NovelToon NovelToon
Pelabuhan Terakhir Sang Bad Boy

Pelabuhan Terakhir Sang Bad Boy

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Teen School/College / Bad Boy
Popularitas:4.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yutantia 10

Ibrahim, ketua geng motor, jatuh cinta pada pandangan pertama pada Ayleen, barista cantik yang telah menolongnya.

Tak peduli meski gadis itu menjauh, dia terus mendekatinya tanpa kenal menyerah, bahkan langsung berani mengajaknya menikah.

"Kenapa kamu ingin nikah muda?" tanya Ayleen.

"Karena aku ingin punya keluarga. Ingin ada yang menanyakan kabarku dan menungguku pulang setiap hari." Jawaban Ibra membuat hati Ayleen terenyuh. Semenyedihkan itukah hidup pemuda itu. Sampai dia merasa benar-benar sendiri didunia ini.

Hubungan mereka ditentang oleh keluarga Ayleen karena Ibra dianggap berandalan tanpa masa depan.
Akankah Ibra terus berjuang mendapatkan restu keluarga Ayleen, ataukah dia akan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6

Sudah jadi suratan, jika weekday tak seramai weekend, seperti itulah suasana di Mezra kafe. Malam ini tak begitu ramai karena bukan weekend. Kalau biasanya disaat seperti ini, Ayleen lebih suka ngobrol bersama Ajeng di pantry, tidak dengan malam ini. Gadis itu tetap berdiri ditempatnya sambil memperhatikan para pengunjung kafe.

Apakah dia sedang menunggu kedatangan Ibra? Jawabannya adalah iya. Dia tak paham dengan perasaan apa yang dia rasakan saat ini. Tapi satu yang pasti, dia berharap Ibra datang. Ini sudah hampir jam 9, tapi pria itu belum kelihatan batang hidungnya.

"Gak mau pulang, Leen?" tanya Abdi, barista yang hari ini kerja shift sore. Biasanya jam segini, Ayleen sudah siap-siap pulang. Orang tuanya memang tak mengizinkan dia pulang terlalu larut.

"Bentar lagi Mas."

"Lagi nungguin seseorang?" Abdi merasa jika sejak tadi, Ayleen terus menatap kearah pintu. Seperti sedang menunggu seseorang.

"Enggak kok," bohong Ayleen. Dia masih disana, bahkan sampai jam sudah menunjukkan jam 9.30 malam. Belum beranjak dari depan coffee maker dengan perasaan gundah.

Kamu terlalu berharap Leen. Terlalu naif jadi cewek. Dia cuma ngibul. Cowok populer kayak dia, banyak dikerubutin cewek. Masih bisanya kamu baper dengan kata-kata gombalan dia. Ayolah Leen, gak ada gunanya mikirin dia, apalagi nungguin kayak gini.

Ayleen menghela nafas dalam lalu membuangnya perlahan. Mencoba tersenyum maski dalam hatinya, sedang merasakan apa itu kecewa. Beranjak dari coffee maker menuju pantry lalu melepas apron disana.

"Kamu kenapa Leen, lemes gitu?" tanya Ajeng.

"Gak papa Mbak," sahut Ayleen. Mengambil segelas air putih lalu meneguknya hingga tandas. Ketika hendak menyimpan apronnya dalam loker, dia melihat jaket milik Ibra yang hari ini pria itu pinjamkan. Mengambil jaket tersebut lalu menyimpannya didalam tas sambil tersenyum getir.

Kamu terlalu baper Leen.

...----------------...

Ibra memacu kuda besinya dengan sangat kencang. Beberapa kali melihat jam tangannya lalu mengumpat. Sudah jam 10 lebih, dia harap Ayleen belum pulang. Dengan sangat tergesa-gesa, dia memarkirkan motornya.

Brakk

Motor itu rubuh dan menimpa sebuah motor disebelahnya.

"Sial," umpat Ibra sambil berusaha mengangkat motornya dibantu juru parkir. Bisa-bisa dia sudah melepaskan motornya sebelum menurunkan standar saking kacaunya pikirannya.

"Hati-hati dong Mas. Ini motornya lecet," omel juru parkir. Motor matic yang tertimpa motor Ibra mengalami sedikit lecet.

"Iya Pak, maaf. Saya masuk kedalam dulu. Nanti kalau orangnya minta tanggung jawab, suruh nyari saya didalam." Ibra berlari menuju kafe. Sesampainya didalam, sambil mengatur nafas, matanya langsung tertuju pada tempat barista. Hanya terlihat seorang barista pria disana, dan itu bukan Aylenn.

