Ricard Dirgantara, pelayan bar yang terpaksa menjadi suami pengganti seorang putri konglomerat, Evelyn Narendra.
Hinaan, cacian dan cemooh terus terlontar untuk Richard, termasuk dari istrinya sendiri. Gara-gara Richard, rencana pernikahan Velyn dengan kekasihnya harus kandas.
Tetapi siapa sangka, menantu yang dihina dan terus diremehkan itu ternyata seorang milyader yang juga memiliki kemampuan khusus. Hingga keadaan berbalik, semua bertekuk lutut di kakinya termasuk mertua yang selalu mencacinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35 : TIDAK MENGINGINKANNYA LAGI?
Kakek Alex menghela napas panjang, membenarkan kaca mata yang bertengger di hidungnya, “Ya, Claudya yang sering datang ke sini. Bersikap selayaknya pemilik rumah ini. Para pelayan dipaksa patuh padanya, karena dia selalu mengatakan sebentar lagi dia dan ibunya yang akan menjadi pemilik rumah ini!” tutur sang kakek dengan nada lemah.
“Hahaha! Dan Kakek percaya?” Richard terkekeh geli membayangkannya.
Kening Kakek berkerut dalam, matanya menajam melihat cucunya itu, “Tahun depan usiamu sudah 30, Icad! Dan kau masih setenang itu. Cepatlah buat hamil cucu menantuku! Gitu aja tidak becus! Kakek tahu, kalau semua itu tidak benar. Hanya saja, Kakek muak melihatnya. Tidak cukup apa anak perusahaan, rumah, mobil untuk mereka!” umpat sang kakek.
Richard mendengus sebal, “Jangan kasih masuk! Nanti kalau sudah saatnya Icad beberkan semuanya. Ayo turun, Kek. Makan malam kali ini akan berbeda,” ucap Richard mengurai senyum di bibirnya.
“Oh iya, Kakek mau menyambut Ve ... Ve .... siapa namanya?”
“Evelyn, Kek. Gitu aja lupa!” balas Richard ganti mengejeknya. Ia beranjak berdiri, membantu sang kakek turun dari ranjang. Menyerahkan tongkat sakti yang menyakitinya bertubi-tubi, tapi Richard sama sekali tak sakit hati. ia juga memapah langkah sang kakek menuju meja makan.
Tak berapa lama, Velyn juga turun dengan gaun santainya. Langkahnya sedikit tertahan, masih canggung dengan suasana di rumah itu. Sampai Richard harus melangkah lebar menyodorkan lengannya.
Velyn menoleh, keduanya saling melempar senyum. Lelaki itu memang sangat pengertian. Velyn menggamit lengan sang suami dan segera bergabung dengan kakek. Duduk di kursi yang ditarik oleh sang suami.
“Oh, Sayang. Ayo, makan yang banyak, pilih makanan bergizi agar cicit Kakek segera tumbuh dengan sehat,” celoteh Kakek Alex menampilkan senyum semeringah. "Icad, cepat ambilkan makanan untuk istrimu,” tambahnya.
“Kek, Velyn bisa sendiri,” tutur wanita itu menahan piringnya sendiri. Ia beranjak, mengangguk pada sang suami agar segera duduk. Jika selama ini ia yang selalu diladeni, mulai detik ini Velyn yang akan meladeni suaminya.
Richard tercengang, saat santap malamnya diambilkan oleh Velyn, tangannya menahan lengan wanita itu, mendongak dengan senyum yang enggan memudar, “Terima kasih,” ujarnya lembut.
Nyess!
Hati Velyn tersayat sembilu. Kalimat lembut itu bahkan dulu tidak pernah terucap dari bibirnya untuk sang suami yang selalu meladeninya. Matanya berkaca-kaca.
“Ah, Kakek, mau pakai apa?” tawar Velyn segera menarik tangannya. Tidak kuat jika menatap bola mata sang suami begitu lama. Ia seolah bercermin, mengingatkan masa lalunya yang tidak pernah menghargai suami.
Cara menampar seseorang rupanya bukan menampar balik, tetapi tetap berbuat baik. Dengan begitu, orang akan tertampar dengan sendirinya. Ya, itu yang dilakukan Richard padanya.
“Apa saja pasti Kakek makan,” sahut Kakek Alex.
“Jangan yang berminyak ya, kolesterol Kakek tinggi.” Richard memperingati, diangguki oleh istri cantiknya.
Benar kata Richard, makan malam mereka kali ini terasa berbeda. Velyn yang awalnya canggung, lama kelamaan mulai terbiasa. Canda dan tawa memekik di antara mereka bertiga.
Usai santap malam, sepasang pengantin itu mengantarkan kakek ke kamarnya. Velyn menyiapkan obat di atas nakas, membukanya perlahan lalu menyodorkannya pada pria tua itu.
“Pelan-pelan, Kek,” ucap Velyn menyeka bibir Kakek Alex dengan tisu.
“Terima kasih, Velyn. Kembalilah ke kamar kalian,” ujar Kakek.
“Iya, Kek. Selamat malam,” sahut Velyn menaikkan selimut hingga dada. Ia juga menyalakan lampu tidur dan meninggalkan kamar tersebut bersama suaminya.
\=\=\=000\=\=\=
Setibanya di kamar, Richard melenggang ke toilet terlebih dahulu. Saat keluar, ia terkejut karena Velyn merebahkan tubuhnya di sofa. Pria itu berjalan mendekatinya, berjongkok di samping kepala Velyn.
