Namaku Erikha Rein,anak kedua dari pasangan Will Rein dan Carlista Sari,kakakku bernama Richi Rein(ketua osis di smu purnama bakti,aktif di sekolah dan pastinya dia vocalis band Enew).
yah,keluarga kami sebenarnya broken karena perceraian tetapi Mami selalu ada buat kami.
Seiring waktu aku dan kakakku sangat ingin Mami bahagia karena sepertinya Mami menyimpan masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Seminggu lamanya Richi istirahat tanpa melakukan apa-apa kegiatannya hanya makan dan tidur,sehingga membuat berat badannya naik dan membuat pipinya tambah chubby.
Kakinya sudah pulih dan bisa berjalan seperti biasa,namun masih harus tetap hati-hati.Melihat perkembangan pada anaknya yang sudah membaik Didi berencana mengajak Richi.
"Richi malam ini ikut papi mau gak?
"Kemana?"
"Malam ini papi manggung di Caffe x."
Lista yang mendengar percakapan antara suami dan anaknya langsung buru-buru melarangnya.
"Mami gak setuju!"
Didi sangat tahu alasan Lista melarang Richi ikut manggung.
"Sebentar ya papi bicara sama mami."
Richi menganggukkan kepala dengan menatap kearah maminya.
Selama ini mami tidak melarang Richi main band dan malah memberikan fasilitas studio dirumahnya.
Didi mengajak Lista keruangan lain,Lista memandang Didi dengan pandangan tajam.
Didi tersenyum melihat pandangan mata istrinya.
"Kamu manis sekali dengan muka seperti itu."
"Apa sih."
"Yang dengarkan aku ya,aku sengaja mengajak Richi biar Richi belajar melihat sendiri betapa kerasnya jalan yang akan dia ambil nanti."Didi mendekat dan memeluk istrinya dari belakang.
"Maksud kamu?
"Richi punya potensi besar menjadi penyanyi solo."
Lista mendengarkan penjelasan Didi dengan baik tanpa memotong pembicaraanya.
Bagi Lista ketakutannya adalah Gasa,karena dia adalah penyebab luka yang lama sembuh.
"Lalu apa langkahmu selanjutnya?"
"Aku tidak ingin Richi mengikuti jalur ini."
Lista tersenyum dengan apa yang Didi katakan, ternyata dia sangat memiliki perhatian yang besar terhadap anak-anaknya.
"Baiklah aku ijinkan malam ini kamu ajak dia."
"Gitu dong."Didi mencubit pipi istrinya.
"Aaauuu,sakit tahu."kata Lista
"Balas sini."Didi mendekatkan wajahnya.
Lista mencium pipi suaminya dan berlalu meninggalkannya dengan bibir tersenyum.
Didi hanya tersenyum melihat istrinya salah tingkah.
Didi bersiap pergi setelah selasai mempersiapkan kostum yang akan dipakai untuk malam nanti.
Lista yang kembali aktif bekerja dikantornya setelah beberapa hari istirahat,siang ini ada produk baru yang akan dilempar kepasaran.
"Monic,apa sudah siap produknya?"
"Ah,ini contohnya semoga Papi dan mas Richi suka."
Lista membuka produk barunya,tersebar bau harum yang sangat lembut.
Produk baru Lista berupa deodorant khusus untuk cowok dan itu adalah idenya Richi.
"Richi kamu memang anak mami."tersenyum.
Didi dan Richi masuk kekantor Lista untuk pamit,Richi tersenyum melihat Deodorant yang dimintanya sudah siap dipasarkan.
"Udah jadi ya mi."
Lista menoleh kearah suara ternyata Richi dan Didi sudah ada dibelakangnya.
"Ini cobain."
Richi membuka dan mencium aroma parfum yang menyegarkan.
"Aku suka banget mi."
"Papi cobain deh,ini aku request buat kita."
"Buat kita?"Tanya Didi.
Setahu Didi istrinya hanya memproduksi skincare khusus wanita,bahkan sudah ada klinik kecantikan dengan brand yang sama.
"Ini kubawa ya."
Lista hanya menganggukkan kepala dan tetap fokus pada pekerjaannya.
"Mi,kami pergi dulu ya."kata Richi minta pamit.
"Iya hati-hati sayang."
"Ayo pi,mami kalau udah kerja gak bisa diganggu."Richi menarik tangan Didi.
Eri yang baru pulang sekolah melihat kesibukan Didi dan asistennya.
"Papi mau kemana?"tanya Eri.
"Papi ada manggung malam ini."jawab Didi.
"Aku boleh ikut gak?"tanya Eri serius.
Didi menghentikan kegiatannya dan membuang nafas dalam.
"Anak gadis gak baik diluar malam-malam."
"Ah,papi ini apaan sih."menggerutu dengan sedikit muka cemberut.
Eri merasa kesal itu artinya malam ini rumah akan sepi,dilemparnya tas sekolah dengan sedikit kasar.