Ibra menuju meja bar untuk bertanya pada barista pria yang memakai name tag Abdi didadanya.

"Permisi Mas, Ayleen nya ada?"

Bukannya menjawab, Abdi malah memperhatikan Ibra. Dia kenal beberapa teman Ayleen, tapi yang satu ini, dia belum pernah melihat.

"Ayleen sudah pulang."

Ibra reflek mengumpat sambil memukul meja. Membuat orang yang ada disebelahnya langsung menatap kearahnya. Tapi Ibra tak ambil pusing karena itu, dia kembali keluar menuju parkiran.

"Udah mau pulang Mas?" tanya juru parkir ketika Ibra menaiki motor dan memakai kembali helmnya. "Nanti kalau yang punya motor minta ganti rugi, gimana?"

Ibra sama sekakli tak mempedulikan ucapan juru parkir. Tancap gas begitu saja bahkan tanpa membayar uang parkir sepeserpun.

"Dasar bocah gak genah," teriak juru parkir sambil menetap motor Ibra yang mulai masuk ke jalan raya.

Sepanjang jalan menuju markas Joker, Ibra terus mengumpat. Semua ini gara-gara ayahnya, kalau saja pria itu tak memaksanya pulang, dia tak akan telat sampai di Mezra kafe.

Flashback

Meja makan yang dulu membuat Ibra sangat betah berlama-lama disana, sekarang tak lagi sama. Dia bahkan muak sekali harus duduk disana dan menatap kemesraan Ayah dan Ibu tirinya.

Bukannya tak mau menerima kehadiran Ibu baru, hanya saja Ibra kecewa dengan Ayahnya. Baru kurang lebih sebulan ibunya meninggal, Ayahnya sudah menikah lagi dengan sekretarisnya. Apa seperti ini cinta? Tak adakah rasa kehilangan? Bahkan saat ibunya meninggal, Ibra sama sekali tak melihat raut kesedihan diwajah ayahnya. Apakah cinta sejati itu memang tidak ada?

"Ada apa Ayah menyuruh Ibra pulang?"

"Tidak sopan makan sambil bicara. Habiskan dulu makananmu, setelah itu kita bicara diruangan Ayah."

Ibra berdecak pelan. Padahal malam ini dia sudah janji mau ketemu Ayleen. Tapi kalau kayak gini, bisa-bisa dia telat. Apalagi jika nanti yang dibahas ayahnya panjang lebar. Jarak antara rumah ayahnya dan Mezra kafe lumayan jauh.

"Kak Ibla tidul disini malam ini?" tanya seorang gadis kecil yang duduk disamping Ratna, ibu tiri Ibra.

"Gue bukan kakak lo," bentak Ibra. Matanya melotot kearah bocah kecil yang merupakan anak ayahnya dan Ratna itu.Tak pelak karena takut, matanya langsung berkaca-kaca.

"Hwwaa..." Tangis Haura langsung pecah seketika.

"Ibra, jaga sikapmu," bentak Yusuf, ayah Ibra. Baginya, Ibra tak lebih dari hanya biang masalah.

Ratna tampak berusaha menenangkan Haura, sambil sesekali, melemparkan tatapan sengit pada Ibra. "Anakmu ini makin lama makin gak ada sopan santunnya Mas, gak bisa diatur," gerutu Ratna. "Apa ibunya dulu gak pernah ngajari sopan santun?"

"Jangan bawa-bawa ibuku," bentak Ibra. "Pelakor sepertimu, tak pantas menilai ibuku. Kau sangat ja_"

BRAKK

Gebrakan tangan Yusuf dimaja, membuat Ibra langsung diam.

"Jaga sopan santunmu Ibrahim," bentak Yusuf. Tak hanya gebrakan dan bentakan, sendok pria itu juga melayang mengenai kepala Ibra. "Hormati Tante Ratna, dia ibumu sekarang."

Ibra mengepalkan telapak tangannya sambil tersenyum getir. Sampai matipun, dia tak akan sudi menerima Ratna sebagai ibunya.

Hal inilah yang membuat Ibra tak pernah mau pulang. Lebih memilih tinggal sendiri di apartemen daripada harus melihat Ratna. Wanita muda yang dia yakini sudah menjadi selingkuhan ayahnya sebelum ibunya meninggal. Dan Haura, meski anak itu masih sedarah dengannya dan tak tahu apa-apa, dia juga ikut kena getahnya. Ikut menerima kebencian Ibra.

