Kisah cinta dua sejoli, yang kembali terjalin setelah beberapa tahun terpisah, kini diuji kembali. Sosok dari masa lalu yang mencoba menghancurkan hubungan mereka, hingga membuat keduanya berada dalam pilihan yang sulit, bahkan hampir meregang nyawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SangMoon88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
Al kembali ke unitnya dan ternyata papi sedang menunggunya diruang tengah.
"Papi belum tidur?"
"Belum, papi sengaja menunggu kamu son!"
"Ada apa pi?"
"Ini soal Andrew!"
Al baru ingat iya pun mendapat informasi dari Raisya soal Tyo. Kemudian mereka mengobrol.
"Ada kabar apa pi?"
"Kata orang papi, beberapa tahun lalu Andrew sempat menghilang, lalu ada yang bilang juga bila merela melihat pria yang seperti Andrew berkeliaran disekitar rumah dan di perusahaan, namun..."
Papi menjeda ucapannya. Al yang penasaran lantas mengerutkan dahi dan bertanya.
"Namun apa pi?"
"Pria yang mereka kira itu adalah Andrew, ternyata bukanlah Andrew." jawab papi sambil membuang nafas panjang.
"Maksud papi?"
"Lupakan saja dulu son, karena kabar itu juga masih simpang siur!, lalu bagaimana mengenai Tyo, apa kamu mendapat informasi mengenai dia?"
Al mengangguk, lalu ia pun menceritakan apa yang ia dengar dari Raisya, begitupun soal kecurigaan Raisya kepada kakak sepupunya itu.
Papi mengangguk paham, sepertinya memang ada benang merah antara Andrew dan Tyo.
Setelah berbincang, papi memutuskan untuk istirahat, kali ini Al memilih tidur di sofa, bukan karena tidak ingin tidur bersama sang papi, namun ia merasa gundah gulana sehingga butuh waktu untuk merenung.
Papi yang paham dengan sifat sang anak, mengiyakan keinginannya. Lalu papi pun masuk kedalam kamar setelah sebelumnya memberi wejangan agar Al jangan tidur terlalu malam.
Sementara itu Al berjalan menuju dapur untuk membuat kopi lagi, lalu ia ke balkon dan duduk di kursi sambil termenung. Mengeluarkan rokoknya dan menghisapnya dengan dalam.
Al membuang nafas kasar, seperti sedang memikirkan hal yang begitu berat, hatinya merasa kacau, entah mengapa.
Al menghubungi Reza dan Anton yang sedang berada dikamar mereka, berharap kedua sahabatnya itu belum tidur.
"Iya Al, ada apa?"
"Lu belum tidur Ton?" tanya Al kepada Anton.
"Belum nih kita baru beres ngerjain kerjaan kantor."
"Kalian sudah ngantuk belum? Bisa temenin gw dibalkon gak?"
"Belum, ok wait kita kesana, ayo Za!" jawabnya sambil mengajak Reza.
Anton dan Reza kemudian menuju balkon, dan terlihat Al disana sedang melamun seorang diri.
"Al!" sapa Anton
"Eh, sini-sini! Kalian mau kopi gak? Gw bikinin!" tawar Al pada keduanya.
"Dah gampang itu mah, nanti Reza yang bikinin, ya gak Za?" tanya Anton sambil menaik turunkan kedua alisnya kepada Reza.
"Kok gw? Ah iya, gw bikin kopi dulu bentar ya, lu mw sekalian dibikinin lagi gak Al?" tanya Reza yang sempat bingung dengan ucapan Anton.
Masa iya Al yang buatin kopi untuk mereka, bagaimana pun Al adalah atasan, dan walaupun mereka berteman baik, namun tetap saja mereka tidak akan berani menyuruh Al sekalipun Al yang menawarkan diri.
"Gak perlu Za gw sudah bikin! Kalo boleh nitip tolong bawain cemilan saja, ya!" ucap Al.
"Siap bos!" jawab Reza sambil berlalu.
"Ada apa Al, kok muka lu kusut gitu!" tanya Anton yang keheranan melihat Al, karena tidak biasanya sahabat yang satu ini terlihat begitu kacau.
"Lu bisa bantuin gw untuk mencari tau sesuatu gak Ton?"
"Apa itu?"
"Cari tau mengenai kak Andrew!"
"Hah? Kak Andrew? Memang ada apa?" tanya Anton dengan terkejut mendengar Al mengucapkan kata Andrew.
Reza tiba dengan membawa dua cangkir kopi dan juga cemilan.
