Seorang wanita muda bernama Ayuna berprofesi sebagai dokter Jantung yang berdinas di rumah sakit pribadi milik keluarganya, dia terpaksa dijodohkan oleh orang tuanya karena dia lebih memilih karir dibandingkan dengan percintaan.
Sebagai orang tua. tentunya sangat sedih karena anak perempuannya tidak pernah menunjukkan laki-laki yang pantas menjadi pasangannya. Tidak ingin anaknya dianggap sebagai perawan tua, kedua orang tuanya mendesaknya untuk menikah dengan seorang pria yang menjadi pilihan mereka. Lantas bagaimana Ayuna menyikapi kedua orang tuanya? Mungkinkah ia pasrah menerima perjodohan konyol orang tuanya, atau melawan dan menolak perjodohan itu? ikuti kisahnya hanya ada di Novel toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Dilamar
Martha mondar mandir tak bisa tenang. Anak dan juga cucunya tak kunjung datang sampai tengah malam. Ia yakin, mereka masih mengurus Ane di rumah sakit.
"Dari mana saja kalian! Ini sudah jam berapa?"
Martha yang sengaja tidak tidur menunggu kedatangan Mahendra dan juga Ayuna dibuat geram. Dia sangat yakin kalau Mahendra dan Ayuna telah melakukan perawatan pada Ane yang sudah sekarat.
"Kami dari rumah sakit Ma," jawab Mahendra.
"Rumah sakit mana? Awas kalau sampai kalian bawa cecunguk itu ke rumah sakit kita, aku nggak akan pernah rela, atau aku akan membinasakannya," cercah Martha.
"Astaghfirullah hal adzim, sadar dong Ma. Mama nggak boleh jahat sama mereka. Apa Mama nggak punya rasa takut, kalau misalnya sewaktu-waktu Mama mengalami sakit yang sama kayak nyonya Ane. Dia nggak salah apa-apa sama oma, cucunya lah yang sudah membuat malu keluarga kita, menghina putriku. Tapi nyonya Ane tidak bersalah Ma?"
Mahendra langsung memberikan teguran pada Mamanya, karena sudah dianggap tidak berperikemanusiaan.
"Dan kamu mudah maafin mereka yang sudah menginjak-injak harga diri kita. Kalau aku, tidak akan pernah memberinya maaf. Aku bukan orang yang mudah menerima, apa lagi menyangkut harga diri. Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah memaafkannya, kalau perlu, musnahkan saja keluarga mereka."
Martha geram, dia menatap nyalang pada Mahendra yang berdiri di depannya dengan Ayuna.
"Oma! Kenapa oma sekeras batu sih, aku aja yang dihina udah maafin. Ini semua bukan kesalahan Nyonya Ane oma, ini semua kesalahan cucunya yang sombong itu. Bukannya aku membela nyonya Ane ataupun keluarganya oma, tapi seenggaknya oma jangan benci nyonya Ane. Biar bagaimanapun juga, nyonya Ane adalah sahabat oma, jadi oma jangan membencinya ya? Ayuna mohon."
Ayuna memelas menatap Martha dengan muka lugunya.
"Sekali tidak, tetap tidak. Tinggalkan Ane, kalian nggak perlu merawatnya. Jadi mulai besok, putuskan kerjaanmu dengannya. Masih banyak pasien yang ingin mendapatkan perawatan darimu kenapa harus merawat orang tidak tau diri itu," cecar Martha.
"Astaghfirullah Ma. Mama benar-benar sudah sangat berubah. Dulu Mamaku sangat baik, dia tidak pernah kasar ataupun egois. Ke mana Mamaku yang dulu kukenal, kenapa sekarang berubah seperti ini. Bahkan Mama dan Papa juga sudah tega membu...."
"Tutup mulutmu! Atau aku juga akan melakukan hal yang sama seperti apa yang terjadi pada kakakmu."
Martha yang tahu jalan pikiran Mahendra, seketika itu langsung menyentaknya.
Mahendra terdiam, dia menoleh pada Ayuna.
"Ayuna, ini sudah larut malam. Sebaiknya kamu segera istirahat. Besok kamu ada jadwal operasi, istirahatlah," tutur Mahendra.
"Iya, baiklah Pa," jawab Ayuna.
Ayuna pun segera bergegas pergi menuju kamarnya. Sedangkan Mahendra juga begitu, tidak ingin berdebat dengan orang tuanya, maka dia putuskan untuk meninggalkan Martha menuju kamarnya.
"Dasar! Anak dan bapak sama aja. Kalian nggak akan pernah tahu, seperti apa aku ini. Kalian hanya menganggap aku adalah Martha yang pernah kalian kenal. Itu semua salah, kalian itu tidak lain adalah bonekaku, yang bisa kumanfaatkan untuk mendapatkan semua hartanya Alexander."
Martha tersenyum Devil menatap kepergian Ayuna dengan Mahendra.