“Eh,” Velyn terkejut dengan kehadiran suaminya yang tiba-tiba.
“Kenapa di sini? Kasurnya bahkan muat untuk lima orang,” gurau Richard mengedikkan dagu ke atas ranjang.
Velyn tersenyum kaku, “Eee biasanya kamu tidur di sofa. Karena ini rumahmu, jadi ....”
Belum sempat mengakhiri ucapannya, Richard bergerak cepat dan kini mengangkat wanita itu ke dalam pelukannya.
“Richard!” pekik Velyn melingkarkan lengannya di leher kokoh suaminya.
Manik mereka saling beradu, detak jantung keduanya menggema di dalam sana. Richard merebahkan tubuh istrinya dengan perlahan, ia juga menyusul di sebelah dan menarik selimut hingga setengah tubuhnya.
"Mulai sekarang kita seranjang. Di mana pun itu!” tandas Richadrd memiringkan tubuhnya.
Velyn tidak berani bergerak, apalagi kini lengan Richard melingkar di perut rampingnya. Napasnya berembus dengan sangat hati-hati, gemuruh dadanya meledak-ledak.
“Kamu keberatan?” tanya Richard ketika tak mendengar jawaban dari istrinya.
“Hah? Tidak! Tentu saja tidak,” ujar Velyn gugup. Menelan saliva yang teronggok di tenggorokan.
Richard tersenyum, merapatkan tubuhnya pada sang istri, memeluknya dengan erat. “Selamat malam, istriku,” tutur Richard membenamkan kecupan di kening Velyn begitu lama.
Kelopak mata Velyn terpejam, menikmati aliran darah yang berdesir kuat. Seluruh persendiannya seakan terlepas.
“Tidurlah,” tambah Richard menjauhkan tubuhnya. Menatap langit-langit kamar berusaha memejamkan mata.
Velyn masih terjaga, mengerjapkan matanya dengan perlahan. Ia bergerak menyamping hingga tepat menghadap suaminya, memindai setiap jengkal wajah tampan sang suami. Hingga beberapa waktu berlalu, Velyn masih tidak bisa tidur.
“Cad, kamu sudah tidur?” tanya Velyn dengan suara lirih.
“Kenapa?” Pria itu bersuara, padahal matanya masih terpejam.
Kening Velyn mengernyit heran, ia bangkit dan tengkurap mendekati suaminya. Memastikan bahwa pria itu tidak sedang mengigau. Saat ia semakin mendekatkan wajahnya, netra Richard terbuka.
Velyn terperanjat kaget, bergerak cepat untuk menjauh namun terlambat. Karena telapak tangan sang suami menahan kepalanya. Hidung mereka saling bersinggungan dan bertukar napas.
“Kamu tidak bisa tidur di kamar ini?” tanya Richard bersuara serak, ia menahan kantuk dan lelah yang mendera.
“Engg ... bukan begitu. Kalau belum, aku mau ngobrol sebentar,” ucap Velyn mendorong dada suaminya dan beranjak duduk.
Mau tak mau pria itu ikut duduk, bersandar pada head board kasur, melempar senyum pada istrinya, “Boleh,” sahutnya.
Jika dunia tahu, kemungkinan para wanita di luar sana akan iri dengan Velyn. Memiliki suami yang pengertian, lembut, meninggikan derajat wanita, selalu ada untuknya, bonus kaya raya dan tampan. Siapa pun, akan menjerit kegirangan, jika diratukan oleh lelaki paket komplit seperti Richard.
“Mau ngomong apa?” tanya Richard lagi membelai rambut panjang istrinya.
“Selain tanggung jawab, apa yang membuat kamu mempertahankan pernikahan kita? Bahkan kamu seolah tak peduli dengan sikapku dan keluargaku,” ujar Velyn menunduk, memainkan ujung gaun tidurnya yang menyingkap hingga paha.
“Ya karena aku ingin bertahan denganmu.”
“Kenapa? Aku judes, jutek, jahat sama kamu. Kenapa masih mau mempertahankan pernikahan kita?” desak Velyn.
“Karena aku tahu, kamu seperti itu ada sebabnya. Ya salah satunya kesalah pahaman yang terjadi, terus hidupmu yang dalam tekanan berat. Aku tahu sebenarnya kamu baik kok. Hanya saja, kamu butuh tempat melampiaskan emosimu. Dan semakin mengenalmu, aku semakin jatuh cinta padamu,” aku Richard.
DEG!
Velyn menahan senyumnya, ternyata perjuangannya mengejar Richard tidak sia-sia. Dia merasa menjadi diri sendiri, menemukan kehangatan dan kasih sayang.
“Pertemuan kita extreme ya, Cad,” gumam Velyn gugup menyelipkan rambut ke belakang telinga.
"Hemm, bukan lagi. Haha!” Richard tertawa mengingatnya.
“Apa kamu tidak menginginkannya lagi?” tanya Velyn tanpa berani menatap suaminya.
Richard bergerak cepat, mendekati istrinya yang berjarak beberapa inchi darinya. “Apa?”
Bersambung~
semoga sehat selalu 🤗🤗🤗
ck.. ck.. ck..
Malunya gak akan abis tujuh turunan..
Sulit buat Velyn.. makin cinta dech.. /Heart//Heart/
aq kasih bunga sama Vote
Mana panas pula lihat Stevy dah masuk mobil Delon