"Cih....apa kau benar ingin menyelamatkan anak dari seseornag yang telah membunuh ibumu?" ucap Lee dengan seringainya. Serontak Arion terdiam dengan ucapan Lee, "Apa maksudmu??" "Hahahaha ternyata kau tidak tau yah, ck..ck..ck" Lee melemparkan beberapa dokumen foto-foto. * Seorang wanita bernama Gizela Arabella wanita yang menjadi yatim piatu akibat pembantaian oleh beberapa orang berseragam hitam kepada keluarganya, Mereka bahkan mengebom rumah milik Gizela menjadi hancur lebur, dan ia menyaksikan sendiri kobaran api serta kepulan asap hitam yang mengancurkan rumah serta orangtua dan orang-orang di dalam sana. "Tidak!!! ayah!!! ibu!!!" Dengan bekal uang dan perhiasan yang diberikan snag ibu Gizel memutuskan untuk membeli sebuah ruko bertingkat dua, terdapat sebuah toko di lantai satu dan lantai dua terdapat dua ruangan yang ia gunakan sebagai kamar dan gudang. No plagiasme🚫 Karya sendiri✔️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andriana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Siiang ini terik sekali" Gizel mengibas-ngibaskan tangannya di wajahnya yang berkeringat.
"Aku butuh yang segar-segar" Gizel membuka kulkas dan ya seperti biasa ia lupa menyetok barang-barang serta makanan di kulkasnya.
"Astaga selalu begini" Gizel menghela nafas ia segera bersiap dan menutup tokonya untuk berbelanja bahan-bahan yang habis.
Setelah menaiki bus akhinya ia sampai di toko langganannya, ia berbelanja beberapa keperluan makanan serta minuman.
Ada dua kantong besar yang di dapatnya, ia berjalan menuju halte bus dan menunggu taxi ataupun bus yang lewat terlebih dulu.
Setelah hampir 15 menit tidak ada satupun kendaraan yang datang, Gizel menghela mafas lelah, ia ingin memesan taxi online namun handphonnya tertinggal.
Tin Tin
Terdengar suara klakson mobil, Gizel mengeryitkan matanya saat ada mobil merah berhenti, tak lama keluarlah seorang pria yang tak asing baginya.
"Hai nona Gizel, kau sendirian?" Tanyanya dengan sopan serta suara yang gagah.
Gizel mendongak dan berusaha mengingat pria yang kini berdiri di depannya "Ah anda tuan pemesan bunga" Ucap Gizel dengan senyum.
Pria itu mngeryitkan alisnya heran saat mendapat sebutan pria pemesan bunga dari Gizel, dan ia baru ingat jika saat itu dia belum memperkenalkan dirinya.
"Namaku Aland Banecio, panggil saja aku Aland" Ucapnya.
"Ah ya tuan Aland, emh kenapa anda ada disini?" Tanya Gizel yang merasa heran saat pria itu berhenti di halte bus.
"Oh itu aku tidak sengaja melihatmu disini jadi aku memberhentikan mobilku siapa tau kau butuh tumpangan?" Jawabnya dengan sangat ramah.
"Ah begitu ya" Gizel kemudian diam nampak berfikir sebenarnya ia memang membutuhkan tumpangan karena sedari tadi ia belum mendapati kendaraan umum yang lewat.
"Mau ku antar? kebetulan ada bunga yang ingin ku pesan darimu" Ucapnya memecah keheningan.
"Emh tapi ini sangat merepotkanmu tuan" Tolaknya sungkan.
"Tidak apa kita kan searah, kau tidak merepotkan, mari!" Aland merentangankan satu tangannya untuk mempersilahkan Gizel masuk ke dalam mobilnya, ia juga membantu membawa barang-barang Gizel untuk di letakkan di bagasi mobil.
Aland menyeringai sebelum ia berputar dan memasuki mobil kemudi, mobil merahnya melaju menyapu jalanan raya kota Moscow.
