Sebuah keputusan besar terpaksa harus Jena ambil demi menghidupi keluarganya. Menikah dengan Bos diperusahaannya untuk mendapatkan keturunan agar dapat meneruskan perusahaan adalah hal yang gila. Namun apa jadinya jika pernikahan itu terjadi diatas kontrak? temukan jawabannya disini 👇🏻.. Selamat membaca 🤗🥰🥰
.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nazefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Kemauan Baby
Jena yang merasa kesal keluar dengan langkah kaki yang lebar, sementara Savero mencoba mengikuti Jena namun dengan langkah yang lebih tenang agar tidak membuat curiga para karyawannya.
Jena berjalan terus dan sampai akhirnya diruangan asisten Rey lalu Jena pun masuk ke dalam. Vero yang melihatnya tampak mengerutkan kening dan bertanya-tanya kenapa Jena pergi ke ruangan Rey?
"Sekertaris Je? ada apa? Apakah meeting anda sudah selesai?" tanya Rey yang heran dengan kedatangan Jena yang mendadak ditambah lagi wajahnya yang terlihat kesal.
Jena mendudukkan tubuhnya dengan kasar ke atas kursi yang berada didepan meja Rey.
"Dasar lelaki buaya!" umpat Jena tanpa menjawab pertanyaan dari Rey.
"Siapa yang anda maksud sekertaris Je?" tanya Rey yang semakin bingung.
"Siapa lagi kalau bukan Tuan Vero, si lelaki buaya darat itu!!" ujar Jena kesal.
"Siapa yang buaya darat?" tanya Savero yang baru saja datang.
"Dih! Tuh kan, baru disebut udah nongol orangnya." gerutu Jena dengan malas.
"Tuan Vero." sapa asisten Rey yang langsung berdiri dan menundukkan kepalanya.
"Je, untuk apa kamu di sini? ikut ke ruangan saya sekarang!" titah Vero dengan berdiri disamping Jena saat ini.
"Nggak mau! saya mau tetap disini!" tolak Jena dengan melipatkan kedua tangannya diatas dada dan menyadarkan punggung kekursi.
"Je.. ayo, jangan buat aku marah." bujuk Vero lagi namun kali ini terdengar lebih lembut.
Namun lagi-lagi ucapan Vero hanya membuat Jena semakin marah kepadanya.
"Ooh, Tuan mau marah? ya sudah marah saja!" ucap Jena lalu berdiri dari tempat duduknya menatap Savero.
"Bukan.. Je, jangan begini. Aku harus bagaimana agar kamu tidak marah lagi?" ucap Vero yang kini kehabisan akal.
"Pikir saja sendiri!" jawab Jena kesal dan langsung pergi dari depan Vero kemudian keluar dari ruangan itu.
Savero mengusap rambutnya dengan kasar. Sungguh wanita yang satu ini benar-benar menguras kesabarannya. Mungkin itu memang bawaan hamil, tapi jika dipikir-pikir sepertinya anaknya kelak akan sangat mirip seperti Savero yang suka marah-marah. hiihiihii...
"Sebenarnya apa yang terjadi Tuan?" tanya Rey.
"Entahlah Rey, semenjak Jena hamil dia jadi suka tiba-tiba marah seperti ini." ucap Savero yang hampir putus asa.
"Ooh ya Tuan, itu hal yang wajar untuk perempuan yang sedang hamil muda. Saya harap Tuan akan lebih bersabar lagi menghadapi Nona Jena nantinya." ucap Rey menasehati.
"Terimakasih Rey, tapi aku harus pergi sekarang."
"Ya Tuan, silahkan."
Savero keluar dari ruangan asisten Rey, dan kembali mengikuti Jena lagi tapi kali ini Jena masuk ke ruangannya sendiri dengan mengemas barang-barang miliknya.
"Je, kamu mau kemana?" tanya Savero sambil masuk ke dalam ruangan sekertaris pribadinya itu.
"Aku mau pulang saja, mood ku sudah rusak untuk bekerja hari ini!" jawab Jena.
"Kamu mau pulang ke mana?" tanya Vero.
"Kemana saja asalkan bisa mengembalikan mood ku!" jawab Jena lalu pergi dari depan Savero dengan membawa tasnya. Sementara Savero masih mencoba mencegahnya dengan menahan satu tangan Jena.
"Biar aku antar." ucap Vero menawarkan diri.
