Joanna memiliki kehidupan yang bahagia. Keluarga yang menyayangi dan mendukungnya. Pekerjaan yang mapan dengan gaji tinggi. Dan calon suami yang mencintainya.
Sayangnya, kehidupan Jo hancur hanya dalam tempo singkat. Usaha keluarganya hancur. Menyebabkan kematian ayah dan ibunya. Dipecat dan bahkan tidak dapat diterima bekerja dimanapun. Dan calon suaminya menikah dengan putri konglomerat.
Dan semua itu karena satu orang. Konglomerat yang terlalu menyayangi adiknya sampai tega menghancurkan kehidupan orang lain.
Jo tidak akan pernah memaafkan perbuatan musuh terburuknya. Tidak akan
yang belum 20 tahun, jangan baca ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
"Semuanya sudah lengkap. Besok semuanya akan dikirim. Tolong pastikan tidak ada yang terlewat olehku!" perintah Jo pada pekerja lepasnya.
"Baik"
Jo melihat semua barang yang akan dikirim ke rumah Katherine Cooper besok dan merasa puas. Akhirnya dia bisa menyelesaikan daftar belanja ini sebelum tenggat waktu.
Lalu dia beralih ke pekerjaan lain yang sudah menunggu.
"Untung saja Anda punya rumah seluas ini. Semua barang ini akan rusak kalau diletakkan di gudang" komentar pekerja lepasnya yang bernama Hito. Seorang mahasiswa tingkat akhir yang membutuhkan uang cepat untuk menyelesaikan studinya.
Jo melihat rumah peninggalan orang tuanya. Seminggu lalu, sekertaris pria itu menyerahkan sertifikat rumah beserta perjanjian jual belinya. Dia merasa senang bisa mendapatkan rumahnya lagi.
"Aku akan khawatir kalau semua barang yang harganya tidak sedikit ini disimpan di gudang tanpa pendingin ruangan dan penyaring udara" jawabnya.
"Benar. Tapi ... Bisnis ini ternyata memiliki keuntungan besar"
"Apa kau tertarik menjadi pesaing ku?" tanya Jo.
"Tidak. Saya tidak berani. Tapi ... Setiap Anda membutuhkan bantuan, jangan lupa memberitahu saya. Saya akan siap dua puluh empat jam"
"Aku andalkan janjimu!"
Keduanya tersenyum lalu melanjutkan pekerjaan masing-masing.
Seminggu sudah Jo begitu sibuk dengan pekerjaannya. Demikian juga dengan pria brengsek yang tidak pernah pulang itu. Mereka sama sekali tidak pernah bertemu dan Jo mulai khawatir dia akan segera diusir dari rumah keluarga Cooper dalam waktu dekat.
"Baiklah Nona Jo, saya pulang dulu" ucap Hito lalu berjalan menjauh dari rumah.
"Jangan lupa besok pagi!" teriak Jo mengingatkan pekerjanya untuk tidak datang terlambat.
"Ya"
Jo menghela napas lega dan mulai membereskan barangnya. Memeriksa suhu ruangan dan mengunci pintu. Dan siap untuk pulang.
Sebuah mobil datang tanpa diminta, supir membuka pintu untuknya dan Jo masuk. Setelah hampir tiga Minggu berada di rumah pria itu, Jo mulai terbiasa dengan gaya hidup baru.
Masuk ke kawasan rumah pria itu, Jo melihat banyak mobil.
"Apa Tuanmu sudah pulang?" tanya Jo pada supirnya.
"Iya. Baru saja"
"Ohh"
Jo segera masuk ke dalam rumah dan segera dikejutkan dengan pemandangan sensual antara pria itu dan seorang wanita keturunan Amerika Selatan yang sexy.
"Siapa dia?" tanya wanita sexy itu menunjuk Jo.
"Dia ... Salah satu pekerja disini" ujar pria itu lalu melanjutkan aktivitas ciuman mereka.
Mendengar jawaban pria itu membuat Jo tersenyum dan mengangguk. Kemudian melanjutkan perjalanannya ke lantai dua dan masuk ke dalam kamar.
"Pekerja" gumam Jo lalu tertawa. Bagaimana bisa pria brengsek itu mempertontonkan adegan seperti itu tepat di depan wajah Jo? Apa pria itu sengaja?
Apapun tujuan pria itu, Jo kini harus bersiap untuk diusir dari rumah ini. Dia mengeluarkan koper dan mulai berkemas. Lalu menyimpan kopernya di sudut ruangan yang tak terlihat.
Setelah mandi, Jo membuka catatannya. Berniat untuk memeriksa pekerjaan tapi muncul suara-suara aneh dari kamar sebelah. Kamar pria brengsek itu.