Tak butuh waktu lama akhirnya mereka sampai, Aland membantu Gizel untuk membawa barang-barangnya masuk sehingga membuat Gizel merasa sedikit sungkan.
"Terimakasih tuan karena telah mengantar saya dan membawakan barang-barang saya" Ungkapnya sungkan.
"Sama-sama lagipula kita satu tujuan kan? Ah ya...aku ingin memesan bunga seperti kemarin tapi merah dan hitam!"
"Dengan senang hati tuan saya akan membuatkan buket bunga yang sangat indah untuk anda" Jawab Gizel dengan suka hati.
"Akan ku ambil jika sudah selesai, kau bisa menghubungiku di nomor yang sama" Ucapnya dengan ramah dan senyum.
"Hem baiklah"
"Oke aku.....pergi dulu" Aland berjalan keluar namun tubuhnya terhenti dan berbalik ke Gizel.
"Panggil aku Aland saja" tambahnya sembari mengedipkan satu matanya.
"Hem baiklah" Gizel tersenyum miring dan Aland segera pergi dari toko Gizel,
Senyuman Aland seketika berubah saat ia memasuki mobilnya, seringai licik mulai terbit di wajahnya.
"Sepertinya sangat mudah jika mendekatinya" Gumamnya.
"Pria ini senang sekali warna hitam" Gumamnya,
Gizel segera menatap barang-barang yang baru ia beli, sementara itu Arion yang tengah selesai melakukan meeting ia segera membuka tab nya dan melakukan aktifitas barunya yaitu memantau pergerakan Gizel di balik CCTV.
"Kau baru selesai berbelanja ya?" Gumamya dengan senyum.
Arion terus menatap pergerakan Gizel dengan sangat jelas dan sampai akhirnya Gizel mamsuki kamarnya, Arion segera mengganti kamera yang berada di dalam kamar Gizel.
"Haah lelahnya, aku akan tidur sebentar" Gizel merebahkan tubuhnya dan memeluk boneka beruang yang selalau bersamanya.
Arion memperbesar gambar itu ia mengusap jarinya menyusuri tubuh mungil Gizel yang terlelap, ia menelan salivanya berat sampai dasinya ia longgarkan saat melihat pahatan tubuh Gizel yang mirip gitar spanyol.
Apalagi saat ia mengingat saat Gizel hanya mengenakan handuk, rasanya ia sangat ingin menerkamnya.
"Aku sangat ingin menyentuhmu sweety" Gumamnya dengan seringai.
Malam pun tiba tak terasa jika Gizel tidur dengan waktu yang cukup lama, ia mengerjapkan matanya dan membasuh wajahnya agar terlihat segar.
"Huwaa....apa aku mandi saja ya? Okelah aku lebih baik mandi karena tubuhku bau keringat" Gizel akhirnya memutuskan untuk mandi setelah selesai ia hanya mengenakan baju tidur putih tipis dengan lengan tali yang panjangnya hanya sepaha.
Drrtt
Drtt
Ponselnya pun berdering ia melihat siapa yang tengah menghubunginya dan ternyata Arion pria aneh, yah Gizel mengganti nama kontak Arion sesuai dengan isi pikirannya
"Halo Arion".
"Apa? ka...kau di bawah?" Gizel segera mematikan ponselnya ia meraih cardigan putih dan berjalan menuruni tangga, ia membuka pintu toko serta gerbangnya dan terlihat Arion yang berdiri disana.
"Arion, sejak kapan kau disana?" tanya Gizel keheranan, yah yang menelfon tadi adalah Arion, ia sudah berada di rumah Gizel sejak dua jam yang lalu,
Tapi Arion tidak merasa kesal sama sekali karena ia memantau kegiatan Gizel di dalam sehingga ia tau apa yang tengah di lakukan oleh Gizel.
"Kau belum tidur?" tanya Arion.
