Arina khumaira putri seorang ibu rumah tangga, dengan 3 orang anak yg masih kecil yang dipanggil Bunda, Anak pertama bernama Muhammad Gala Samudera berumur 8 thn dipanggil Gala, Anak kedua seorang perempuan bernama Arumi Chintya Ananda berumur 3 tahun dipanggil Rumi, Anak ketiga bernama Muhammad Raihan Al Gibran di panggil Al.
Aku harus meninggalkan rumah bersama ketiga buah hatiku dan kota tempat kami tinggal secara diam- diam tanpa sepengetahuan suamiku dengan bantuan sahabatku astrid, akibat kekerasan fisik yang aku dapatkan dari suamiku seminggu yang lalu membuat aku membulatkan tekad ku untuk pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sha-Queena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Kegelisahan dan Rasa Takut Gala
Aku dan Kakak Gala serius berbicara, tanpa kami sadari ibu sudah ada didepan pintu, sambil membawa pisang goreng yang barusan beliau buat di dapur.
"SIAPA YANG JAHAT GALA" tanya ibu sambil meletakkan pisang goreng yang beliau bawa, dimeja dekat aku dan Gala duduk...Aku berharap ibu tidak mendengarkan secara jelas apa yang gala ucapkan tadi.
"Itu bu ada teman Gala disekolah yang suka jahat sama teman yang lainnya" ucapku bohong karena aku tak mau ibu tahu, dan kepikiran masalah rumahku tanggaku, jika tahu yang sebenarnya sambil melihat ke Gala untuk memberi kode agar dia tidak berbicara yang sebenarnya.
"Ya Allah maafkan aku sudah berbohong kepada ibu, karena aku tak mau beliau jadi kepikiran juga, dan akan buat sakit darah tingginya kumat lagi" ucapku dalam hati.
"Wah tidak bisa di diamkan masalah itu nak, bisa-bisa nanti anak kamu juga bisa jadi korban bully an....coba kamu kesekolah nya bicarakan sama gurunya nak" jawab ibu sambil mengelus kepala anakku.
"Iya bu nanti aku kesekolah nya untuk bicarakan hal ini sama gurunya" jelasku sambil mengambil pisang goreng buatan ibu dan memakannya.
"Nak klo ada yang nakal dan suka membully kamu disekolah kamu bilang ya sama Ayah atau Bundamu" ucap ibuku ke Gala sambil mengelus elus kepala cucunya.
"I-iya Nebu" sahut Gala...ya ibu aku dipanggil Nebu oleh cucunya singkatan dari Nenek ibu.
"Ya sudah tidak usah sedih lagi nak, biar nanti Bunda kamu yang selesaikan disekolah ya" kata ibu lagi sedangkan aku hanya bisa menelan saliva ku saja, mendengarkan penjelasan ibu ke kaka Gala.
"Oh iya bu ini ada jeruk aku beli buat ibu" kataku sambil menyerahkan paper bag yang aku bawa tadi untuk ibu.
"Wah ada jeruk ya Alhamdulillah...makasih nak" sahut ibu dengan wajah sumringah.
"Iya bu sama-sama...hanya buah jeruk saja kok bu" jawabku
Akhirnya setelah aku dan kakak Gala memakan beberapa potong pisang goreng, akhirnya aku pamit pulang sama ibu karena hari sudah menjelang ke waktu ashar.
Sesampainya dirumah aku melihat kegarasi, dan belum ada mobil berarti kedua anakku belum datang dari rumah kakeknya, aku mengambil kunci rumah ditempat biasa aku menyimpan kunci rumah, dan aku membuka pintu.
Ketika aku mau masuk aku melihat kakak Gala malah duduk dikursi yang berada diteras rumah, aku langsung kembali kedepan diteras dan duduk disamping anakku.
"Ada apa nak kok tidak masuk kedalam rumah? tanyaku ke Gala.
"Mmmhh...Bunda bagaimana kalo kita tinggal dirumah Nebu saja, dari pada disini nanti Ayah marah-marah lagi dan menampar Bunda lagi kan Nebu hanya sendiri tinggal dirumahnya" jawab anakku sambil menunduk dan memainkan jari jarinya.
"Nak bukan Bunda tidak mau, tapi nanti gara-gara kita tinggal disana Ayah kamu nanti semakin marah, dan kasian Nebu kalo Ayah sama Bunda jadi bertengkar disana, nanti sakitnya Nebu kambuh gara-gara liat bunda bertengkar sayang...." jelasku ke anakku sambil menahan sesak di dada ini, merasakan betapa takutnya dan traumanya anakku karena perlakuan Ayahnya.
Aku sudah ingin menangis tapi ku tahan, agar aku dapat menguatkan sulungku yang lagi rapuh dan butuh sandaran saat ini, karena kalau aku terlihat rapuh juga kasian anakku nanti semakin tertekan perasaannya.
