Setelah Danton Aldian patah hati karena cinta masa kecilnya yang tidak tergapai, dia berusaha membuka hati kepada gadis yang akan dijodohkan dengannya.
Halika gadis yang patah hati karena dengan tiba-tiba diputuskan kekasihnya yang sudah membina hubungan selama dua tahun. Harus mau ketika kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan seorang pria abdi negara yang justru sama sekali bukan tipenya.
"Aku tidak mau dijodohkan dengan lelaki abdi negara. Aku lebih baik menikah dengan seorang pengusaha yang penghasilannya besar."
Halika menolak keras perjodohan itu, karena ia pada dasarnya tidak menyukai abdi negara, terlebih orang itu tetangga di komplek perumahan dia tinggal.
Apakah Danton Aldian bisa meluluhkan hati Halika, atau justru sebaliknya dan menyerah? Temukan jawabannya hanya di "Pelabuhan Cinta (Paksa) Sang Letnan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Mantan Haliza
"Bi, tadi sore ada paket buat saya, tidak?" Haliza menghampiri Bi Kenoh ke dapur dengan rasa penasaran.
"Tidak Neng. Bibi tidak dengar ada pengantar paket ke rumah ini tadi sore. Tapi, sebentar, ya, biar bibi coba cek ke depan, siapa tahu diselipin di sela-sela bunga." Bi Kenoh bergegas menuju teras rumah mencari paket milik Haliza.
"Ternyata paketnya baru sampai sepertinya Neng, bibi menemukan di depan dekat pintu pagar," ujar Bi Kenoh seraya berjalan mendekati Haliza dan memberikan paket itu.
"Wah, beneran nih, Bi? Terimakasih banyak, ya."
Wajah Haliza sumringah seketika, dia segera menuju tangga sembari membawa paket itu.
Di dalam kamar ia segera membuka paket itu. Sejenak ia amati kemasan pil KB itu.
"Sudah sampai paketnya, Yang?" Aldian bertanya, masih tidak berubah memanggil Haliza dengan kata sayang, meskipun secara sadar Haliza masih mengakui belum mencintainya, tapi Aldian tetap memanggilnya sayang.
"Sudah. Barusan sampainya. Bi Kenoh yang menemukan di depan rumah dekat pintu pagar," jawab Haliza. Aldian senang, sebab pertanyaannya berhasil membuat Haliza lupa untuk membaca paket pesanannya.
Aldian sebetulnya sudah ketar-ketir, ia takut kalau Haliza akan membaca kemasan paket itu dan menyadari kalau itu bukan pil KB, melainkan vitamin.
"Bahaya kalau Haliza sampai membaca nama obat di balik kemasan. Bisa ketahuan aku," bisik Aldian di dalam hati.
Haliza segera menyimpan pil yang diduga pil KB itu di dalam lemari. Ia sangat ketakutan kalau pil itu diambil Aldian lalu dibacanya kalau itu merupakan pil KB. Padahal Aldian sudah tahu kalau itu bukan pil KB seperti dugaan Haliza. Senyumpun merekah di bibir Aldian sesaat setelah melepas kepergian Haliza ke kamar mandi.
Haliza kini sedang mandi, mengguyur tubuhnya dengan air shower hangat. Sebab, kalau mandi dengan air dingin, ia tentu saja tidak akan kuat. Dia akan menggigil beberapa saat setelah mandi.
Tiba-tiba sering Hp Haliza berbunyi. Aldian tidak mau menghiraukannya. Akan tetapi dering itu terus berulang sampai tiga kali. Terpaksa Aldian bangkit dari sofa dan melihat siapa gerangan yang menghubungi nomer Hp Haliza.
Awalnya merasa tidak peduli dan tidak penting. Namun, setelah dia lihat siapa yang memanggil, sebuah nama yang hampir sama tertera di sana. Hanya depannya saja menyandang gelar yang berbeda.
"Dear Ardian memanggil." Aldian baru tahu kalau Haliza sudah hampir enam bulan lebih menjadi istrinya, tapi masih belum membuang atau mengganti nama kontak mantan dengan nama lain yang lebih wajar. Tapi di sini jelas kalau Haliza seakan tidak mau move on dari sang mantan, sampai nama kontaknya saja masih belum diganti.