Direbahkan badannya disofa,dimainkan ponselnya beberapa kali,baginya saat ini tidak ada yang menarik,karena lelah diapun tertidur.
Eri terbangun karena mendengar suara mami membangunkannya.
"Eri,bangun sayang."
Eri membuka matanya perlahan,diusap-usap mata dan bagian mukanya.
"Jam berapa ini mi?"
"Sudah waktunya sholat Ashar."
Eri bangun dengan wajah masih kesal,berjalan dengan gontai menuju kamarnya.
Mungkin dengan mandi rasa malasnya akan hilang.
Lista melihat wajah anaknya bungsunya yang nampak tidak gembira hari ini.
Aku coba masak makanan kesukaanya malam ini,mungkin bisa sedikit menghibur.
Lista kedapur menyiapakan bahan-bahan untuk masak.
"Mbak Lia nanti dibikin seperti biasa ya."
Mbak Lia yang sudah paham makanan kesukaan Eri langsung paham.
"Siap mi."
Selesai sholat Ashar Eri menemui Lista dikamarnya.
"Mi,sibuk ya?"
Nampak Lista sedang membaca buku.
"Ada apa sayang."
"Makan diluar yuk."ajak Eri.
Tidak biasanya Eri mengajak makan keluar apalagi untuk makan malam,dia lebih senang makan makanan rumahan karena lebih sehat dan bersih.
"Kok tumben pingin makan diluar,mami sudah minta mbak Lia masak makanan kesukaanmu."
"Aku bosan dirumah apalagi ini akhir pekan."
Lista baru tersadar sejak dirinya menikah kembali belum pernah sekalipun dia keluar jalan-jalan bersama anaknya.
Hal yang wajar jika Eri merasa bosan dirumah.
"Habis sholat Magrib ya sekarang jamnya sudah nanggung."
Eri menganggukkan kepala senyumnya sedikit mengembang menghiasi wajah mungilnya.
Eri memeluk mami dan ikut duduk bersandar didinding ranjang.
"Mi,kapan adik bayi lahir?"
"Masih lama."
"Menurut mami dia cowok apa cewek?"
"Apa aja yang penting sehat."
Eri menerima beberapa pesan dari Cintya,ternyata Cintya sudah menunggunya didepan pintu gerbang rumahnya.
Eri buru-buru bangun dan berlari keluar rumah.
"Mi,aku keluar sebentar ya."
Belum sempat Lista menjawab anaknya sudah berada dibalik pintu.
Eri melihat Cintya didepan rumah,tangannya melambai-lambai kearah Eri.
"Ada apa?"
"Ri,kita kan mau nonton kak Rama tampil malam ini."
Eri menepuk jidatnya"Sorry aku lupa."
Inilah hasilnya kalau merasa kesal seharian semua jadi lupa.
"Masuk dulu yuk,aku ganti baju."
Eri mengajak Cintya masuk kerumahnya.
"Duduk dulu Cin,aku bentar aja kok."
"Ah,iya."
Eri masuk kekamar Lista untuk minta ijin.
"Mi,aku sama Cintya mau nonton kak Rama tampil perdana."
"Dimana"
"Ah ini tiketnya."
Lista melihat tiket yang dibawa Eri dan hanya bisa memandangi anaknya,ingin rasanya Lista melarang tapi melihat sorot mata Eri yang ceria Lista jadi serba salah.
Caffe x adalah tempat dimana Didi juga akan tampil malam ini.
"Mami anter ya,mami juga bosan dirumah."
"Ayuk mi."
"Tapi janji ya tetap harus sholat dulu."
"Siap mi!"
Mobil meluncur menuju jalan besar,jalan dimana terlalu banyak kendaraan membunyikan klakson yang membuat pekak telinga.
Seakan semua mau saling mendahului,butuh waktu lebih dari satu jam untuk mencapai titik target dalam keadaan macet.
Lista berebut tempat parkir dengan pengendara lain.
"Akhirnya dapet tempat parkir."
Lista melihat pakaian Cintya begitu ketat dia memberikan jacket yang sengaja dibawanya tadi.
"Cin,pakai ini ya."
"Iya tante,makasih."
Lista hanya ingin melindungi anak-anak yang bersamanya,karena mereka belum paham kerasnya dunia malam.
Saat masuk penonton yang didominasi anak-anak muda sudah tidak sabar untuk melihat Rama tampil.
Lista menerima panggilan dari Didi,ternyata Didi melihatnya duduk bersama Eri dan temannya.
"Sayang kamu ngapain disini?"tanya Didi
"Malam ini aku jadi bodyguard anak-anak."
Lista memutuskan sambungan dengan sengaja karena tidak ingin merusak keceriaan anak bungsunya.
Didi meminta Richi duduk menemani mami dan adiknya.
"Richi mami dan adik kamu menyusul kesini,bisa kamu temani mereka?"