Al lalu menceritakan lagi semuanya kepada kedua sahabatnya itu mengenai kecurigaannya kepada Andrew dan Tyo.
Anton yang paham lalu berlari ke kamar untuk mengambil laptopnya, tidak lama kemudian ia kembali.
Ia lalu menaruh laptop di meja dan langsung mengetik sesuatu dengan jari-jarinya dengan lincah.
Reza yang melihat Anton mulai beraksi, ia pun langsung berlari ke kamar untuk mengambil ponselnya, san kembali ke balkon dengan segera.
Mereka memang sangat kompak, dan sangat peduli satu sama lain. Itulah mengapa hubungan mereka bisa bertahan sampai selama ini bahkan lebih dekat dibanding saudara sekandung.
Al memperhatikan keduanya sedang fokus dengan urusan masing-masing. Anton pada laptopnya dan Reza pada ponselnya.
Anton dan Reza berkomunikasi dengan cara mereka, dan Al juga menunjukan foto yang ia ambil menggunakan kamera ponselnya saat di unit Raisya.
"Done!" keduanya menjawab kompak dan membuat Al terkejut.
"Bagaimana?" tanya Al dengan semangat.
"Gini Al, Tyo yang dikantor kita bukanlah Tyo yang sebenarnya." jawab Reza
"Apa? Maksudnya bagaimana?" tanya Al bingung.
"Ini maksudnya Al!" ucap Anton melanjutkan ucapan Reza sambil memperlihatkan sesuatu dari laptopnya.
Melihat sesuatu yang ditunjukan melalui laptopnya Anton, Al semakin frustasi. Ia mengacak rambutnya dengan kasar sambil mengucapkan kata kasar.
"Sh*t!, sudah gw duga!" ucap Al sambil memukul tembok.
"Santai Al, ini belum fix!" jawab Reza sambil menenangkan.
"Gw punya ide bagaimana untuk membuktikan ini benar atau tidak!" ujar Anton.
"Gimana Ton?"
Mereka fokus mendengarkan ide yang Anton berikan. Al dan Reza manggut-manggut seolah paham dengan maksudnya.
Reza lalu menghubungi orang-orang kepercayaan mereka untuk melakukan sebuah tugas. Sedangkan Anton, ia terus mengotak-atik laptopnya.
Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 02.00 dini hari. Dan mereka sepakat untuk melanjutkan hal itu nanti.
Anton dan Reza masuk ke dalam kamar, sementara Al tidur dikursi.
...****************...
Di tempat lain, sepulang Al dari unitnya, Raisya pun merasa gundah gulana. Ia lalu menghubungi orang kepercayaannya untuk mencari tau mengenai kak Tyo.
Jangan lupa, Raisya berasal dari keluarga kaya raya dan terpandang, namun ia memilih hidup sederhana tanpa membawa embel-embel keluarganya.
Bahkan sang kekasih pun belum mengetahui mengenai latar belakang keluarganya. Bukan karena ia tidak percaya kepada sang kekasih, hanya saja Raisya belum siap untuk memberitahu tentang keluarganya.
Raisya memiliki masa lalu yang kurang baik dengan keluarganya, namun bagaimanapun juga keluarganya tetap selalu mensupport Raisya dengan materi yang berlimpah serta hak kekuasaan. Tapi sedikitpun Raisya tidak pernah semena-mena dalam menggunakan haknya itu.
Jika pertanyaannya mengapa baru sekarang ia curiga terhadap kakak sepupunya itu?. Tentu tidak, Sebenarnya Raisya merasa kejanggalan itu sejak awal bertemu lagi dengan sang kakak saat ia kembali setelah beberapa lama menghilang dengan alasan hilang di hutan dan mengalami amnesia.
Awalnya kejanggalan itu tidak terlalu Raisya ambil pusing, namun semakin kesini kejanggalan itu semakin terlihat. Sampai membuat Raisya menaruh curiga kepadanya.
Itu karena ia baru merasa yakin setelah melihat tanda lahir yang menghilang dari pinggang sang kakak saat di RS tadi, ditambah fokusnya Raisya terhadap kasus Pamela.
Lalu bagaimana perkembangan status Pamela yang alot? jawabannya belum mendapat titik terang, karena si pelaku menghilang tanpa jejak.
Bahkan dua pengacara yang menanganinya saat ini pun masih berusaha mencari bukti-bukti. Jangan salah, Andrew bukan orang sembarangan, tentu tidak akan mudah bila semua sudah dibungkam oleh uang yang tidak sedikit.