Nara adalah anak bungsu dari tiga saudara, Kedua Kakak nya selalu hidup di perhatikan oleh orang tua nya. Segala sesuatu pasti di turuti, Beda hal nya dengan Nara yang selalu tersisih dalam keluarga, karena dia bukan lah anak dari istri sah nya Tono.
Suatu hari Nara berjuang untuk hidup dan mati karena di tabrak oleh Nayla Kakak nya sendiri, Saat sedang sekarat. Seorang pria misterius menyelamatkan nya dan mendidik Nara menjadi sosok yang kuat, Lima tahun kemudian Nara kembali lagi dan membalas sakit hati nya kepada keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9. Di hajar bersama
Betapa marah nya Nadia dan Nayla karena mereka hanya di bohongi oleh Alan soal makan siang bersama, Ternyata pria itu hanya ingin memperingati mereka agar jangan menyakiti Nara lagi. Tentu saja amarah mereka kian meledak dan sudah pasti bahwa Nara lah yang akan jadi korban nya, Karena dia pasti akan di hajar habis habisan oleh kedua saudara nya yang sangat kejam ini. Niat Alan memberi peringatan supaya mereka berdua bisa sadar dari perbuatan buruk itu, Namun bukan nya menyadari kesalahan yang sudah mereka lakukan. Malah bertambah naik pitam karena Nara sudah membuat Alan kesal pada mereka, Dasar nya mereka memang orang yang tak punya belas kasih pada Nara.
Menunggu jam pulang dari kantor saja sudah membuat mereka sangat tidak sabar, Otak Nayla sudah merencanakan apa yang nanti Nara terima karena menghasut Alan agar marah pada mereka. Padahal Nara sama sekali tak ada bicara apa pun pada Alan, Karena dia sudah menjaga nasib nya pasti hancur di tangan kedua Kakak nya. Dasar Alan saja yang gegabah mengambil keputusan dan bisa jadi malah membuat nasib Nara kian sengsara, Karena Nayla dan Nadia pasti tak akan terima bila di marahi oleh pria yang sama sama mereka taksir, Sial nya Alan malah terlihat menyukai Nara yang usai nya tiga tahun di bawah dia.
"Ayo buruan!"
Nayla menarik tangan adik nya untuk segera pulang dan memberi Nara pelajaran, Sudah di tahan sejak siang tadi karena Alan mendatangi mereka di saat jam makan siang. Sementara Nara yang sudah istirahat setelah panen kopi, Dia membaca buku yang bekas nya Zizi, Dia suka membaca novel karena hanya dengan itu lah bisa lupa dengan masalah yang selalu datang dalam hidup nya, Kadang kala berhayal kalau saja dia bisa seperti tokoh novel yang awal nya di sakiti namun akhir nya bisa bangkit untuk membalas dendam pada orang yang sudah menyakiti nya, Bahkan sampai terbawa mimpi hayalan seperti itu.
"Naraaaa..."
Suara menggelegar dari Tono, Membuat Nara segera menutup buku dan berlari mendatangi Sang Ayah. Tampak pria itu berdiri dengan tatapan yang sangat nyalang, Di sebelah kanan dan kiri sudah ada Nayla dan Nadia. Entah kesalahan apa yang sudah ia lakukan sehingga membuat Tono sangat marah, Nara tak tahu apa salah nya di sini.
"Ayah memanggil ku?" Tanya Nara pelan sambil menunduk.
Duaaaak.
Klaaang.
Tongkat base ball menghantam kepala Nara hingga membuat gadis itu jatuh tergeletak dengan pandangan beputar kencang, Rasa nyeri akibat catok tadi belum hilang. Sekarang malah ketambahan dengan pukulan dari tongkat besi itu, Darah kembali keluar dari tubuh gadis kecil ini.
Duaaak.
"Bangun kau, Sialan!" Tono menendang perut nya Nara.
Nara yang tadi mau pingsan karena pukulan di kepala nya, Kini terbangun oleh rasa sakit akibat tendangan dari kaki pria yang di sebut Ayah. Namun Ayah mana yang tega membuat putri kandung nya seperti hewan begini, Bahkan orang pasti masih punya rasa iba dan tak akan sanggup menyiksa hewan begini, Namun beda hal nya dengan Tono. Bagi nya ini adalah hal biasa yang sudah sering ia lakukan kepada Nara, Nara juga sejak kecil sudah mendapat perlakuan seburuk ini dari keluarga yang tinggal di rumah besar tersebut.