Ayuna dan Mahendra berhenti di depan kamar Ayuna.
Merasakan ada sesuatu yang aneh pada Martha yang sikapnya berubah drastis seratus delapan puluh derajat.
"Papa! Papa ngerasa ada yang mencurigakan nggak sih Pa?"
Ayuna berbicara pelan takut ada yang mendengarnya.
"Maksudnya aneh bagaimana?" tanya Mahendra menatap lekat pada putrinya.
"Itu loh Pa! Si oma. Kenapa dia menjadi sekejam itu sih Pa. Bukannya Papa bilang dulu oma itu orangnya sabar, bahkan nggak pernah marah. Tapi kenapa sekarang dia jadi kasar seperti ini ya Pa? Apa yang membuatnya jadi sekeras itu?"
Ayuna tidak tahu betul seperti apa omanya dulu. Tapi mendengar penjelasan dari Papanya, dia yakin ada hal yang aneh pada omanya.
'Aku yakin, ada hal yang tersembunyi di keluarga ini. Tapi dengan cara apa aku menyelidikinya? Aku harus mencari cara untuk bisa menyelidikinya.'
"Omamu memang sudah sangat berubah. Tapi Papa nggak tahu, sampai sejauh ini, apa yang sudah membuatnya berubah. Papa nggak pernah mengerti jalan pemikiran oma kamu," celetuk Mahendra.
"Huft, ya sudahlah Pa, aku capek, mau istirahat saja. Papa juga harus istirahat," tutur Ayuna.
"Oh ya Pa, besok yang operasi pasienku biar Haris saja ya? Aku akan merawat nyonya Ane. Biar bagaimanapun juga, ini kesalahan oma, dan kita yang harus menebus kesalahannya," ungkap Ayuna dengan wajah lesunya.
"Iya sayang? Besok Papa yang akan ngomong sama Haris, biar dia yang handel kerjaan kamu. Kamu tenang saja. Sekarang lebih baik kamu istirahat aja dulu, supaya badanmu jauh lebih enakan," tutur Mahendra.
"Iya Pa, kalau begitu aku masuk dulu, mau langsung istirahat," celetuk Ayuna.
Ayuna masuk ke dalam kamarnya dan langsung merebahkan dirinya di ranjang king size nya.
Terdengar ponselnya bergetar, Ayuna langsung mengangkatnya. Mendapati nomor asing, dia pun mengerutkan keningnya.
"Siapa malem-malem gini hubungi aku. Ini nomor siapa ya? Kenapa ada nomer asing di sini, atau dia itu pasienku, atau temanku."
Ayuna nampak ragu akan mengangkat sambungannya. Tapi dia juga gelisah tidak bisa tenang karena takut terjadi sesuatu yang buruk pada pasiennya.
"Angkat nggak ya?"
Ayuna kembali duduk di ranjang sembari memegang ponselnya yang masih bergetar.
"Coba kuangkat deh, kali aja ini penting," gumam Ayuna langsung menggeser tombol hijau ke atas di layar ponselnya.
"Hallo! Assalamu'alaikum," ucap Ayuna dengan sopan.
"Hallo! Ini dengan dokter Ayuna?" sapa dari seberang.
"Iya betul, em maaf. Ini dengan siapa ya?" tanya Ayuna.
"Ini aku, Allard," jawab Allard.
"Oh! Kak Allard toh, dari mana kak Allard tahu nomor saya?" tanya Ayuna.
"Em, itu tadi aku minta nomor anda sama dokter yang tadi ngobrol sama anda. Maaf, saya sudah lancang," jawab Allard.
"Oh! Gitu. Iya-iya, nggak papa kok, santuy aja. Aku nggak marah kok," tutur Ayuna.
"Em, Ayun.... Eh dokter Ayuna maksudnya," celetuk Allard
"Panggil saja Ayuna kak? Nggak papa kok," celetuk Ayuna.
"Em, benarkah? Jadi aku boleh panggil kamu Ayuna? Wow! Terimakasih dokter," jawab Allard senang.
Ayuna ikut tersenyum, sangat berbeda sekali Allard dengan adiknya yang sangat sombong itu.
"Ayuna! Apa aku boleh ngobrol sama kamu. Tapi sebelumnya aku minta maaf, malam-malam seperti ini aku sudah mengganggu istirahatmu," ucap Allard.
"Iya, nggak papa. Memangnya ada apa kak? Apa ada hal penting yang ingin kakak sampaikan?" tanya Ayuna.
"Iya. Sebenarnya ada hal penting yang ingin saya katakan padamu. Tapi..... "
"Tapi apa kak? Katakan saja, nggak papa kok," tutur Ayuna.
"Em, jadi gini Yuna. Ini mengenai ucapan Mama tadi. Demi mengabulkan permintaan terakhir nenek, apa kamu bersedia menikah denganku Ayuna?"
seperti nya Martha ini operasi plastik niru wajah nya istri sah Alexander deh