Kanaya terdiam terpaku melihat pemandangan yang ada di seberang dia. Galan - lelaki yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun dengan dirinya tengah menggandeng mesra seorang perempuan. Galan Farrabi Altezza, dia adalah lelaki yang sama sekali tidak memiliki cacat dalam mengkhianati kepercayaan apalagi dia selalu menghargai perasaan yang dimiliki oleh Kanaya.
"Kita nikah tahun depan ya setelah kamu lulus kuliah." ucapan Galan masih terngiang jelas dalam pikiran Kanaya.
Masa depan yang selalu dia ungkapkan hanya untuk membahagiakan dirinya dan impian memiliki anak-anak yang lucu. Tapi rasanya semua itu menjadi petaka mimpi buruk untuk seorang Kanaya Shanifah Galianna Lubov.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anyaaang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebun Binatang
Dafandra tersenyum sinis melihat kedatangan sosok yang sudah berada di hadapannya. Tepatnya sosok itu berdiri di sebelah Kanaya.
"Lo ngapain disini?!"
"Ihhh ngapain sih teriak-teriak kayak tadi? Berisik tau!" Kanaya memukul kecil tangan Lasya. Kaget banget tadi dia mendengar suara teriakannya Lasya yang super cempreng. Udah kayak mau menangkap maling aja.
Lasya masih belum menanggapi Kanaya yang udah berdiri di sebelah dia. Tatapannya masih menatap tajam Dafandra yang nggak pernah dia sukai. Daridulu Lasya memang sangat tidak menyukai Dafandra apalagi mengingat Kanaya yang disakiti oleh Dafandra dulu. Tapi karena Kanaya memang pacaran lama dengan Dafandra jadi dia mau nggak mau ikut mendukung aja walau setengah hati.
Dafandra juga tahu kalau Lasya memang tidak pernah menyukai dirinya. Apalagi sikap dia yang selalu tebar pesona. Tapi Dafandra tidak pernah peduli dengan sikap Lasya yang tidak pernah menyukai dirinya. Yang penting Kanaya tetap mau sama dia. Lagian Dafandra juga suka cuek dengan mengisengi Lasya yang selalu marah-marah kalau Dafandra menjahili dia.
"Lo sendiri ngapain disini?" tanya Dafandra balik. Senang banget mengisengi Lasya yang dia udah tahu nggak pernah suka sama dirinya. Pasti dia akan sewot.
"Hehhh! Yang seharusnya nanya itu adalah gue! Bukan lo yang sok kegantengan dan seenaknya balik la... mpphhhh..."
"Berisikkkkkk!" Kanaya menutup mulut Lasya yang lagi nyerocos banget kayak bebek. Lasya nih bener-bener deh. Selalu nggak bisa menutupi reaksi dia kalau udah nggak suka sama orang.
"Aduhhhhh!" Lasya berhasil membuka bungkaman tangan Kanaya yang menutup mulut dia layaknya penculik. Dia merengut kesal.
Dafandra hanya tertawa melihat Lasya yang nggak pernah mau menerima dia di kehidupan Kanaya. Meski dia sadari kalau sikap Lasya adalah bentuk kepedulian dia sebagai teman dekat Kanaya yang hanya ingin menjaga hati Kanaya agar selalu baik. Sekesalnya Lasya sama Dafandra tapi Dafandra tidak sampai memasukkannya ke dalam hati segala sikap Lasya selama ini kepada dirinya.
"Sstttttt udah sih nggak usah berisik." Kanaya memperingatkan Lasya dengan nada dia yang berbisik. Mencegah menjadi pusat perhatian meski sudah ada beberapa sorot mata yang sempat melempat tatapan ke arahnya waktu masuk lobby apartemen.
"Lagian lo ngapain sih masih aja mau ketemu sama cacing kremi kayak gini!" ejek Lasya.
