Fiandra tak menyangka jika dirinya akan berjodoh dengan seorang dosen yang selalu memarahinya bernama Ilham. Mereka di paksa menikah dan menjalani pernikahan, meskipun keduanya menolak. Keinginan kedua orang tua Fiandra dan Ilham begitu kuat untuk menikahkan mereka, hingga mereka melakukan satu cara, untuk menjebak keduanya agar bisa menikah... bagaimana kisah mereka? akankah cinta hadir di tengah permusuhan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam Pertama
Sebelum naik ke pelaminan kedua pengantin baru itu di bawa ke sebuah ruangan untuk di rias.
Wajah keduanya tampak cemberut. Hal itu membuat MUA heran."Ini kenapa wajah manten pada kecut semua?" tanya wanita itu sambil memperhatikan wajah Ilham dan Fiandra secara bergantian.
"Kita berdua di jodohin," sahut Fiandra.
Bukannya membela, wanita itu malah tersenyum. "Kami juga gitu, menikah karena di jodohin sama orang tua, awalnya sih nyesek juga, di pelaminan nangis-nangis eh, pas malem harinya...." wanita itu menggantung kata-katanya.
"Emangnya malam harinya kenapa, Cing?" tanya Fiandra antusias sambil melihat ekspresi wajah MUA tersebut.
Wanita itu terkekeh,"nangis juga."
"Lah kok nangis juga?"
"Hehe Biasa pecah ketuban, eh.. salah maksudnya pecah per4wa*n. Haha," celetuk wanita itu dengan nada bercanda.
Ehm, Fiandra memutar bola matanya karena merasa di kerjain wanita itu.
"Hehe, Tenang aja, Fi. sakitnya sebentar kok, habis itu bikin nagih," imbuhnya sambil mengedipkan sebelah matanya
Fiandra mendelik menatap Ilham sambil menungkik kan bibirnya ke atas. "Awas saja dia berani menyentuhku."
Masih di ruangan yang sama.
Romlah memijat pundak putranya yang terlihat kesal "Sorry ya Ham, Nyak sengaja menyiapkan ini jauh-jauh hari. Karena Nyak sudah gak sabar lihat lo bersanding di pelaminan sebagai manten, lo kan anak Nyak satu-satunya, kapan lagi bisa lihat resepsi pernikahan lo. Iya kalau umur Nyak panjang, kalau umur Nyak pendek, kagak sempat lihat lo pakai baju manten."
Ilham menarik napas panjang kata kata itulah yang membuatnya tak bisa berkata-kata. "Iye Nyak."
Romlah tersenyum melihat sang putra yang terlihat pasrah. "Satu lagi, Nyak minta dari kamu Ham," celetuk wanita itu dengan wajah yang di buat sedramatis mungkin.
Sekali lagi Ilham menghela napas berat. "Apa lagi sih, Nyak...?" dengus nya.
Romlah tersenyum nyengir. "Nyak pengen segera menimang cucu."
"Hedeh Nyak! kok mintanya aneh-aneh sih! Gak bisa apa minta yang laen." kali ini Ilham kembali melayangkan protes.
Bibir Romlah mengerucut. "Ye, itu permintaan Nyak kayaknya gak aneh, Ham. Cuma minta cucu ke anaknya. Nyak rasa semua orang tua gitu."
"Iya sih, Nyak. Tapi mintanya ke Allah dong. Bukan minta ke aye!"
"Udah, Nyak dah berdoa. Tinggal lo aja yang menggarapnya Ham, kan ladangnya sudah ada," kata Romlah sambil mengedipkan-ngedipkan matanya. "Please bikinin Nyak cucu ya malem ini," pintanya dengan mengiba.
Untuk kesekian kalinya Ilham tak bisa berkata-kata. "Duh Nyak, minta bikinin cucu, kayak minta bikini kue aja, emang dikiranya mudah apa bikin anak, apalagi sama perempuan stress seperti di..." kata-kata Ilham terhenti karena saat melirik Fiandra, wajah gadis itu terlihat semakin cantik dengan riasan wajahnya saat ini. Deg deg jantungnya berdetak kencang dengan mulut yang sedikit ternganga.
"Cie... cie Ilham sepertinya terpesona sama kamu, Fi!" celetuk MUA yang merias wajah Fi
Dengan segera Ilham membuang wajahnya. Sebelum Fiandra menoleh ke arahnya. Bukannya Banga, Fi membalas dengan memalingkan wajahnya. Mereka berdua seperti musuh bebuyutan.
Setelah satu jam, make-up sederhana itu pun selesai. Ilham lebih dulu keluar dari ruangan untuk mendengarkan ceramah.Romlah sengaja mengundang seorang ustad untuk menceramahi putranya itu karena dia tahu, Ilham memang cerdas secara akademis. Namun soal agama dia tidak terlalu mengerti, baginya cukup sholat lima waktu saja, puasa, bayar zakat dan menunaikan rukun islam.
"Jadi begini Nak Ilham. Sebagai seorang suami, kini kamu sudah memiliki kewajiban. Pertama memberikan nafkah lahir dan batin. Nafkah lahir itu berupa sandang, pangan, papan. Ya kamu tahu sendirilah yah, yang saya maksudkan."
Ilham mengangguk karena mengerti, baginya hal itu mudah, mengingat kehidupan sudah mapan.
Melihat Ilham yang tampak sudah paham ustad itu, melanjutkan penjelasannya. "Kemudian nafkah batin. Nafkah batin itu wajib kamu lakukan, karena salah satu tujuan pernikahan selain ibadah adalah meneruskan keturunan. Kamu harus menggauli isteri kamu dengan baik."
"Tapi kalau dia gak mau, gak usah di paksa kan pak ustad?" celetuk Ilham berharap mendapatkan pengecualian.
