Dibesarkan dari bayi, oleh seorang pemulung yang menemukannya di tumpukan sampah, dan dia dihina dengan tetangganya karena hidup miskin bersama orang yang menemukannya. dan dia juga di anggap anak haram karena mereka menganggap orang tuanya malu saat melahirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Kubur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
...
Setelah memutuskan, akhirnya bu anggun setuju untuk memberikan kost itu untuk pak candra dan istrinya, agar lebih terawat lagi dan agar tidak terbengkalai.
keesokan harinya bu anggun dan pak perabu mendatangi alamat yang sudah mereka catat, dan memberikannya pada supirnya.
setelah tidak lebih dari 2jam perjalanan, akhirnya mereka sampai, bu anggun sangat iba melihat rumah yang sudah reot didepannya.
" pah apa bener ini rumah mereka,? kasihan sekali mereka tinggal ditempat seperti ini." ucap bu anggun sambil terus menatap sekitar rumah, dan beberapa warga yang penasaran dengan kedatangan mobil mewah bu anggun dan pak perabu di depan rumah pak candra pun saling bertanya tentang mereka.
" bener mah, kata pak dani ini lokasi tepatnya." pak perabu menjawab karna menurut supirnya yang bernama pak dani memang disitu lokasinya.
" ya sudah ayo kita coba, panggil pak candra mah." lanjut pak perabu, bu anggun mengangguk menyetujuinya, namun langkah mereka terhenti saat mereka mendengar suara dari arah belakang mereka.
" bapak dan ibu ada keperluan apa di sini, kalau ada keperluan penting lebih baik kita kerumah saya, jangan ditempat kotor seperti ini." ucap seorang laki laki paruh baya dibelakang mereka.
" bapak siapa.?" tanya pak perabu, menatap tidak suka pada orang itu.
" perkenalkan saya danang prasetiyo, saya ketua RT disini." ternyata yang datang Ketua RT setempat. bu anggun dan pak perabu, semakin tidak suka saat orang itu mengaku sebagai RT, karan menurut data informasi kemarin RT itu tidak biasa adil pada pak candra dan istrinya.
" oh anda RT disini,? Maaf tapi sepertinya saya lebih menyukai tempat kotor ini untuk saya kunjungi." bu anggun menjawab dengan angkuh.
" kalau boleh tahu kalian siapa dan ada keperluan apa kesini.?" tanya pak RT.
" kita mau menemui malaikat penolong kita. permisi." pak perabu pun tidak ingin lebih lama menanggapi orang yang mengaku RT tersebut, pak perabu menggandeng tangan bu anggun untuk segera bertemu pak candra. pak RT yang diperlakukan tidak hormat pun merasa geram dan mengikuti langkah mereka karna juga penasaran dengan maksud mereka yang mendatangi rumah itu.
pak RT yang sudah dari tadi melihat bu anggun dan pak perabu,, saat mereka baru sampai didepan rumah pak candra. Sebenarnya pak RT ingin mencari muka didepan mereka, namun tanggapan mereka membuatnya geram.
" Assalamualaikum." salam pak perabu, dan bu anggun bersamaan.
dan terdengar sahutan wanita dari dalam rumah, menjawab salam mereka.
" Waalaikumsalam." istri pak candra pun menelisik kedua orang yang datang, merasa tidak kenal.
" perkenalkan bu nama saya perabu, dan ini istri saya anggun." pak perabu dan bu anggun tanpa sungkan mencium takzim tangan wanita yang sudah terlihat tua dihadapannya, istri pak candra kaget saat mereka mencium takzim tangannya tidak merasa jijik padanya.
begitu juga dengan warga dan pak RT yang menyaksikan bu anggun dan pak perabu mencium takzim tangan istri pak candra, mereka kaget melihatnya.
" nama ibu lilis, tapi kalian siapa.? untuk apa kalian mendatangi gubug reot dan kotor milik saya ini.?" istri pak candra yang bernama bu lilis, bertanya bingung.
" kami ada keperluan sama bapak dan ibu, apa pak candranya ada.?" jawab pak perabu dan mencari pak candra.
" bapak lagi nganterin titipan juragan, sebentar lagi juga pulang, maaf ya bukannya ibu tidak sopan tidak menyuruh kalian masuk, tapi didalam tempat kotor, ibu takut kalian tidak nyaman nanti." jawab bu lilis yang merasa jika gubug reotnya tidak pantas untuk disinggahi kedua orang yang berpakaian sangat bagus.
" iya lah, mereka pasti tidak akan nyaman jika masuk kedalam." bukan bu anggun atau pak perabu yang menjawab, melainkan pak RT yang sedari tadi hanya diam mendengarkan obrolan mereka.