Gizel hanya menggaruk-garuk tengkuknya, bagaimana caranya menjawab ia kan baru bangun tidak mungkin kan jika ia berkata jujur.
"Ah belum, kau kenapa kemari?" Tanyanya
"Aku merindukanmu" Ungkap Arion tapi dengan wajah tetap datar,
Gizel terkejut tubuhnya berdiri tegang saat mendengar Arion merindukannya.
"Boleh aku masuk?" karena Gizel diam jadi Arion berinisiatif untuk menawarkan dirinya untuk masuk.
"Astaga maaf, ayo masuklah!" Gizel mempersilahkan Arion untuk masuk,
"Ku buatkan minum dulu"
Tak lama minuman pun siap Gizel menaruh minuman itu di meja, Arion menatap tubuh Gizel dari ujing kepala sampai kaki, rasanya aliran darahnya mulai mengalir seperti aliran listrik, dan jantungnya sangat berdebar.
"Ekhem...." Arion melonggarkan dasinya berusaha menutupi hasratnya itu.
Sementara Gizel hanya tersipu malu saat berhadapan dengan Arion dalam keadaan dirinya yang sudah mengenakan pakaian tidur.
"Emh kau baru pulang kerja ya?" tanya Gizel yang memecah keheningan.
"Hem, kau terlihat lelah apa pekerjaanmu banyak?" Arion sengaja berbasa-basi padahal ia tahu jika Gizel tidur seharian.
"Aah itu......iya aku sedikit lelah...." Jawabnya dengan senyum menyungging.
Keheningan kembali terjadi entah keduanya malah saling canggung,
"Emh aku mengambil cemilan dulu" Gizel hendak beranjak namun dengan bodohnya tubuhnya malah terpereset dan sengan cepat Arion menangkap tubuh Gizel di pangkuannya.
Betapa bodohnya ia saat ini, karena gugup akhirnya ia jatuh ke dalam pangkuan Arion.
"Hati-hati" Ucap Arion kepada Gizel yang masih berada di pangkuannya.
Pipi Gizel sangat merona bahkan jantungnya pun sangat berdetak kencang, Gizel hendak beridiri namun Arion malah memper erat rangkulannya.
"Kau cantik" Lirihnya.
Wajah keduanya sangat dekat Gizel sedikit menunduk dan menatap wajah Arion, sangat dekat sehingga membuat dirinya terpaku melihat ketampanan Arion.
Arion menatap menyusuri wajah cantik mulus Gizel ia beralih ke bibir yang sudah lama ia ingin cicipi,
Wajah Arion perlahan mendekat ia ingin melihat reaksi Gizel, dan ternyata wanita itu tidak menjauh sama sekali malah sepetinya ia disambut, dengan seringainya Arion melancarkan aksinya.
Cup
Ciuman pertamanya ia berikan kepada Gizel, bibir lembut serta kenyal Gizel yang sangat manis, tubuh Gizel seketika tegang matanya membulat sempurna saat Arion menciumnya, dan ini juga merupakan ciuman pertamanya.
Tanpa ingin melewati kesempatan tangan Arion menarik tengkuk Gizel dan kembali menciumnya, ia melumat sedikit bibir Gizel menyesapnya dan memberikan gigitan kecil sehingga bibir Gizel sedikit terbuka.
Lidah Arion menyapu seluruh rongga mulutnya, Gizel tubuhnya sangat kaku namun ia tidak bisa menolaknya entah apa yang ia fikirkan mungkin ia sudah mulai menyukai Arion jadi ia dengan suka rela menerima ciuman itu.
"Eugh...."
Jangan lupa kasih ulasan, komen, dan like ya🤗
Ups satu lagi votenya🤗🤗
saya Pocipan ingin mengajak kaka untuk bergabung di Gc Bcm
di sini kita adakan Event dan juga belajar bersama dengan mentor senior.
jika kaka bersedia untuk bergabung
wajib follow saya lebih dulu untuk saya undang langsung. Terima Kasih.