"Enak aja lo ngatain gue cacing kremi! Gue seganteng gini lo samain gue sama cacing kremi?! Wah, wah kayaknya lo harus periksa penglihatan lo deh, Sya." Dafandra langsung protes mendengar ejekan Lasya yang seenaknya.
"Ganteng doang muka lo tapi tetep aja tingkah lo kayak buaya!"
"Sekalian aja lo sebut semua binatang yang ada di kebun binatang!"
"Oh lo mau gue sebutin semuanya! Bagus kalo lo emang ngerasa jiwa lo sangat kebinatangan. Lo tuh kayak buaya, kadal, singa, macan tutul, ular, biawak..."
"Aduhhhhh lo berdua daridulu kenapa sih nggak akur-akur." Kanaya mendengus kesal melihat Lasya yang tengah berdebat sama Dafandra. Benar-benar nggak ada yang mau ngalah satu sama lain.
"Ehhh asal lo tau ya semua binatang yang lo sebut itu punya sisi kesetiaan terhadap pasangannya!" timpal Dafandra dengan senyuman puasnya.
"Apanya yang setia! Lo nggak sadar sama sikap lo selama ini?! Seenaknya lo nyakitin orang selama pacaran tiga tahun. Udah lo tinggalin sekolah diluar terus bisa-bisanya lo punya cewek lain lagi. Lo nggak tau betapa sakit hatinya Kanaya waktu itu?! Emangnya lo nggak sadar kalo lo juga pernah ngumbar-ngumbar janji buat jalanin hubungan yang lebih serius lagi sama dia?! Pasti lo nggak ingat kan?! Dan seenaknya sekarang lo munculin diri lo di hadapan dia gitu aja? Bahkan lo ngasih lihat hidung lo aja tuh nggak pantes!" tatap Lasya kesal. Puas sekali dia mencaci maki Dafandra dengan mengeluarkan segala unek-uneknya.
Meski Lasya belum sepenuhnya puas tapi dia tahu kalau kata-kata dia bisa membuat Dafandra berpikir. Semenjak Kanaya putus dengan Dafandra rasanya dia ingin sekali menghampiri Dafandra dan memaki-maki depan muka dia. Tapi sayang aja Dafandra jauh. Dan melihat Dafandra sekarang yang sudah berada di hadapan dia maka Lasya tidak mau membuang kesempatan lagi.
Dafandra terdiam mendengar penjelasan Lasya yang sangat menusuk. Entah kenapa kata-kata Lasya membuat hatinya sedikit sakit. Mungkin dia tidah tahu seberapa terpuruknya Kanaya saat dirinya mengkhianati Kanaya. Karena waktu itu dia memang sangat mengedepankan dirinya yang hanya ingin memiliki perempuan lain saat dia sekolah diluar. Jujur saja Dafandra memang sangat tidak bisa memiliki hubungan jarak jauh. Walau dia tahu Kanaya sangat menjaga kesetiaannya hanya untuk seorang Dafandra.
Dafandra menjadi terpukul melihat Kanaya yang justru sedang menggerutu pada Lasya. Menasehati Lasya agar tidak berbicara sembarangan atau mengungkit-ungkit masa lalunya lagi. Kanaya memang lah perempuan yang sangat baik dan memiliki sikap yang manis. Dia benar-benar menuruti apa maunya Dafandra dengan segala larangannya meski dia tahu kalau dia masih suka tebar pesona. Tapi semua yang dia lakukan pada Kanaya ternyata tidak pernah mengubah perasaannya karena dia memang masih sangat menyayangi seorang Kanaya Shanifah Galianna Lubov.
Dan yang bikin Dafandra menjadi terpukul lagi adalah kalau dia baru tahu cowok yang selama ini menjadi pacar Kanaya ternyata juga mengkhianati dirinya.
"Kenapa lo diem?! Baru bisa mikir sekarang???" Lasya semakin puas sudah berhasil membuat Dafandra yang tidak bisa berkata apa-apa. Biar rasa!