"Kau ngomong apa sama Alan, Bangsat!" Nayla menginjak tangan Nara.
"Tidak ada, Aku tak ngomong apa apa." Jawab Nara pelan.
Plaaak.
Nadia menghantam mulut Nara dengan sepatu yang ia kenakan, Tono hanya diam saja menyaksikan dua putri nya menghajar putri nya yang paling kecil. Memag sungguh otak binatang manusia satu ini, Sama sekali tak ada rasa iba kepada darah daging nya sendiri.
"Kenapa kalian buat aku begini? Apa salah ku pada kalian." Teriak Nara histeris.
"Masih berani kau tanya apa salah mu! Sudah jelas kau adalah aib yang sangat memualkan." Geram Nayla.
"Ayah! Aku ini anak mu juga, Dan aku tak minta di lahirkan dari rahim perebut suami orang." Jerit Nara.
Mendidih darah nya Tono karena Nara berani mengatai Marda, Dia sangat tak terima bila ada orang yang mencela selingkuhan yang paling ia sayang. Tak peduli Nara adalah anak nya bersama Marda, Tono mengambil tongkat besi itu lagi dan menghajar Nara hingga babak belur.
Bak, Buk, Bak, Buk.
Seluruh tubuh Nara di hantam dengan tongkat besi sehingga gadis kecil ini menjerit jerit minta ampun, Berusaha untuk lari karena bila tak lari pasti di akan mati di tangan Ayah nya sendiri. Nayla dan Nadia tertawa puas melihat Nara yang di hajar sedemikian rupa, Mereka memang cocok menjadi anak Tono. Bahkan iblis pun bisa insecure dengan tingkah mereka ini, Karena manusia kadang kala lebih menakutkan dari pada setan. Sama hal nya dengan Nayla dan Nadia sekarang, Dia malah sangat senang melihat saudara sendiri di siksa begitu.
"Kenapa kau sangat benci dengan anak mu sendiri?" Lastri datang sambil bertanya.
Sontak Tono pun menghentikan aksi nya menghajar Nara, Baru kali ini Lastri ikut campur saat dia menghajar Nara. Selama ini wanita itu selalu diam dan malah kadang kala juga menghajar Nara untuk melepaskan rasa sakit hati dari ulah Tono dan Marda.
"Kenapa Ibu tanya begitu? Ibu pasti mabuk berat." Nayla menuntun Lastri duduk di kursi mini bar.
"Aku sedang baik baik saja, Kalian diam lah!" Bentak Lastri membuat Nayla kaget.
"Ibu." Nadia tak mau bila Tono sampai gelap mata dan menghajar Lastri juga.
"Dia lahir karena kesalahan mu dengan pelacur itu! Bukan dia yang harus kau salah kan, Dia mungkin saja tak mau di lahirkan dari rahim wanita hina itu." Sinis Lastri.
"Jangan menghina dia, Lastri!" Bentak Tono tak terima.
Lastri maju mendekati suami nya yang sudah di kuasai emosi, Mungkin saja wanita ini sudah di tahap lelah bila selalu diam saja menerima kelakuan sang suami.
"Aku bicara fakta! Tak ada wanita baik baik yang mau berhubungan dengan pria beristri, Marda itu lonte." Lastri berkata di depan wajah Tono.
Klaaaang.
Tono melempar kan tongkat besi itu dari tangan nya dan menarik Lastri masuk kedalam kamar, Sedangkan Nayla dan Nadia membawa Nara keluar rumah dan memasukan nya kedalam mobil. Mereka juga agak tak terima saat Lastri mulai angkat bicara untuk membela Nara, Kini Nara sudah antara hidup dan mati karena di hajar Tono dengan tongkat besi itu sangat lah menyakit kan, Mungkin saja tulang rusuk nya ada yang patah karena dada Nara sangat sakit.
😆
Tapi bagus sih, berani nulis kyk gini
sadis sih,,tp tetep aja dendam tetap menyala,,kalo ga ada edwin nara tinggallah nama..