Aldian merasa cemburu, hatinya tiba-tiba memanas dan rasa panas itu menjalar melalui aliran darahnya yang mengalir ke sekujur tubuh.
Aldian tidak mengangkat panggilan dari mantan kekasih Haliza itu. Harusnya Haliza sudah membuang nomer mantannya, atau setidaknya mengganti namanya.
Beberapa saat kemudian, notifikasi WA muncul di Hp Haliza. Karena penasaran Aldian merasa ingin tahu dan membaca pesan yang tertera di halaman depan Hp.
"Za, minggu besok aku akan datang ke Bandung." Sayangnya hanya sebagian pesan itu bisa dibaca, lagian Hp Haliza dikunci dan tidak bisa Aldian membukanya.
"Kurang ajar. Mantan Haliza tiba-tiba muncul dan menghubungi Haliza. Ada apa, bukankah dia yang memutuskan meninggalkan Haliza?" Aldian tidak habis pikir dengan mantan Haliza yang tiba-tiba muncul dan ingin bertemu Haliza.
Panas di dadanya akibat cemburu kian bergolak. Tapi Aldian masih berusaha menahannya. Dia akan bermain secara slow dan cantik, dia akan memberikan kesempatan pada Haliza untuk berterus terang atau justru merahasiakannya.
Tiba-tiba Haliza membuka pintu kama mandi, buru-buru Aldian meletakkan kembali Hp Haliza di atas meja. Jantung Aldian berdegup kencang, sebab dia tidak sadar kalau Haliza sudah selesai dari kamar mandi.
"Sayang, nanti malam kita keluar, kita akan makan malam di luar," beritahu Aldian masih slow dan berusaha tenang. Padahal dadanya kini sedang bergemuruh menyimpan rasa cemburu.
Untuk meredam perasaan cemburu dan gundah akibat kehadiran mantan Haliza yang tiba-tiba, Aldian memutuskan menuju ruang kerjanya. Lebih baik ia menjalankan pekerjaan sampingannya yang selama ini dia geluti, yaitu kembali mengiklankan jasa sewa menyewa properti atau apartemen di media massa online maupun offline. Untuk beberapa saat Aldian mampu meredam perasaan cemburunya terhadap mantan kekasih Haliza.
"Lihat saja apa yang akan aku perbuat jika kamu tidak berusaha jujur dan mengatakan yang sebenarnya. Bukan sekali dua kali aku meredam marahku padamu, tapi kali ini jika kamu tidak jujur, maka aku tidak akan bisa lagi menahannya," gumamnya di dalam hati masih berusaha membiarkan Haliza mengungkapkan kejujurannya terhadap Aldian.
Malampun kian larut, Haliza sudah berada di atas ranjang. Sesekali ia mengutak-atik Hp nya. Kadang Haliza mengetikkan sesuatu yang entah pada siapa dia kirimkan.
Pintu kamar terdengar dibuka, Haliza segera menyembunyikan Hp nya di samping tubuhnya. Ia kini berpura-pura memejamkan matanya, padahal dia masih belum ngantuk, terlebih setelah kehadiran pesan WA dari mantan kekasihnya, Ardian.
"Kamu belum tidur, tidurlah sudah malam," titah Aldian. Kini giliran dia yang menaiki ranjang setelah mematikan lampu utama.
Jantung Haliza seketika berdegup kencang, terlebih tangan Aldian tiba-tiba sudah melilit dan memeluknya.
"Aku sudah ngantuk, untuk malam ini istirahat dulu, aku mohon, Mas." Haliza tiba-tiba memohon seakan sudah menduga kalau Aldian ingin minta indehoy malam ini.
Aldian melepaskan lilitan tangannya, penolakan Haliza malam ini sudah menandakan bahwa Haliza sedang memendam sebuah rasa terhadap mantannya. Sayangnya, Haliza masih belum ada tanda-tanda akan berterus terang mengenai kemunculan mantannya.
"Dia bahkan tidak berani berterus terang tentang pesan itu. Ok, tidak masalah. Akan aku ikuti sampai di mana dia masih main hati dengan lelaki itu."