"Lasyaaaa lo bener-bener ya. Jangan gitu ah." Kanaya merangkul tangan Lasya kesisinya.
Kanaya jadi nggak enak sama Dafandra melihat Lasya yang terus mencecar dan mengejek kelakuan sikap dia daritadi. Sebenarnya kasihan juga sih melihat Dafandra yang jadi diam karena biasanya kan dia selalu membalas balik apapun ejekannya Lasya. Yah, walau Kanaya masih sebal dengan Dafandra tapi dia juga tidak mau berlarut dalam memikirkan sikap dia terus-menerus. Lagian yang Kanaya sebalkan sekarang adalah bukan karena sikap dia dulu. Tapi tingkah dia yang selalu menjahili dia dengan sebutan sayang.
"Biarin aja! Biar rasa playboy sok kegantengan wekkkkk!" Lasya menjulurkan lidahnya sama Dafandra. Masih belum puas mengejek Dafandra rupanya.
"Lo juga suka sama playboy kan?" sindir Dafandra kemudian. Entah apa maksud dia tapi bikin Lasya langsung memelototi dia.
"IHHHH! Jangan sembarangan kalo ngo..."
"Ada apa nih ribut-ibut??!"
Suara seorang cowok menghentikan perdebatan Lasya dan juga Dafandra. Rangkulan tangan Kanaya mengendur dari posisi dia yang sejak tadi merangkul Lasya. Dia sudah tahu suara siapa yang menghentikan kalimat Lasya. Nada yang biasanya hangat seketika terdengar dingin dan membuat suasana jadi mencekam.
"Haiiii, Galannnnnn." Lasya melambaikan tangannya pada Galan yang sudah berdiri di sebelah Kanaya.
"Hai, Sya." Galan berusaha tetap membalas sapaan Lasya dengan senyumannya. Tapi tatapannya kembali menyorot sosok cowok yang berdiri di hadapan Lasya dan juga Kanaya daritadi. Rasanya dia belum pernah melihat sosok yang membuat perasaan curiga dia tiba-tiba hadir.
"Galan kamu kemana aja? Aku tadi teleponin kamu." Kanaya membuka suaranya pelan.
Kanaya seketika jadi takut melihat tatapan Galan yang masih memandang Dafandra dengan raut penuh curiga. Galan memang tidak pernah ketemu Dafandra karena dia yang juga sekolah di luar negeri selama ini. Selama ini dia mengenal Dafandra sebatas omongan Kanaya aja waktu pertama kali dia memancing Kanaya sedang galau-galaunya. Kanaya memang cerita banyak setelah sudah berhubungan dengan Galan karena Galan yang memang ingin mengetahui seberapa dalam perasaan Kanaya kemarin.
Galan menoleh ke arah Kanaya yang berdiri di sebelah dia. Baru ingin membuka mulutnya, dia mendengar suara Dafandra yang seperti mendengus penuh ejekkan. Ekspresi Dafandra benar-benar membuat Galan menatap dirinya lagi.
"Pulang lo, Dafandra! Ngapain masih disini sih cacing kremi!" usir Lasya seketika.
Kanaya semakin berdiri dengan pasrah meski dia tahu kalau Galan akan segera mengetahui tentang siapa cowok yang berada di hadapannya. Tapi tadi dia memang ingin menjelaskannya nanti soal Dafandra dan bukan tahu karena dari ocehannya Lasya. Kepala Galan yang seketika mengangguk-angguk bikin Kanaya jadi takut kalau sudah pasti nanti Galan akan marah besar. Apalagi dia sering memperingatkan Kanaya agar tidak pernah bertemu ataupun meladeni Dafandra sedikit pun. Dan sekarang dia malah mendapatkan Dafandra yang sedang mengobrol dengan dirinya maupun Lasya dan juga dia yang berada di apartemen Kanaya.
