Skuel ke dua Sang Pewaris dan sekuel ketiga Terra The Best Mother.
menceritakan keseruan seluruh keturunan Dougher Young, Pratama, Triatmodjo, Diablo bersaudara dan anak-anak lainnya.
kisah bagaimana keluarga kaya raya dan pebisnis nomor satu mendidik anak-anak mereka penuh kesederhanaan.
bagaimana kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KADO UNTUK AYAH 3
Adiba baru saja membereskan meja kerjanya. Wanita muda berusia sembilan belas tahun sebentar lagi nampak semringah ketika melihat seraut wajah yang mendatanginya.
“Mas!” panggilnya mesra dan senyum indah.
Sebuah pagutan cepat terjadi, Satrio kini mahir memaikan lidahnya hingga membuat Adiba melambung saat dicium oleh pria halalnya itu.
“Mas!” ujarnya menahan laju ciuman sang suami yang makin dalam dan menuntut.
Seandainya ini terjadi di kamar mereka, tentu lain ceritanya. Darren berdehem untuk menghentikan aktifitas mesra keduanya.
“Abah!” rengek Satrio cemberut.
“Ish ... ini masih di kantor!” decak sebal Darren pada sepasang suami istri itu.
“Seperti Abah tak begitu jika uma datang!” tuduh Satrio langsung.
“Eh ... kok melawan!”
Darren gemas dengan Satrio, pemuda yang sudah jadi suami itu tegelak ketika Darren menggelitikinya. Darren ikut mengurus Satrio ketika bayi dulu, bukan hanya Satrio sampai Kalia lahir, Darren masih merawatnya. Kecuali Harun dan keponakannya yang ada di Eropa.
“Ayo pulang!” ajaknya.
“Abah ... nanti mampir di butik pria ya,” ujar Adiba.
“Untuk?” tanya Darren dan Satrio bersamaan.
“Adik-adik menitip uang untuk membeli kado untuk ayah,” jawab Adiba.
“Astagfirullah ... ulang tahun ayah kan tanggal dua puluh nanti!” ujar Darren nyaris melupakan hari lahir pria kesayangannya itu.
“Masih lama ... ini baru tanggal berapa,” sahut Satrio santai.
“Eh ... tetap harus dibelikan, ini amanah!” ujarAdiba bersikeras.
“Iya ... nanti kita mampir di butik langganan Abah!” ujar Darren.
“Kita jemput uma dulu ya!” ajaknya.
Darren tak lagi dijaga Budiman karena pria itu kini menjadi ceo di perusahaannya. Semenjak Horizon lahir, Gisel enggan kembali bekerja. Mau tak mau ceo tersembunyi hadir dan malah menggemparkan publik.
Dahlan berganti tugas dengan Budiman. Sebagai ketua lapis kedua. Dahlan berdiri di depan pintu, lalu keempatnya berjalan menuju mobil mewah. Satrio dijaga oleh dua pengawal.
“Abi sama mereka aja. Biar Darren sama anak-anak ini!” ujar Darren.
“Baik Tuan!” Dahlan melonggarkan penjagaan, tidak seperti Budiman yang sangat posesif.
Dua kendaraan mewah melesat meninggalkan halaman perusahaan. Hudoyo grup makin lama makin besar dan kuat, terutama anak perusahaannya. Perusahaan cyber pertama di Indonesia makin terkenal namanya. Terlebih kini perusahaan itu ada hampir di seluruh dunia.
Gagasan flying internet yang mendunia. Tak semua maskapai dan negara memiliki kenyamanan itu. Terra tentu sangat paham bahaya jika internet diperluas di udara akan mengganggu semua sitem yang ada.
Seperti pantauan antariksa, signal untuk pendeteksi gempa, bencana dan juga cuaca akan sangat terganggu jika flyng internet digunakan secara bersamaan dalam jangka lama.
Setengah jam perjalanan menuju rumah sakit milik Arimbi. Saf turun bersamaan dengan Arimbi dan Reno.
“Kita ke butik dulu sayang,” ajak Darren pada istrinya.
“Abah butuh sesuatu?” tanya Arimbi yang juga menggayut manja pada lengan pria itu.
“Itu semua adik menitip uang untuk beliin kado untuk ayah,” jawab Darren.
“Astaghfirullah! Arimbi hampir lupa!” seru wanita hamil itu.
“Abah juga hampir lupa sayang,” sahut Darren terkekeh.
“Ya sudah ... kita mampir ke butik dulu,” sahut saf.
Reno hanya mengikuti saja, pria itu membiarkan ayahnya Remario mengurusi perusahaan. Reno masih ingin bersama istrinya yang tengah hamil muda.
Sampai mereka di halaman parkir sebuah butik mewah, kendaraan mereka yang mewah tentu menarik para pramuniaga.
