Menjadi wanita gemuk, selalu di hina oleh orang sekitarnya. Menjadi bahan olok-olokan bahkan dia mati dalam keadaan yang mengenaskan. Lengkap sekali hidupnya untuk dikatakan hancur.
Namanya Alena Arganta, seorang Putri dari Duke Arganta yang baik hati. Dia dibesarkan dengan kasih sayang yang melimpah. Hingga membuat sosok Alena yang baik justru mudah dimanfaatkan oleh orang-orang.
Di usianya yang ke 20 tahun dia menjadi seorang Putri Mahkota, dan menikah dengan Pangeran Mahkota saat usianya 24 tahun. Namun di balik kedok cinta sang Pangeran, tersirat siasat licik pria itu untuk menghancurkan keluarga Arganta.
Hingga kebaikan hati Alena akhirnya dimanfaatkan dengan mudah dengan iming-iming cinta, hingga membuat dia berhasil menjadi Raja dan memb*antai seluruh Arganta yang ada, termasuk istrinya sendiri, Alena Arganta.
Tak disangka, Alena yang mati di bawah pisau penggal, kini hidup kembali ke waktu di mana dia belum menjadi Putri Mahkota.
Akankah nasibnya berubah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Menggoda Mattias
Seperti sebuah melodi yang sudah tersusun dengan sangat baik, tak lama kemudian Elena muncul. Pangeran Mahkota nampak terpesona dengan kecantikan Elena yang memang sudah seperti bunga.
Elena mengenakan baju putih dengan rambut yang dihiasi mawar putih, Alena yang masih setia memperhatikan mereka dari kamarnya hanya menatap mereka dengan sangat tajam.
“Nona, apa tidak apa-apa bila begini?” Tanya Emma, dia takut bila Elena akan kembali membuat onar. Di tambah wajah Duke Arganta saat ini nampak sudah masam dan tak enak di pandang.
“Jangan risaukan itu Emma, semakin kacau maka akan semakin baik untukku.” Emma merinding mendengar kata-kata Alena, namun dia juga justru memperhatikan suasana yang tercipta di taman tersebut.
Namun sebuah mata justru tertuju ke arah kamar Alena saat ini, Alena tertegun saat mata keduanya saling bertemu. Mata keemasan itu menatapnya dengan tajam seperti elang yang akan menyambar mangsanya.
Alena terkekeh, namun saat ini dia bukan lagi gadis polos yang tak tahu apa-apa. Alena mengedipkan sebelah matanya hingga mata keemasan itu nampak terbelalak dan memalingkan wajah, rambut hitamnya nampak tertiup angin.
“Feet, imutnya.” Ucap Alena terkekeh melihat tindakan yang dilakukan oleh Duke Mattias, Alena menjadi sangat ingin menggoda pria itu lagi.
Sedangkan Elena dan Pangeran Mahkota nampak sudah duduk berdampingan, keduanya nampak sangat dekat dan akrab. Sedangkan para tamu dari Timur yang merasa tersisihkan mulai merasa geram karena tak ada yang memperhatikan mereka, karena semua perhatian kini tertuju pada sang Pangeran Mahkota.
“Ayo kita berangkat Emma,” Alena keluar dari kamarnya, dia berjalan menuju taman Kediaman Duke Arganta. Sosok pria yang nampak tengah bersandar di tiang kediaman itu memperhatikan sekeliling dengan sangat waspada.
“Hallo Tuan, saya memberi hormat pada Duke Mattias yang terhormat.” Alena memberikan salam, Mattias terperanjat dan terkejut bukan main.
“A-alena, ah maksud saya. Senang bertemu anda Lady Alena.” Mattias mengulurkan tangannya, dan Alena menerima uluran tangan tersebut. Mattias mengecup punggung tangan Alena sebagaimana sopan santun seorang Tuan muda pada seorang Lady.
“Mengapa anda tidak ikut bergabung? Bersediakah anda menjadi pendamping saya malam ini?” Alena melingkarkan tangannya di tangan Mattias, Mattias tak berkata apapun.
Namun langkahnya kini berubah seperti robot yang amat kaku, Alena ingin tergelak melihat tingkah Mattias yang seperti kanebo kering itu.
“Tuan, apa anda tak pernah menggandeng seorang Lady?” Goda Alena, Mattias mengigit bibir bawahnya.
“Maafkan saya, namun saya akan berusaha lebih baik. Ini memang pertama kalinya bagi saya menggandeng tangan seorang Lady.” Jujur Mattias, Alena terkekeh dan keduanya akhirnya masuk ke daerah taman Istana.
Para tamu yang sudah kesal, nampak tertegun melihat pasangan yang baru datang itu. Yang satu memiliki rambut merah dan sangat cantik, sedangkan si pria memiliki rambut hitam dan mata emas yang juga sangat menawan.