"Tapi bunda bagaimana kalo ayah marah-marah lagi, nanti aku jadi takut bunda hiks...hiks..." tangis anakku akhirnya pecah lagi, aku langsung memeluknya dan menghapus air matanya, dan aku juga sudah menitikkan air mata namun segera kuhapus aku tak mau anakku melihatnya.
Ibu mana yang tidak sedih dan merasakan sakit, melihat anaknya tertekan dan sakit hati dengan keadaan yang terjadi, yang seharusnya tidak boleh mereka melihat seperti itu, dan sudah merasakan sakit yang tidak berdarah namun membekas seumur hidup.
"Sayang Bunda janji nanti kalo Ayah kamu marah-marah lagi, Bunda akan kekamar kalian saja, jadi biarlah Ayahmu marah-marah sendiri bagaimana?" tawarku ke kakak Gala padahal aku pastikan itu akan membuat suamiku semakin murka, karena aku tinggalkan disaat dia marah, tapi biarlah dulu aku kasih opsi seperti itu ke kakak Gala, agar dia mau masuk kedalam rumah.
"Bunda yakin bisa menghindarinya" tanyanya lagi seolah olah tidak yakin dengan keputusanku barusan...huffttt
"Iya sayang Bunda akan berusaha agar tidak berdekatan atau berbicara sama ayah kalo tidak penting sekali" jelasku meyakinkan anakku.
"Kita masuk sekarang yaa anak sudah mau masuk waktu sholat ashar...kakak mau kemasjid kan?" tanyaku
"Iya Bunda....kakak mau ke mesjid tapi mau mandi dulu" jawab anakku sambil senyum kepadaku
"Nah begitu dong sayang kan ganteng nya keliatan lagi klo kaka senyum begitu hehehe...jangan sedih - sedih lagi ya nak" jawabku sambil menggandeng anakku masuk kedalam rumah.
Akhirnya aku ke kamar juga untuk siap-siap melakukan sholat ashar setelah tadi aku mengantarkan sulungku ke kamarnya untuk siap-siap mandi dan mau ke masjid.
Setelah mengambil air wudhu dan aku siap untuk sholat ashar, karena adzan sudah berkumandang...dan aku mendengar anakku memanggiku didepan pintu.
"Bunda kakak ke masjid ya sekarang...pintunya aku kunci dari luar ya biar nanti kalo kaka pulang tidak menganggu bunda kali aja masih dzikir" kata anakku dari depan pintu.
"Iya nak....hati-hati langsung pulang ya kalo habis sholat" jawabku sambil mengingatkan nya untuk langsung pulang.
"Iya Bunda....Assalamu Alaikum"
"Waalaikum Salam" jawabku
Kulaksanakan kewajibanku kepada Yang Maha Kuasa dengan khusuk, dan setelah kutunaikan kewajiban ku kulanjut dengan dzikir terlebih dahulu, kemudian kuangkat kedua tangan sambil memohon ampun kepada Sang Khalik, dan meminta pertolongan dan petunjuk untuk masalah keluargaku ini, dan diberikan perlindungan buatku dan anak-anakku dan agar terhindar dari kekerasan lagi yang dilakukan oleh Suamiku...Aamiin
Selesai sholat ashar aku melipat kembali mukenaku, dan beranjak keluar kamar untuk kedapur untuk memasak untuk makan malam nanti, dan kulihat kakak Gala sudah ada didepan tv, namun tv nya tidak menyala dan kaka Gala hanya duduk sambil melamun.
Yang Allah terlalu dalam kah rasa sakit yang dirasakan oleh anakku, sehingga dia jadi seperti ini keadaannya, selalu saja diam termenung...aku coba mendekatinya kembali.
"Kakak Gala lagi ngapain nak disitu?" tanyaku dan sontak anakku kaget dengan tanyaku, padahal aku bertanya sangat pelan sekali suaraku
"Ehhh...bunda...tidak bikin apa-apa bun?" jawabnya dengan sedikit terkejut.
"Trus kenapa tv nya tidak dinyalakan nak"
"Tidak deh bunda nanti lagi ayah datang trus marah-marah, karena kita nonton tv kayak semalam dan nanti bunda ditampar lagi" jawab anakku dengan tidak semangat.
Astagfirullah Ya Allah....sebegitu takutnya anakku aku tersakiti lagi, hingga hanya nonton tv saja yang jadi awal masalah semalam masih teringat jelas dimemori otaknya.
Sabar nak Bunda tidak mau kamu dan adik-adikmu tertekan dan trauma lagi....kita akan cari kebahagian kita bersama-sama nanti walau tanpa ayah disisi kita, dan bunda akan slalu berusaha untuk membuat kalian bahagia.
Kisah masa lalu Yudha pilu juga
Sekarang kamu yg harus mantapkan hati Rin, gk usah ngasih pilihan ke Yudha
belum tentu juga Yudha nya mau sama Astrid.
mau nya Yudha cuma kamu Rin, kalo kamu tolak pasti Yudha akan mundur dan gk akan pilih Astrid.