"Tidak perlu!" jawab Jena dengan melepaskan tangannya.
"Kita jalan-jalan saja, supaya mood kamu bisa kembali?" ucap Vero.
Dan "yes!" ucapan Vero barusan berhasil membuat langkah Jena terhenti.
"Jalan-jalan?" gumam Jena sambil tersenyum.
"Ya, ayo kita jalan-jalan hari ini." ajak Vero.
"Ke mana?" tanya Jena yang mulai antusias.
"Kemana saja asalkan bisa membuatmu senang." ujar Vero
"Asyiiik!! ayo.." ucap Jena dengan gembira.
Savero membuang nafas lega karena akhirnya kini Jena kembali ceria. Sungguh, wanita memang sangat sulit untuk ditebak.
Jadilah hari ini mereka pergi jalan-jalan, mereka pergi hanya berdua saja.
"Jadi kita mau kemana?" tanya Savero sambil mengendarai mobilnya.
"Aku mau ke mall. Disana aku mau jalan-jalan, belanja, nonton film, makan eskrim, dan banyak lagi."
"Hmmp! banyak maunya." gerutu Vero sambil tersenyum kecil.
"Biarin! Lagi pula ini tuh juga kemauan baby." ucap Jena sambil mengelus perutnya yang masih rata.
"Iya.. iya.. asalkan kalian bahagia." ucap Vero dengan mengusap kepala Jena dengan lembut.
Ya itulah wanita, jika sedang marah pasti ujung-ujungnya jalan-jalan & shopping yang menjadi obat mujarab bagi mereka. Tapi Rasanya Savero lebih suka melihat Jena yang seperti ini, biarpun banyak maunya asalkan dia selalu terlihat bahagia.
Tadinya Savero pikir pasti akan sangat menyebalkan memiliki istri yang sedang hamil, tapi nyatanya bersama Jena kini Savero mulai menikmatinya.
💦
💦
💦
Sampai malam Amora masih tetap mencari David sambil terus berusaha menghubunginya. Amora yang sudah bingung harus mencari kemana lagi kekasihnya itu pun mulai putus asa. Amora sudah mencari ke semua tempat yang biasa mereka datangi, namun hasilnya nihil. Amora juga tidak tau kantor milik David, karena selama ini David belum pernah mengajaknya pergi ke kantornya. Bahkan David sering beralasan jika Amora ingin pergi ke kantor David sekedar untuk bertemu sang kekasih.
"David! Kamu dimana sih!" gumam Amora yang masih terus mengendarai mobilnya.
Lama Amora mencari David sepanjang jalan sambil terus fokus menyetir sampai tiba-tiba handphone miliknya berbunyi. Amora segera mengambil handphone tersebut berharap itu adalah panggilan dari David kekasihnya. Tapi saat Amora menatap layar ponselnya ternyata yang menghubunginya kali ini adalah ibunya sendiri.
"Halo Mora? kamu dimana? ini sudah malam, kenapa kamu belum juga pulang?"
"Iya ma, nanti Mora pasti pulang. Mora masih cari David ma,"
"Sudahlah Mora, kita cari besok lagi sama-sama. ini sudah malam nak."
"Tidak ma, aku mau pulang kalau David sudah ketemu."
Ditengah obrolan mereka, tiba-tiba secara tidak sengaja Amora melihat David yang keluar dari salah satu hotel mewah. Namun kali ini dia bersama seorang perempuan yang dia rangkul mesra dengan berpakaian seksi, umurnya pun bisa dibilang lebih dewasa dibandingkan Amora.
"David!" gerutu Amora sambil mempertajam penglihatannya.
Amora yang yakin betul bahwa yang dia lihat kali ini adalah David pun segera memutuskan untuk mendatanginya.
"Bu, kayaknya Amora lihat David deh Bu."
"Oh ya? Dimana sayang?"
"ini Bu, didepan Mora sekarang, tapi dia sama cewek Bu,"
"Ya udah dulu ya Bu, Mora mau nyamperin David dulu."
"Iya sayang, hati-hati ya? jangan lupa nanti kabarin ibu lagi."
"Ya Bu, daaah!"
Tut!!
Amora mematikan sambungan telfonnya dan langsung mengarahkan mobilnya ke hotel mewah tersebut untuk menemui David sekaligus meminta penjelasan tentang dirinya yang tiba-tiba menghilang dan perempuan itu.