Selesai makan, Ibra mengikuti ayahnya ke ruangan kerja pria itu. Ratna, wanita itu tak mau ketinggalan, ikut masuk juga kesana.

"Tanda tangani ini." Yufus menyerahkan sebuah map berisi surat pernyataan pada Ibra.

Karena tak ingin lama-lama disini, Ibra segera membuka map dan membaca isi surat pernyataan tersebut.

"Rumah ini mau dijual?" Mata Ibra langsung membeliak lebar.

Yusuf baru saja menyuruh Ibra tanda tangan surat pernyataan jika dia setuju rumah ini dijual.

"Ayah tak bisa menjualnya tanpa tanda tangan kamu, karena sertifikat atas nama alm. ibumu."

"Ibra tak mau tanda tangan." Dia mendorong map didepannya kearah ayahnya. "Ibra tak mau rumah ini dijual." Bagitu banyak kenangan diruman ini bersama ibunya, dan dia tak mau kehilangan itu.

"Rumah ini sudah tua, Ibra. Modelnya juga udah ketinggalan zaman, bagitupun dengan lokasinya yang jauh dari kantor Ayahmu. Jadi lebih baik dijual saja," desak Ratna. Sebenarnya Ratna ingin rumah dimana tak ada lagi kenangan ataupun barang-barang milik alm. ibu Ibra didalamnya. Makanya dia mendesak rumah ini dijual agar bisa pindah kerumah baru.

"Lebih baik Tante gak usah ikut campur," sinis Ibra.

"Ayah tidak sedang mengajakmu bernegosiasi. Ini perintah, cepat tanda tangan," desak Yusuf.

"Tidak akan pernah," tekan Ibra. Dia melemparkan tatapan sengit pada Ayahnya dan Ratna.

"Kalau kau menolak, Mas Yusuf tidak akan memberimu uang bulanan lagi," ancam Ratna. Wanita itu bersedekap sambil tersenyum pongah.

Ibra menatap Ayahnya, kecewa karena pria itu hanya diam saja, seolah mengiyakan kata-kata istri barunya itu. Apakah sekarang, semua keputusan ada pada Ratna?

"Baiklah, lagian Ibra bisa nyari uang sendiri." Ibra pergi setelah mengatakan itu. Dalam hati, dia berharap ayahnya memanggilnya, mengatakan sesuatu yang bisa membuat hatinya merasa masih ada cinta untuknya. Tapi hal itu hanya ada dalam angan, karena sampai langkah kakinya didepan pintu, ayahnya hanya diam.

Ibra merasakan sesuatu didalam dirinya bergejolak, hatinya menjerit. Saat ini, dia benar-benar merasa tak punya siapa-siapa lagi. Tak hanya ibunya yang pergi untuk selamanya, ayahnyapun telah pergi. Dia benar-benar sendiri.

1
Anonymous
Kecewa
Anonymous
Buruk
Susanti Susanti
Luar biasa
Hera
👍🏻👍👍🏻
Abinaya Albab
bang Aydin pernah one night stand sama anak gadis orang /Silent/
Abinaya Albab
bener bgt Bu seblak /Facepalm//Silent/
Abinaya Albab
mendadak jadi macan tutul ya Ay /Facepalm//Silent/
Abinaya Albab
ujian malam pertama bang Ibra /Facepalm/ jngan sampai ada drama perut nyeri ternyata mau datang bulan /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
maria handayani
/Shy/
Abinaya Albab
emang minta dibalang sendal si alfath ini /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Abinaya Albab
alfath emang agak lain sendiri di keluarganya paling sengklek /Facepalm//Silent/
Abinaya Albab
Ibra udh bawa pasukan ternyata gk ada amunisinya /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Silent/
khoirun nisa
kngn era" butterfly kya gini tapi KLO ingat sakitnya jga GK mau
Abinaya Albab
aku juga jadi ikut nangis 😭😭😭
Abinaya Albab
good job ayleen
Abinaya Albab
emang enak /Grin/
Abinaya Albab
ini kenapa bikin mewek terus sihhhhh 🥹
Abinaya Albab
duhhhhh nyesek sakit banget di tenggorokan 😭😭😭
Alieta Hariyantie
🖤
Abinaya Albab
lope sekebon Ibra 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!