"Iya pi."
Iqbal mengantar Richi ketempat barisan dimana mami dan adiknya duduk.
"Mbak aku masih sibuk dibelakang jadi mas Richi yang kesini ya."kata Iqbal.
Lista hanya mengiyakan kata-kata Iqbal.
"Iya."
Richi duduk disebelah Lista.
"Mi ngapain kesini?
"Mami jadi bodyguard malam ini."menunjuk kearah Eri dan temannya.
Rama menjadi idola baru dipanggung sambutan dari penonton cukup meriah.
Lista sudah merasa tidak nyaman dengan kondisi saat ini,apalagi sebentar lagi giliran Didi yang akan tampil.
"Richi jagain Eri dan Cintya ya."
"Mami mau kemana?"
"Mami tunggu kalian diluar."
Richi hanya bisa menuruti kemauan maminya,padahal cuma dua lagu tapi mami benar-benar bersikeras untuk keluar meninggalkan acara.
Lista duduk diluar caffe memesan minuman dan makanan ringan.
Lebih dari setengah jam kemudian ponselnya berbunyi.
"Mami dimana?"tanya Richi.
Eri,Richi dan Cintya keluar bersama,mereka langsung duduk dimana Lista memesan makanan dan minuman.
"Mami aku boleh makan dulu gak lapar nih."
"Boleh."
Lista kembali memesan makanan dan minuman buat anak-anaknya.
Eri dan Cintya makan sambil terus ngobrol dan sesekali bercanda.
Richi menerima panggilan dari Didi,Richi memberitahu bahwa dia dan Lista masih berada diluar caffe.
Lista beberapa kali menoleh kearah pintu utama caffe berharap Didi muncul dari arah itu,saat kembali menoleh Lista justru melihat Gasa yang keluar terlebih dahulu.
Lista buru-buru menyembunyikan wajahnya,namun dari jauh Gasa sudah mengenalinya karena sebelum dia tampil tadi Gasa sudah melihat Lista duduk dibarisan penonton.
Gasa mengurungkan niatnya untuk sekedar menyapanya.
Didi keluar dan melihat Gasa sedang memandangi istrinya.
"Kamu cukup menyapanya apa kabar."kata Didi menepuk pundak Gasa.
Gasa hanya tersenyum.
"Aku taku dia akan marah".kata Gasa.
"Ayo."Didi meraih tangan Gasa.
Didi berjalan mendekati meja Lista sementara Gasa berjalan mengikutinya.
"Sayang bisa bicara sebentar."
Cintya mendengar panggilan sayang yang ditujukan kepada Lista langsung berbisik.
"Eri,mereka kan personil band xxx kok drummer manggil sayang sama mami kamu."
Eri menjelaskan yang sebenarnya kepada Cintya.
"Serius Ri?"tanya Cintya dengan terbatuk-batuk.
"Richi,Eri dan Cintya kalian pulang dulu sama om Iqbal.Mami ada sedikit urusan sama papi."kata Lista.
Anak-anak pulang bersama Iqbal dan Alif mengantarkan Cintya sampai kerumahnya terlebih dulu.
Lista,Didi dan Gasa duduk disudut tempat yang tenang,tidak ada kata apapun yang terucap dari ketiganya.
Didi berdiri dengan melihat arloji ditangannya.
"10 menit kurasa cukup buat kalian."
Didi menjauh dan memilih berdiri membelakangi Lista dan Gasa.
Kali ini Lista terlihat lebih tenang.
"Kamu apa kabar?"tanya Lista tanpa menoleh kearah Gasa.
"Aku baik."jawab Gasa.
Gasa masih melihat kearah Lista
"Aku cuma bisa mengucapkan terimakasih banyak."kata Gasa
"Untuk apa?tanya Lista
"Untuk saat ini kamu mau meluangkan waktu untuk sekedar ngobrol sama aku."
"Didi hanya memberimu waktu 10 menit jadi manfaatkan waktumu untuk bicara langsung keintinya."
"Bagiku kamu memaafkan aku itu sudah cukup,rasa bersalahku sudah kubayar mahal meski sebenarnya aku tahu kamu ada dimana waktu itu."
Lista hanya meneteskan air mata merasakan perih diulu hatinya.
"Kamu tidak pantas menangisi orang sepertiku,hapus air matamu jangan sampai Didi memukulku gara-gara kamu menangis."Kata Gasa memberikan sekotak tisu.
Lista menghapus air matanya meski menangis dia juga bisa tersenyum dengan tingkah lucu Gasa.
"Lis,aku cuma ingin kita menjadi teman."kata Gasa.
Gasa mengulurkan tangan tanda ingin berdamai dengan masa lalunya,Lista menyambut meski berat baginya.
Ketika Lista memutuskan untuk menerima kembali Didi mau tidak mau cepat atau lambat dia akan bertemu dengan Gasa.
Bagi Lista Didi adalah cinta pertamanya.