Sinta Ardila,gadis ini tidak perna menyangka jika ia akan di jual oleh sahabatnya sendiri yang bernama Anita,kepada seorang pria yang bernama Bara yang ternyata seorang bos narkoba.Anita lebih memili uang lima puluh ribu dolar di bandingkan sahabatnya yang sejak kecil sudah tumbuk besar bersama.bagai mana nasib Sinta.apakah gadis sembilan belas tahun ini akan menjadi budak Bara?apakah akan muncul benih cinta antara Bara dan Sinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alesya Aqilla putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Jika kau tidak mau menikahi aku, maka aku akan mati sekarang,"ancamnya sekali lagi.
"Praaaaank....
Semua orang yang ada di sana terkejut mendengar suara yang tiba-tiba jatuh menghantam lantai granit.
Cepatlah mati,gunakan pisau yang lebih besar agar kau cepat ketemu tuhan. Jangan pisau seperti itu,kecil dan tidak terasa,"ucap Sinta yang ternyata melempar pisau pemotong daging ke arah Sofia.
Danil,Brian dan Chris hanya bisa menahan tawa mereka melihat tingkah Sinta yang merasa lucu.
"Belagu ingin mata,kulempar pisau saja kau masih menghindar ,"ucap Sinta yang ada benarnya juga.
Dasar perempuan murahan,kau adalah perusak hubunganku dan Bara,ucap Sofia dengan nada tinggi.
"Apanya yang perusak?"Bara sendiri yang menikahi aku,"sahut Sinta yang tidak mau kalah.
"Pembohong!"kalian semua pembohong,"jerit Sofia.
Sinta mendengus kesal,ia sanggul rambutnya kemudian ia tunjukkan tanda merah di lehernya dan bagian dada yang masih terlihat merah.
Jika bohong apa artinya tanda ini?"ujar Sinta yang merasa geram.
"Hanya make-up,kau pikir aku bodoh?
"Kau memang bodoh karena kau tidak bisa membedakan yang asli dan palsu. Boleh di gosok sebagai bukti,"ucap Sinta lalu menyodorkan lehernya dan menarik tangan Sofia untuk menggosok bagian merah di lehernya.
Sofia menjerit seperti orang kesurupan,ia pikir tanda merah itu palsu ternyata asli. Bara hanya bisa diam,ia mengangkat kedua jempolnya ke arah Sinta untuk memuji tindakan istrinya.
Tanpa menghiraukan siapa pun,Sinta pergi masuk kedalam rumah karena ia butuh kamar mandi sekarang.
"Awas saja,aku tidak akan melepaskan mu Bara.
Setelah mengatakan hal tersebut,Sofia langsung masuk kedalam mobilnya.
Sofia,apa kau tidak jadi mati?"ujar Danil seraya memungut pisaunya.
Brian dan Chris tertawa ada saja hiburan pagi ini yang mereka dapatkan.
"ternyata Sinta bisa di andalkan juga,ku pikir dia jenis perempuan yang mudah menyerah apa lagi mengeluh,"ucap Brian.
"Sepuluh seperti Sinta sudah pasti aku akan menggantung kepalaku sendiri,"ucap Bara membuat ketiga sahabatnya tertawa.
"seseorang yang pandai tertawa dan bercanda,biasanya orang yang pandai menyembunyikan rasa sakit dan penderitaan,"ucap Chris membuat Bara diam termangu.
Tanpa mengatakan apa pun, Bara berlalu masuk ke dalam rumah. Sebenarnya apa yang di katakan Chris ada benarnya jika mengingat kehidupan Sinta yang suda menyakitkan sejak kecil.
"Aku akan pergi pagi ini?tanya Bara pada Sinta yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Aku sudah melakukan segalanya sendiri,jangan terlalu khawatir padaku. Sebaiknya kau cepat-cepat pergi.
"Sepertinya kau lebih senang jika aku tidak ada di rumah?ucap Bara.
"Dengan ringan hati aku mengatakan iya,aku merasa senang sekali jika kau tidak ada di rumah,"jawab Sinta dengan senyum lebarnya.
Bara mendengus kesal,pria ini segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri,tidak sampai lima belas menit, Bara menyudahi mandinya. Ia keluar hanya menggunakan handuk,hingga terlihat lah dada bidang berotot miliknya yang membuat Sinta salah tingkah.