"Oh jadi lo yang namanya Dafandra?!" tanya Galan tersenyum dengan nada dia yang terdengar sinis. Dafandra sadar pasti Galan mengetahui bagaimana sikap dirinya dulu bersama Kanaya sampai dia benar-benar putus. Tapi sebaliknya dia justru merasa senang sekali karena bisa bertemu dengan Galan kembali apalagi sedekat ini. Walaupun bagi Galan ini adalah pertemuan Galan pertama kali dengan dirinya.
"Iya! Gue yang namanya Dafandra! Cowok paling tampan di Jakarta. Yah, walaupun ketampanan kita nggak beda jauh sih tapi posisi gue masih di atas lo dikit lah." Dafandra tertawa geli sekaligus membanggakan dirinya. Dia juga mengakui kalau Galan memang cowok yang sangat tampan untuk porsi seorang laki-laki. Meski di dalam benak dia kalau posisi Galan masih ada diurutan bawah dari posisi dia.
"Pede banget sih lo!" Lasya menimpali dengan sewot. Bisa-bisanya dia masih mendengar pujian Dafandra tentang dirinya yang selalu datang dari mulut dia sendiri.
"Yaudah ah gue pulang. Nanti makin rame lagi." Dafandra bergegas pergi. Masih pengen lama-lama sih sama Kanaya tapi dia juga nggak mau bikin posisi Kanaya jadi sulit apalagi dia tahu kalau Galan terlihat cemburu sekali dengan kehadiran dia.
"Jangan pernah kesini lagi!" pesan Galan melihat Dafandra yang mengambil tas ranselnya di sofa. Dafandra tertawa mengejek mendengar ancaman Galan yang sudah sangat dia nanti-nanti daritadi. Dia memakai tas ranselnmya dan melangkahkan kakinya ke hadapan Galan.
Reaksi Dafandra barusan bikin Lasya dan juga Kanaya seperti menghentikan nafasnya seketika. Karena jelas raut Dafandra begitu menantang Galan yang sudah sangat ingin menerkam dia daritadi.
"Oke. Lagian gue kesini mau balikkin ini kok." tatapan Dafandra mengarah pada Kanaya yang berada di sebelah Galan. Tangan Dafandra menyodorkan sesuatu.
Sorot mata Galan, Kanaya dan juga Lasya mengikuti arah tangan Dafandra yang menyodorkan ke arah Kanaya. Tempat bekal makanan yang dia habiskan ayam goreng yang seharusnya Kanaya berikan buat Galan tadi. Kanaya terdiam sedikit kaget dan juga panik. Bahkan dia lupa kalau tempat bekal makanan dia masih berada sama Dafandra. Padahal bisa aja kalau Dafandra membuangnya atau menyimpannya dulu. Tapi jelas tingkah Dafandra kali ini sangat memancing amarah Galan dengan sengaja. Apalah dia juga tahu sikap Galan yang membohongi Kanaya hari ini.
"Makasih." Kanaya langsung mengambil cepat tempat bekal makanan yang diberikan sama Dafandra. Bikin Dafandra tersenyum semanis mungkin.
"Seharusnya aku yang makasih. Ayam goreng lengkuasnya enak banget, Kanaya. Next buatin aku lagi ya." Dafandra langsung ngeloyor pergi dengan langkah kakinya yang santai. Tapi sebelum itu dia melemparkan senyuman tampannya sebagai lambang perpisahan sementara buat Galan.
"Ngggg... Nay, Galan gue balik dulu ya. Kebetulan gue ada janji sama nyokap dan baru inget barusan." Lasya pamit dan buru-buru ngacir meninggalkan Kanaya dan juga Galan. Dia tahu kalau akan ada perdebatan yang besar untuk membahas cacing kremi yang menyebalkan itu.
Kanaya masih berdiri memegang tempat bekal makanan yang sudah berada di tangan dia. Jantung dia sedikit berdebar karena sudah tahu apa yang bisa akan terjadi nanti. Mungkin ini akan menjadi perdebatan besar kedua setelah waktu itu.
"I'm so proud of you, Kanaya!"
***