"Ya itulah tugas kamu sebagai seorang suami. Kamu bujuk dia, dekati dia, bertutur kata lah dengan lembut, berikan hadiah hadiah penuh cinta untuk istri kamu, saya yakin. Wanita manapun akan bertekuk lutut di hadapan kamu, Ham. Apalagi kamu ganteng, hidup mapan."
Huft, keluh Ilham. Lagi-lagi dia berasa berat untuk melakukan itu.
"Satu lagi Ham, kamu harus mendidik istri kamu jadi wanita yang sholehah, menjadikan rumah tangga kalian berdua sakinah mawadah warahmah. Ingat kamu bisa di tuntut di akhirat kalau kamu tidak menjalani kewajiban kamu sebagai seorang suami."
Ilham termenung, tak menyangka tugas suami itu cukup berat untuk di lakukan. Apalagi dia menikahi wanita yang sama sekali tak di cintainya.
"Gimana Ham, ngerti kan?" tanya pak ustad.
Ilham bergeming sebentar lalu mengangguk. Setelah Fiandra keluar barulah mereka berdua bersanding di pelaminan.
****
Ilham dan Fiandra terpaksa senyam senyum di atas pelaminan menyalami warga yang mengucapkan selamat kepada mereka.
"Selamat ya, Ilham. Akhirnya kamu sold out juga, " ucap salah satu ibu- ibu kompleks sambil tertawa terkekeh mengejeknya..
"Hah?! sold out? dikira saya kemarin-kemarin gak laku, apa?" dengus Ilham.
"Hmm, untung Bapak nikahin saya, kalau gak pasti jadi perjaka lapuk, kena sumpahan saya, " celetuk Fiandra.
"Eh saya itu bukannya gak laku, tapi memang selera saya tinggi, gak seperti kamu, " sahut Ilham tak kalah gengsi.
Keduanya terlihat tidak akur di pelaminan. Meskipun begitu, acara berjalan lancar.
Satu persatu per satu tamu undangan menyalami mereka hingga acara resepsi pun berakhir bertepatan dengan azan magrib.
Dari pelaminan Fiandra di tuntun Romlah menuju sebuah ruangan. "Nah ini kamar kamu dan Ilham Fi, Nyak sudah siapin baju tidur untuk kamu juga.
Fi merasa lega, karena pakaian yang dibawa Rohaye lupa di bawa oleh Nyaknya.
Romlah menuju lemari yang ada di kamar itu. lalu menarik sebuah kain merah. "Nah ini baju untuk kamu Fi," Ujarnya sambil merentangkan baju berwarna merah chery itu.
Bola mata Fiandra terbelalak ketika melihat bentuk pakaian itu. "Ha! pakai baju ini, Nyak?" tanyanya dengan nada keberatan.
"Oya kenapa?"
"Tapi bajunya kok seperti kurang bahan gitu Nyak, mana transparan lagi, pan aye malu."
"Sudah! pakai saja ngapain malu, toh cuma Ilham yang melihatnya," Romlah mengedipkan sebelah matanya memberikan kode. "Sana kamu mandi!" titahnya.
Fi beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan menghampiri kamar mandi. Tiba-tiba terdengar suara panggilan.
"Eh tunggu, Fi! baju pengantinnya jangan kamu bawa ke kamar mandi, ganti di sini saja karena itu baju sewaan," kata Romlah.
"Tapi, Nyak, Aye nggak punya baju ganti."
Romlah mengulas senyum. "Ini kan ada!" celetuknya sambil menunjukkan lingerie di tangannya.
"Tapi... "
"Sudah cepat ganti, gaunnya mau nyak balikin!"
Dengan terpaksa Fi melepas gaun pengantin itu dan menggunakan handuk ke kamar mandi, dia bersyukur sempat membawa kebaya di acara akad nikah tadi.
Setelah selesai dengan ritualnya, Fi keluar dari kamar mandi masih menggunakan handuk. Mungkin karena handuk itu terlalu kecil, jadi ia harus memegangnya agar tidak melorot.
Wanita itu berusaha mencari kebaya dan kain sarungnya di sekitar kamar tersebut. Namun sia-sia, saking penasaran Fi menungging mencari sampai ke bawah kolong. "Mana ya, perasaan tadi masih disini," gunannya.
Saat yang bersamaan pintu terbuka. Kreak pintu terbuka. Ilham kaget ketika melihat Fi yang tengah menungging sejenak ia terkesiap dengan jantung yang berdetak kencang. Fi juga kaget mendengar pintu terbuka. Dengan cepat ia membenarkan handuknya yang melorot hingga memperlihatkan buah dadanya.
"Bapak! tutup matanya!" teriak Fi.
Secara reflek Ilham memejamkan mata dengan jantung yang berdetak kencang.
Fiandra kebingungan, handuk itu terlalu kecil untuk tubuhnya, sementara ia tak punya baju ganti selain lingerie itu.
"Bapak keluar kamar!'' titah Fi dengan panik sambil menarik bed cover.
"Iya!" Dengan mata yang masih terpejam dan tubuh yang gemetar Ilham meraba gagang pintu. Namun tiba-tiba pintu tertutup dari luar. Bahkan terdengar suara pintu di kunci.
"Nyak bukain pintu Nyak!" pinta Ilham sambil memainkan handle pintu.
"Udah loh, nikmati aja ya, malam pertama kalian berdua!" sahut Romlah sambil cekikikan.
Fiandra dan Ilham panik mereka berdua terjebak di dalam kamar. Mereka yakin meskipun di gedor, tak akan ada yan0g membukakan mereka pintu. Kecanggungan mulai terasa, wajah keduanya terlihat begitu tegang.
Apa kah yang terjadi selanjutnya?
.