Demi bakti ku kepada Ayah aku bersedia memenuhi keinginannya untuk menikah dengan lelaki pilihan Ayah ia juga alah satu orang kepercayaan Ayah, namun kini ia membawa mawar lain masuk kedalam rumah tangga kami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Enam Belas
*****
Ceklek....
"Sedang apa kamu di sini?" tanya Seno geram pasalnya ia menyuruh Rendi untuk menjaga istrinya sementara ia pulang, namun setelah kembali mengapa malah orang asing yang berada di samping ranjang istrinya dan menunggui istrinya.
"Sa sa-ya ma ma-af tuan saya hanya menggantikan Rendi semetara, Rendi sedang buang air perutnya sakit" ucap wanita asing itu dengan terbata-bata.
Seno mengerutkan keningnya heran sejenak ia ingin sekali memarahi Rendi karena ia malah menyuruh orang asing untuk menjaga istrinya, namun seketika ia tersadar tidak mungkin Rendi akan menyuruh orang lain jika ia sendiri tidak memastikan keselamatan nona nya sekaligus istri sahabatnya itu.
Setelah sadar Seno mengambil alih tempat duduk di samping ranjang istrinya yang sebelumnya di tempati oleh wanita asing itu.
"Dimana Rendi?" tanya Seno dengan nada sedikit merendah.
Cekleekk...
"Disini tuan" ucap Rendi yang baru saja keluar dari kamar mandi yang berada di dalam ruangan nona nya.
Seno sengaja menempatkan istrinya di dalam ruangan VVIV karena ia tidak ingin istrinya terganggu akan keberadaan orang lain.
Kedua manusia tersebut dengan kompak menuju kearah suara berasal.
"Kamu kenapa?" tanya Seno dengan kening yang mengkerut. Melihat penampilan asistennya itu acak-acakan, karena setau Seno asistennya itu sangat lah gi la akan kerapian.
"Perut ku sakit entah salah makan atau bagaimana?" ucap Rendi sambil memperbaiki kemejanya.
"Dia terlalu banyak memakan sambal tuan" ucap wanita asing di sebelah Rendi.
Naya segera memposisikan dirinya di samping Rendi dan membantu pria itu membenahi dandanan nya.
"Emangnya dia makan apa?"
"Makan nasi dengan lauk lele goreng dan sambal tomat yang di beri lalapan kemangi tuan, saya sudah mengingatkan tapi asisten tuan tetap saja memakan sambalnya dengan porsi yang tidak sedikit. Bahkan sambal milik saya pun di embat juga" ucap Naya menerangkan kejadian sebenarnya.
Seno yang paham hanya menganggukkan kepalanya sembari memegang dagunya dengan jari telunjuk dan jempolnya. Paham kan ya?
Setelah berpamitan Rendi dan Naya bergegas menaiki mobil, Rendi langsung tancap gas meninggalkan area rumah sakit untuk mencari makan siang serta pulang ke apartemen nya di temani oleh Naya.
****
"Sayang" ucap Seno memegang jemari istrinya.
"Apa yang kamu mimpikan hingga kamu lebih nyaman menutup ma ta dari pada melihat ku? Tolong jangan seperti ini bangunlah aku merindukan mu, merindukan semua tentang mu tentang kita. Jangan hukum aku seperti ini sayang aku mohon, bangun pukul aku sayang buka ma ta mu" ucap Seno menangisi keadaan istrinya tanpa ia sadari air ma ta nya menetes mengenai wajah pucat istrinya.
****
Di sebuah taman nan indah di kelilingi aneka ragam gorengan heh! Apaan sih!
Di sebuah taman nan indah si kelilingi aneka tanaman bunga dan buah, duduklah wanita cantik yang mengenakan pakaian putih bersih dengan rambut panjang terurai tertiup angin.
"Nak sedang apa kamu di sini?"
Wanita cantik itu menoleh dan tersenyum pada lelaki yang mengajaknya bicara, wanita itu segera melangkah kan kaki mendekati pria tersebut.
"Ayah....."
Dengan senyum manisnya wanita cantik itu memeluk lelaki paruh baya tersebut.
"Sedang apa kamu disini nak? Mana suami mu?" ucap Bambang.
"Aku nggak tau Ayah mengapa aku di sini dan sudah berapa lama aku disini, yang aku dengan hanya suara tangisan Rendi dan mas Seno yang meminta ku untuk bangun. Padahal aku sudah bangun, aku sudah berusaha memanggil mereka tapi mereka tidak mendengar dan terus saja menyuruh ku bangun sambil menangis" ucap Ambar menceritakan semua.
"Pulang lah nak, belum saatnya kamu di sini, suami dan adik mu sangat kehilangan dirimu nak"
"Apa Ayah akan pulang bersama ku?"