"Huuuu...aku sudah merasakannya, ternyata bercinta itu enak meskipun terasa perih,"ucap Sinta dalam hati.
Sinta kembali fokus menyisir rambutnya, Bara memperhatikan Sinta yang sedang menyisir rambut.
"Rambut mu selalu rontok kenapa?"tanya Bara yang merasa heran.
"sudah ku bilang,aku suka Gonta ganti sampo, mungkin saja ada efeknya. Nanti juga tumbuh,"jawab Sinta yang tidak menanggapi serius.
"Akan aku usahakan pulang sebelum jam kaman siang jangan tidur terus,"ucap Bara mengingatkan.
"Sebaiknya kau pergi sekarang!"seru Sinta.
Dasar tengil!"kesal Bara.
Sinta tidak peduli, meskipun sikap Bara jauh lebih baik dari pada sebelumnya tapi tetap saja masih ada dendam yang tersimpan dalam hatinya.
"Bara,panggil Sinta menghentikan langkah Bara yang hendak keluar dari kamar.
Ada apa?"tanya Bara datar.
"Aku ingin bertemu dengan Anita,"pintanya membuat Bara terdiam.
"Kau ingin balas dendam?
Seandainya kau yang berada di posisiku apa yang akan kau lakukan?"Sinta bertanya balik.
Bara tidak bisa menjawab, aku hanya ingin bertemu dengan Anita.
"Aku akan mencarinya,"jawab Bara.
Harus sampai ketemu,seru Sinta.
Tanpa mengatakan sepata kata pun, Bara berlalu begitu saja meninggalkan Sinta seorang diri di kamar.
"Awas saja,aku akan membalasmu,"ucap Sinta merasa kesal.
Sinta mengintip dari balik jendela yang ada di kamar,ia melihat mobil bara sudah menjauh pergi. Sebenarnya ada rasa penasaran dalam benak Sinta karena Bara tidak memiliki tetangga di sekitar rumahnya bahkan menurut keterangan dari paman Sam,tanah yang ada di kawasan ini milik Bara.
Sarapan sudah siap nyoya,"ucap paman Sam memberi tahu.
Aduh paman, tolong jangan panggil aku seperti itu.
Rasanya tidak pantas sekali,"ucap Sinta yang merasa tidak nyaman.
Tuan Bara memerintahkan kami untuk memanggil dengan sebutan nyonya,kami tidak bisa membantah.
"kalau begitu di peringkat saja,panggil aku nona.
"Bagaimana jika tuan Bara mara?
"Aku akan mencabut giginya,"jawab Sinta kemudian tertawa begitu pula dengan paman Sam
****
"Sinta,Sinta mana yang tuang maksud?"tanya ibu panti dengan raut wajah gugup.
"Sinta Ardila,anda pasti tahu tentang latar belakang Sinta,ucap Bara yang ternyata pergi ke pantai asuhan untuk mengorek secara langsung tentang masa lalu dan latar belakang Sinta
"Tidak ada nama Sinta Ardila di panti asuhan ini,"ucap ibu panti yang biasa di panggil suster Rini.
"Berani berbohong padaku, akan ku ratakan panti ini dengan tanah,"ancam Bara yang masih sabar,"jelas-jelas Sinta bilang dia tumbuh besar di panti ini,
Apakah ada fotonya?"tanya suster Rani yang mengulurkan waktu.
Sebenarnya ia tahu Sinta mana yang di cari keempat pria ini,hanya saja suster Rani lebih memilih untuk bungkam.
"Oh,Sinta yang ini sudah lama sekali pergi dari panti,"
Kau tadi tidak mengenal padahal aku sudah menyebutkan nama aslinya. Apa yang sedang kau sembunyikan wahai wanita paruh baya?
Suster Rani hanya diam,telapak tangannya berkeringat merasakan gugup.
"Apa benar dia di buang di panti ini?"tanya Bara yang ingin memastikan.
"Jika iya siapa orang tua kandungnya?" Chris menimpali.
"Kau pasti tahu tentang keluarga Sinta,"ucap Danil yang penasaran.
"saya tidak tahu siapa orang tua Sinta, dia di temukan di depan gerbang panti ini sembilan belas tahun yang lalu,"jawap suster Rani tapi ia tidak berani menatap wajah Bara.
Bara merasa heran melihat sikap gelisa dan gugup dari wajah suster Rani. Dalam hatinya sudah bisa menebak jika ada sesuatu yang sedang di sembunyikanya.