"AAAAAHHHHHH ... OOOOOHHHHHHH ... AAAHHHHH ANDA MENAKJUBKAN AAHHHHHH"
Jo termenung. Dia sangat tahu suara apa itu. Pria itu memuaskan wanita sexy yang dibawanya tadi. Mendengarnya sungguh memuakkan. Jo hampir saja mengumpat lalu tersadar kalau dia berada di tempat yang sama dengan wanita itu.
Dia juga seorang wanita yang dibawa pria itu untuk bercinta ke rumah ini. Apa bedanya dia dan wanita itu?
"Bedanya adalah aku tidak berteriak sekeras itu" katanya mencemooh reaksi berlebihan wanita yang sedang ada di ranjang pria itu.
"AAAAHHHHH, LAGI TUANNN. TERUSKAN!!!!!"
Karena Jo sudah pasti tidak bisa fokus pada pekerjaannya dengan semua teriakan itu. Dia memutuskan untuk pergi ke halaman belakang. Menghirup udara malam yang hening. Daripada harus membayangkan apa yang dilakukan pria itu untuk memuaskan wanitanya.
"Saya menyiapkan makanan untuk Anda Nona" kata pengurus rumah yang menyusulnya ke halaman belakang.
"Aku sedang tidak ingin makan" jawabnya.
"Sudah lama sekali saya tidak melihat Anda makan dengan benar. Tolong jangan membuat saya merasa bersalah karena tidak melayani Anda dengan benar"
Ucapan pengurus rumah sungguh mengena di hati Joanna. Dia sudah lama sekali tidak menerima perhatian seperti ini. Jo menerima makanan yang diberikan dan berjanji akan menghabiskannya.
Karena malam semakin larut, Jo mulai mengantuk. Dia masuk ke dalam rumah. Berharap tidak lagi mendengar kegilaan antara pria itu dan wanitanya.
"Sepertinya sudah selesai" pikirnya setelah melewati kamar pria itu yang sunyi. Dia segera masuk ke dalam kamar dan bersiap tidur.
Belum terlalu nyenyak Jo tidur, tiba-tiba ada yang menyentuh tubuhnya. Secara reflek dia terbangun dan menyilangkan tangan karena ingin mempertahankan diri.
"Kau???"
Pria yang baru saja mengalami malam panas itu ada di ranjangnya. Hanya memakai jubah tidur yang memperlihatkan dada telanjangnya.
"Kenapa kau terkejut?"
"Tentu saja, aku baru saja mau tidur" jawab Jo. Jantungnya berdebar kencang karena mengira orang lain yang datang ke kamar dan menyentuhnya.
"Lalu kenapa kau ingin menendang ku?" tanya pria itu menangkap kaki Jo.
"Hanya bentuk pertahanan diri"
"Kau ingin berkelahi denganku?"
"Tidak. Aku ingin tidur. Bisakah kau pergi? Bukankah ada wanita yang menemanimu?"
"Kau cemburu?"
Cemburu?? Apa yang dibicarakan pria itu? Bagaimana bisa dia cemburu. Dia bahkan tidak memiliki perasaan apapun pada pria itu.
"Tidak" jawab Jo cepat.
"Kalau begitu ... "
Kaki Jo ditarik keras oleh pria itu. Mengandalkan berat tubuhnya, pria itu menindih pinggang Jo. Dan tangannya yang tadi menyilang di depan dada sudah berpindah ke atas kepala.
"Apa yang kau lakukan?"
"Menciummu"
Pria itu melakukan apa yang dikatakannya. Mencium bibir Jo, tidak memberinya waktu untuk bernapas sama sekali.
"Tung ... gu. Seb ... bentar" ucap Jo berusaha menghentikan aksi pria itu.
"Diam dan jangan berteriak!" bisik pria itu di telinga Jo lalu menjilati lehernya. Rasa geli bercampur hangat merasuk ke dalam tubuh Joanna. Tidak bisa dipungkiri lagi. Dia merindukan hal ini. Dia merindukan sentuhan pria itu.
Saat ciuman terasa kurang, pria itu turun dari tubuh Jo. Menempatkan pinggangnya diantara paha Jo dan mulai mendorong.
Ohhhhh. Ingin sekali Jo berteriak tapi ditahannya. Dia tidak ingin terdengar se-vulgar wanita tadi.
Jo menikmati setiap gerakan yang dibuat oleh pria itu. Membuatnya lupa pada semua beban pekerjaan juga kesepian yang dirasakannya selama seminggu ini.
Intensitas dorongan pria itu mulai melambat dan Jo mengambil inisiatif untuk merebut posisi di atas. Bergerak naik turun secara konstan dan menemukan kenikmatan yang membuat badannya panas.
Pria itu tahu Jo telah mencapai puncak kemudian menariknya ke bawah. Memberinya hadiah berupa ciuman dan menyelesaikan semuanya. Setelah mencapai kepuasan yang sama, pria itu menarik tubuh Jo. Membiarkannya meringkuk di dada yang penuh dengan otot keras.