"Ayah mu akan tetap disini bersama Ibu dan Cucu kami" ucap Wanita paruh baya yang terlihat sangat cantik dengan menggendong bayi lelaki mungil nan tampan yang masih terlihat merah.
"Ibu" ucap Ambar memeluk erat Ibunya tersebut.
Ambar pun mencium pipi gembul bayi merah tersebut dengan gemas.
"Anak siapa Ibu?" tanya Ambar.
"Dia anak mu nak" ucap Pak Bambang.
"Anak ku? Aku belum hamil Ayah bagaimana mungkin?"
"Kamu sudah hamil, namun karena seseorang yang ingin mencelakai adik mu tapi ia malah salah orang dan malah terkena suami mu. Dan menyebabkan kamu keguguran di saat usia anakmu masih sangat rentan" ucap Laras Ibunda Ambar menjelaskan.
Ambar tak percaya bahwa di perutnya sudah ada yang mengisi sejenak ia teringat akan alat yang ia letakan di balik pot wastafel yang belum ia lihat hasilnya. Ambar tanpa sadar mengelus perutnya yang rata.
"Kembali lah nak kasihan suami dan adik mu mereka masih membutuhkan mu sangat membutuhkan mu" ucap Laras.
"Bagaimana caranya Ibu?" tanya Ambar.
"Berjalanlah mengikuti sinar itu jangan berhenti dan jangan menengok kebelakang, jalan saja terus hingga menemukan sinar yang paling terang" ucap Laras.
Ambar menuruti perkataan Ibunya dengan ia melangkahkan kaki mengikuti sinar yang semakin lama membuat ma ta nya silau dan...
"Aku di mana?" ucap Ambar di dalam hati.
Ia ingin menggerakkan tangan nya namun terasa berat ia menoleh dan ia tersenyum karena lelaki yang berstatus suaminya itu dengan setia menunggunya di rumah sakit entah sudah berapa lama.
Ia tak tega membangunkan suaminya jadi lah ia hanya menikmati wajah tampan yang di tumbuhi bulu-bulu halus di sekitar area wajahnya, walau pun begitu menurut Ambar tidak mengurangi kadar ketampanan sang suami. Malah justru menambah aura babang tamvan suaminya.
Ia merakan pergerakan kepala suaminya bergegas lah ia memejamkan ma ta nya kembali seolah seperti sebelum sadar.
"Ku pikir kami sudah sadar dan mengelus kepala ku sayang tapi seperti itu mimpi, hm... Sangking rindunya aku pada mu sampai terbawa mimpi. Lekas lah sadar istri ku muah.." ucap Seno mengecup kening istrinya dan beranjak menuju kamar mandi.
Ambar yang mendengar suara pintu kamar mandi yang sudah tertutup langsung membuka ma ta nya.
"Maafkan aku mas sudah membuatmu seperti ini" ucap Ambar lalu ia kembali memejamkan ma ta nya kembali karena Seno sudah selesai dan akan segera keluar dari kamar mandi.
"Sayang waktu nya mandi sebentar ya aku akan mengambil air hangat karena cuacanya dingin" ucap Seno berlalu pergi dari ruangan istrinya.
Ambar kembali melanjutkan aktingnya yang pura-pura tidur atau belum sadar.
Ia merasakan bagian pa ha nya di raba Ambar membuka sedikit kelopak ma ta nya, untuk memastikan bahwa memang suaminya lah yang melakukannya. Dan benar saja suaminya yang melakukannya Seno sangat telaten membersihkan tubuh istrinya hingga di bagian lipatan, Ambar yang menahan geli di area dalam bagian pa ha dan pinggang yang kini sedang di bersihkan oleh Seno tak tahan lagi menahan geli hingga ia.
"Ha ha ha stop mas stop ha ha geli mas"
Seno yang terkejut pun sontak memundurkan dirinya satu langkah kebelakang, lalu ia melotot tajam ke arah istrinya.
"Sayang? Kamu sudah sadar?" ucap Seno yang mendekati istrinya.
Ambar yang mendapat sorotan tajam dari suaminya pun hanya memamerkan deretan gigi putih nya dan mengangguk.
"Dari kapan?"
"Dari kamu bangun tidur"
"Nakal kamu ya " ucap Seno sembari mencubit hidung istrinya gemas setelahnya ia menekan tombol untuk memanggil Dokter.
"Mas peluuuuk" ucap Ambar manja.
Inilah yang selalu di rindukan oleh Seno sikap Ambar yang manja padanya dan terkadang bisa juga menjadi dewasa dan tegas di situasi tertentu.
Tok Tok Tok...
Permisi..