Mata mereka makin membelalak sempurna ketika yang keluar adalah wajah-wajah rupawan. Terutama para prianya, walau wajah para wanita tak kalah rupawan.
“Masuk Abi,” ajak Darren menggandeng tangan pria yang berusia matang itu. Dahlan menurut, pria itu mengikuti kemanapun darren melangkah.
“Ini bagus sayang,” ujar Reno pada Arimbi.
“Ayah masa di kasih kemeja pink!” ketus Arimbi sengit.
Reno tersenyum usil, dipikirannya melintas pria kebanggan semua orang memakai kemeja dengan warna nyentrik ini.
“Bilang aja kamu ngidam pengen liat ayah pakai ini!” sahut Saf yang juga memiliki pikiran sama dengan Reno.
Arimbi gamang, wanita itu tampak terkontaminasi dengan perkataan dua orang yang memang sangat usil. Darren melihat kemeja yang dipegang Reno.
“Ada apa?” tanyanya dengan kening berkerut.
“Ayah pakai ini bagus kan Abah?” tanya Arimbi langsung dengan tatapan polos.
Mata Darren membelalak sempurna. Sosok wibawa dan ditakuti oleh banyak orang diminta untuk memakai kemeja dengan warna nynetrik ini? Pkirnya. Pria beranak empat itu menggeleng pelan.
Satrio dan Adiba yang masih memilih-milih kemeja yang cocok penasaran dengan kumpulan orang itu. Sedangkan Dahlan telah mendapat kemeja yang ia inginkan ikut penasaran.
“Kenapa kok jadi tegang?” tanya Satrio penasaran.
“Ayah pakai ini baguskan Mas?” tanya Arimbi.
Mata Satrio ikut-ikutan membesar, begitu juga Adiba terlebih Dahlan. Pria itu menolak keras jika pria panutan seluruh pengawal memakai kemeja warna pink.
“Ayah bukan Ketua Virgou!”
Tentu semua ingat ketika di salah satu pesta pernikahan pria sejuta pesona itu memakai setelan warna ungu berikut seluruh pengawal. Hanya Herman yang tak memakainya, Virgou juga melarang pria kesayangannya memakai seragam itu.
“Aaah ... Arimbi pengen ayah pakai ini!” rengek wanita hamil itu.
“Kalau nona berani memintanya!” ujar Dahlan lalu menggeleng, ia menolak bertanggung jawab.
Arimbi menghela napas panjang, tentu ia tak berani meminta. Walau alasan kehamilan, tetap saja ia tak berani memintanya.
“Kalau sama papa baby?” tanya Adiba yang membuat semua menoleh padanya.
“Ayah sangat sayang sama papa baby. Pasti ayah mau menurut,” jelasnya kemudian.
Darren juga sangat ingin ayahnya memakai kemeja pink itu. Ia menelpon bayi besarnya, ia hanya meminta pria beranak satu itu untuk datang ke butik. Siapa sangka jika Haidar ikut serta berikut Sean dan juga Al.
“Kamu gila sayang suruh ayah pakai kemeja ini!” geleng Haidar.
“Mama kalian juga pasti marah!” lanjutnya.
Rion menatap kemeja warna pink, pikirannya sudah terbayang ayahnya memakai kemeja itu dengan senyuman bangga.
“Kita beri saja!” ujarnya kemudian.
Dahlan berdecak tak setuju begitu juga Haidar. Sementara yang lain sibuk mengambil beberapa kemeja untuk keperluan kerja mereka dan tak peduli dengan apa yang diperdebatkan.
“Sean dan Al mah, nggak mau dimarahin ayah sama mama ya!” tolak Sean diangguki Al.
“Kita kasih aja sebelum hari ulang tahun ayah. Kita minta dia untuk pakai di hari ulang tahunnya!” ujar Rion meyakinkan semua orang.
“Ion yakin kalau ayah pasti menghargai apa pemberian anak-anaknya!” jelas Rion.
“Atau kita kasih pilihan?” ujar Adiba.
“Kita kasih kemeja warna lain. Kita akan lihat apa yang beliau pakai!” lanjutnya.
“Sayang!” geleng Dahlan tak yakin.
“Ayah pasti tau jika kita ingin beliau memakai kemeja warna pink. Jika ayah memakainya, berarti seusai keinginan kita, tapi kita tak boleh kecewa jika ayah memakai kemeja warna yang berbeda karena itu sesuai karakter ayah!” lanjut Adiba menjelaskan.
Akhirnya mereka sepakat membeli dua kemeja dengan warna berbeda berikut celana dan ikat pinggangnya. Semua dibungkus dengan kertas kado warna silver dengan gradasi bunga timbul. Mereka pulang dengan hati berdebar menanti hari di mana Herman, ayah mereka memakai kemeja pemberian anak-anak.
Bersambung.
Wah ... ayah bakalan pakai apa ya?
Next?
semoga berjalan lancar ya baby cal...