" cih kita tidak seperti yang anda pikirkan. ayo bu kita masuk saja ada yang ingin saya dan istri saya bicarakan serius dengan kalian." pak perabu menatap nyalang pak RT, dan mengalihkan kembali untuk mengajak bu lilis masuk, karna pak perabu merasa terganggu dengan kehadiran pak RT.
" anda yang sopan dengan saya. saya ketua RT disini, anda tamu yang berkunjung di sini." pak RT geram karna melihat pak perabu yang lagi lagi, tidak menghormatinya dan meninggalkannya tanpa berpamit.
pak perabu membalik badan menatap tajam pak RT dan berkata.
" anda mengajarkan saya sopan.? anda tau apa kata arti sopan.?" tanya pak perabu sambil tertawa terbahak.
" jika anda bisa mengatakan kata sopan, dan menyuruh saya sopan pada anda, harusnya anda bisa lebih sopan dengan warga anda, pemimpin macam apa yang membiarkan warganya hidup menderita, dan menghina rumah warganya kotor dan tidak pantas di singgahi, sepertinya warga disini terlalu b*doh memilih anda menjadi ketua RT disini." lanjut pak perabu dengan nyalang agar didengar warga yang sedang menyaksikan mereka.
" kurang ajar berani sekali kau berkata seperti itu."
pak RT mencoba memberi bogem pada pak perabu, namun dengan gesit supir pak perabu menahan tangan pak RT.
" mau saya patahkan tangan anda." pak dani supir pak perabu menghempaskan tangan pak RT yang dengan kencang membuat pak RT terjatuh.
bu anggun memeluk tubuh bu lilis yang sudah gemetar karna takut melihat perkelahian mereka. bu anggun terus menenangkannya. dan pak perabu maju melangkah ke arah pak RT dan berkata.
" saya ingatkan pada anda, saya tidak pernah takut pada orang seperti anda, jika anda meminta warga disini memukuli saya pun saya tidak takut, karna dibalik mereka ada anak buah saya yang selalu bersiaga melindungi saya, apalagi jika anda melaporkan saya ke polisi, justru saya yang akan melaporkan anda, atas tuduhan pencemaran nama baik."
" cih. kau pikir aku takut dengan ancaman mu, anak saya kepala komandan dikantor polres kota." ucap pak RT, pak perabu tersenyum mendengarnya.
" bagaimana jika saya minta orang mencabut jabatan anak anda, dan membuat dia dipecat secara tidak hormat." jawab pak perabu tersenyum mengerikan menatap pak RT yang sudah susah menelan ludah karna mendengar ucapan pak perabu yang terlihat serius.
tidak mau anaknya yang menjadi kepala polisi dipecat secara tidak hormat, pak RT pun langsung melenggang pergi dari hadapan pak perabu tanpa berucap sepatah kata apapun.
" apa yang papah katakan, sepertinya dia ketakutan.?" tanya bu anggun saat pak perabu sudah kembali dihadapannya.
Memang pak perabu tidak mengeraskan suaranya saat mengancam pak RT.
" tidak ada mah, papah hanya sedikit bercanda, eh dia malah kabur." bu anggun ingin menjawab, namun dia urungkan saat mendengar salam.
" Assalamualaikum." salam pak candra, yang ternyata sudah selsai dengan pekerjaannya.
" Waalaikumsalam." jawab mereka bersama, pak candra kaget melihat ada pak perabu dan bu anggun. seperti pernah bertemu mereka, tapi pak candra lupa dimana.
" Alhamdulillah kalian sudah sehat kembali, bapak ikut senang melihatnya." pak candra tersenyum saat sudah mengingat mereka.
" terima kasih ya pak, sudah nolongin kita waktu itu, seandainya bapak tidak cepat menyelamatkan kita, pasti kita sudah ikut terbakar berama mobil kami." pak perabu memeluk tubuh lemah pak candra yang sudah menua.
" nak bapak kotor, habis kerja lepasin." pak candra merasa risih karna takut pakaian pak perabu akan kotor saat memeluknya.
" pakaian bisa di beli pak."
pak candra pasrah setelah mendengar jawaban pak perabu, dan membiarkan pak perabu memeluknya, warga yang sedari awal menyaksikan pun semakin penasaran. saat melihat pak perabu tanpa sungkan memeluk pak candra.
" pak ada yang ingin kita bicarakan sama bapak." ucap pak perabu saat sudah melepas pelukannya.
" bicara saja, tapi maaf tidak ada kursi buat duduk."
" ini buat bapak."
Bersambung...