“Saya memberi salam kepada Matahari kecil Kerajaan,” Alena menunduk memberi hormat pada Alena, Pangeran Mahkota tertegun melihat Alena yang sudah berubah drastis. Kini matanya justru nampak membandingkan antara Alena dan Elena.
“Seneng bertemu dengan anda Lady Alena.” Pangeran Mahkota mengulurkan tangannya, nafas Alena sudah sesak di buatnya. Dia bahkan ingin mengambil belati di tangan seorang Kesatria yang tengah memotong daging di dekat perapian saat itu. Dia ingin memotong tangan pria itu dan membakarnya saat itu juga.
Alena nampak ragu mengulurkan tangannya, namun apalah daya karena dia juga harus mematuhi sopan santunnya sebelum di anggap sebagai orang yang tak beradab. Di tambah di hadapan para tamu saat ini yang sudah memandangi Alena dan Mattias sejak kedatangan mereka.
Sedangkan Mattias nampak menatap tangan Alena yang akan terukur dengan ekor matanya, hingga tangan Pangeran Mahkota dan Alena bersentuhan, Mattias mengepalkan tangannya saat pria itu akan mengecup punggung tangan Alena. Mattias kian panik akan perasaannya sendiri yang terasa amat meresahkan.
“Lady, apa anda suka buah apel?” Mattias menarik lengan Alena dan membawa Alena menjauh dari sana, sebelum bibir Pangeran Mahkota menempel di tangan Alena.
Alena merasa terselamatkan, dia di bawa ke hadapan meja dan duduk berdampingan. Alena menatap Mattias yang kini tengah mengupas apel, semua orang juga masih tertuju pada Alena dan Mattias. Tanpa terkecuali Duke Arganta yang sejak tadi melihat adanya hal aneh di antara mereka.
“Lady, apa yang anda lakukan dengan kertas-kertas sebanyak itu?” Tanya seorang saudagar dari Timur.
“Saya menggunakannya untuk membuat sebuah jilidan buku, saya juga membuat banyak hal menarik. Bila anda tertarik, anda dapat melihat hasil produksi kami bulan depan.” Jawab Alena, hingga percakapan menyenangkan terjadi antara Alena dan para saudagar dari Timur.
“Anda sangat tahu banyak tentang Negara Timur ya?” Puji Pangeran Mahkota, Alena tersenyum sinis.
“Tentu saja, saya pasti mencari tahu segala sesuatu dengan baik bila bersangkutan dengan masa depan keluarga saya, Pangeran.” Ucap Alena, Duke Mattias nampak telah mengupas dua apel dan memotongnya menjadi kecil.
Dia menyerahkan apel itu ke hadapan Alena, Alena tersenyum. Dia memang sangat suka pada apel, namun hal itu hanya diketahui oleh Ayah dan beberapa pelayan di kediamannya saja.
Alena kembali berbicara dan Mattias hanya memperhatikan saja dan mengagumi bertapa luar biasanya wanita yang kini berada di sampingnya, pengetahuan yang amat luas dia paparkan dengan mudah. Pandangannya terhadap dunia, dan juga cara dia memperhatikan segala sesuatu sampai hal mendetail. Semua itu juga tercermin seperti tata letak meja yang seolah telah dipersiapkan dengan sangat matang.
Para saudagar dari Timur akhirnya merasa kembali terbuka, semua orang juga ikut berbicara. Sedangkan Elena yang tak tahu apa-apa hanya diam membisu. Selain itu sejak tadi Duke Arganta nampak menatapnya dengan tajam, membuat Elena tak berani melakukan apapun.
Makan malam usai, dan Pangeran Mahkota memilih kembali ke Istana. Sedangkan Duke Mattias memilih tinggal lebih lama.
“Mengapa anda belum kembali?” Tanya Alena yang sudah berganti pakaian kembali dan membantu para pekerjanya merapikan taman malam itu.
“Saya ingin membantu, apa ada yang bisa saya bantu?” Tanya Mattias, Alena terkekeh dan menatap semua orang.
“Nampaknya kita akan cepat selesai bila anda membantu, bagaimana bila memindahkan bekas pembakaran itu bersama para Ksatria?” Tanya Alena tanpa sungkan, toh dia juga ingin tahu. Apakah Mattias memang ingin membantu, ataukah hanya omong besar saja.
Namun tak di sangka, Mattias ternyata benar-benar membantu. Pekerjaan mereka juga berjalan dengan lancar malam itu.
Waktu sudah menunjukkan dini hari, dan taman juga sudah bersih seperti semula. Para pekerja dan pelayan serta para Ksatria yang kelelahan langsung istirahat. Sedangkan Mattias nampak masih terdiam dan seolah ingin mengatakan sesuatu pada Alena.
“Aneh ya Tuan Duke, tak ada orang luar yang tahu bila saya suka pada apel.” Alena terkekeh hambar, seolah berkata. Dari mana anda tahu tentang aku menyukai apel? Apa anda menyimpan mata-mata di kediaman ini?