segera mengambil langkah, satu diantara mereka memegangi tangan Magika dan satu lagi memegangi wajah gadis itu agar tak berontak, Ayara memoleskan bedak dan lipstik pada wajah Magika.

Ayara membuat Magika tampak seperti joker, dia juga mengikat rambut adik tingkatnya itu menjadi beberapa bagian layaknya badut.

Magika mencoba tenang ketika mereka semua merundungnya, dia tak ingin terlihat lemah di depan oknum kakak-kakak tingkatnya.

"Sekarang kamu juggling tiga bola ini, sambil bernyanyi lagu manusia bodoh." Perintah Ayara.

"Biar gue yang lakuin." Seru Azzrafiq yang tiba-tiba datang mendekati mereka.

Kedua kakak tingkat itu tertawa tak peduli, berbeda dengan Ayara yang tampak menjadi diam. Azzrafiq membuka bajunya untuk menghapus riasan yang menempel di wajah Magika, dia juga merapikan lagi rambut gadis kesayangannya yang tampak berantakan dan tak karuan.

"Gue gak nyangka, lo ternyata seorang pembuli." Pekik Azzrafiq pada Ayara.

"Beraninya sama kakak tingkat bilang lo-gue." Protes salah satu teman Ayara.

"Rias wajah gue sekarang! Percis kayak yang udah lo lakuin sama Magika." Bentak Azzrafiq.

"Heh, lo itu cuma adik tingkat meskipun Ayara.." Pekik salah satu diantara mereka

"Udah kalian diem!" Potong Ayara dengan cepat pada teman-temannya.

Ayara adalah mantan Azzrafiq ketika SMA, meskipun statusnya sebagai kakak tingkat tapi Ayara masih seumuran dengan Magika dan Azzrafiq.

Mengetahui Azzrafiq kuliah di kampus yang sama bahkan mengambil jurusan yang sama juga, Ayara coba mendekatinya lagi dan berharap mereka bisa balikan, hanya saja Azzrafiq tak pernah menanggapinya.

Dan ketika tahu Magika dekat dengan Azzrafiq, Ayara merasa tak suka, sama halnya dengan Alin, dia berpikir apa yang dilihat Azzrafiq dari seorang Magika?

"Kenapa pada diem? Ayo buruan rias wajah gue!" Tegas Azzrafiq.

"Ra, udah kurang ajar nih adik tingkat, meskipun dia mantan lo, masa kita diam aja sih?" Gerutu teman Ayara.

Magika melirik Azzrafiq tak percaya, lalu dia meninggalkan mereka semua, Magika tak terima atas perbuatan Ayara dan teman-temannya yang merundung dirinya, dia kira ini hanya keseruan dalam tantangan yang diberikan ternyata ada maksud lain.

Magika yang sudah muak dengan kedengkian dari beberapa wanita yang menyukai Azzrafiq, memutuskan untuk menjauh dari lelaki itu, jika terus bersamanya hal buruk akan terus menghampirinya.

Azzrafiq melihat gelang Magika terjatuh, dia segera mengambilnya lalu menyusul Magika yang telah melangkah jauh meninggalkannya.

"Gee tunggu!" Ujar Azzrafiq seraya meraih tangan Magika.

Magika langsung menghempaskan tangan Azzrafiq yang menyentuh lengannya.

"Jangan deketin aku lagi Azz." Tegas Magika.

"Ok, aku minta maaf karena udah tinggalin kamu sendirian dan membiarkan mereka merundung kamu."

"Aku gak perlu maaf kamu Azz, aku udah muak sama cewek-cewek yang suka sama kamu, aku muak sama pandangan sinis mereka ke aku, aku muak sama kelakuan mereka yang coba nge-bully aku." Pekik Magika.

Azzrafiq hanya terdiam mendengar semua bentakan Magika padanya, mungkin dengan begitu gadis itu merasa lega.

"Kenapa harus se drama ini sih buat deket dan temenan sama kamu? Aku gak mau kejadian tadi keulang lagi, lebih baik kita sekarang sendiri-sendiri aja." Ujar Magika, matanya mulai berkaca-kaca lalu dia meninggalkan Azzrafiq.

Azzrafiq membiarkan Magika pergi meninggalkannya, dia merasa bersalah karena gagal menjaganya, dari jauh Azzrafiq masih memperhatikannya dan tetap mengikutinya kemanapun gadis itu pergi.

Magika menghentikan langkahnya di anak tangga terakhir, dia duduk dan menangis sendirian di sana, dia merasa lelah dan muak dengan semuanya.

Selama ospek, Magika tidur tak karuan, dia capek dengan perpeloncoan yang dilakukan kakak-kakak tingkatnya, ditambah kelakuan Ayara pada dirinya, membuat mentalnya jadi down.

Vanilla dan Zea, melihatnya menangis tertunduk di anak tangga segera mendekatinya, mereka khawatir pada Magika, apa yang membuatnya menangis sendirian seperti ini?

"Gee, kamu kenapa?" Tanya Vanilla yang kini duduk di sampingnya.

"Ya ampun, wajah kamu kenapa kayak gini?" Tanya Zea seraya mengambil tisu basah dari saku celananya dan membersihkan wajah temannya itu.

"Ini sih udah keterlaluan ya, siapa kakak tingkat yang buli kamu kayak gini?" Tanya Vanilla tak terima.

"Aku cuma muak aja sama semua ini, kapan sih selesainya?" Kata Magika tersedu-sedu.

"Ini harus dilaporin ya, perihal wajah kamu yang di rias kayak joker." Tutur Zea kesal.

"Benar, ini harus dilaporin, oh ya Azzrafiq mana? Bukannya dari tadi kalian sama-sama?" Tanya Vanilla.

Magika menjelaskan semuanya pada kedua temannya itu, Vanilla dan Zea sangat marah mendengar cerita dari Magika, dan akan mengadukan semuanya pada ketua prodi.

Sejenak mereka bertiga beristirahat untuk menenangkan pikiran dan memulihkan mental.

Azzrafiq melihat Magika bersama teman-temannya, dia sedikit merasa lega karena gadis itu kini sudah aman dan dapat tersenyum lagi.

1
Cevineine
luar biasa👍
rizki fadhilah
ayo thor lanjut/Sweat/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!