Dunia tak bisa di tebak. Tidak ada yang tau isi alam semesta.
Layak kehidupan unik seorang gadis. Dia hanyalah insan biasa, dengan ekonomi di bawah standar, dan wajah yg manis.
Kendati suatu hari, kehidupan gadis itu mendadak berubah. Ketika dia menghirup udara di alam lain, dan masuk ke dunia yang tidak pernah terbayangkan.
Detik-detik nafasnya mendadak berbeda, menjalani kehidupan aneh, dalam jiwa yang tak pernah terbayangkan.
Celaka, di tengah hiruk pikuk rasa bingung, benih-benih cinta muncul pada kehadiran insan lain. Yakni pemeran utama dari kisah dalam novel.
Gadis itu bergelimpangan kebingungan, atas rasa suka yang tidak seharusnya. Memunculkan tindakan-tindakan yang meruncing seperti tokoh antagonis dalam novel.
Di tengah kekacauan, kebenaran lain ikut mencuak ke atas kenyataan. Yang merubah drastis nasib hidup sang gadis, dan nasib cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.L.I, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Atau hanya sebagai hiasan mempercantik. [2]
✨AGAR MEMUDAHKAN MEMAHAMI ALUR, BACA
SETIAP TANGGAL, HARI, DAN WAKTU DENGAN
BAIK
✨PAHAMI POTONGAN-POTONGAN CERITA
✨BERTYPE ALUR CAMPURAN (MAJU DAN
MUNDUR)
^^^Jumat, 15 September 2023 (15.24)^^^
Triiiiinggggg!!!!!!
Bel sekolah berbunyi, berteriak sebanyak satu kali. Memberikan pertanda jika waktu sekarang adalah pulang.
Berduyun-duyun rombongan Anak Sekolah Menengah Atas Jaya Pura pergi dan kembali ke rumah masing-masing, meninggalkan seisi kelas, dan fokus atas kesibukan berikutnya.
Sayang tidak begitu pada dua insan di sudut kelas, yang bertuliskan papan 12-A-IPA-[89]. Matahari sore menyingsing dari balik jendela, menerobos pada dua tampilan muka siswa lewat kaca di samping mereka.
Yakni Natha dan Iefan yang duduk berurutan di barisan paling ujung belah kiri. Iefan yang berada di depan Natha, justru membalikan kursi guna duduk arah sang gadis ketika semua orang telah meninggalkan kelas.
Mengubah ekspresi Natha ketika tengah merapikan isi barang-barangnya untuk di masukan dalam tas, menjadi bergelimpangan heran. Dua alisnya bertaut mempertanyakan kiprah sang teman laki-laki.
“ Lu ngapain? “
Gubrakk!!
Bukannya cepat menjawab, Iefan justru menumpah sebilah buku yang cukup tebal di atas hamparan meja kecil Natha. Keduanya sudah saling bertemu muka, dan berbagi jarak hanya sebatas lewat meja Natha yang sebenarnya cuma diperuntukan untuk satu orang. “ Lu harus bantuin gue. “
“ Ha? “ Kening Natha menyeringai bingung. “ Bantu apaan? “
Iefan melekatkan pandangan arah Natha. Dia menaikan dua botol minuman yang berbeda jenis, varian jus jambu kesukaan Natha dan yogurt rasa blueberry sejajar pada dataran meja milik si gadis di depan.
“ Lu kan yang bilang kalau cara anak-anak di gedung belakang kemarin terlalu klise saat nembak Olivia. Makanya kali ini gue mau lu bantuin gue buat cari cara nembak yang bagus. Dan ngga seperti yang lu bilang kaya kemarin. “
Iras Natha sontak terperanjat. “ Ha? Kapan? “
Kendati kesadaran Iefan juga tak mudah untuk terperdaya, dia tak kalah gesit merespon menggunakan tatapan malas, sudah merapat setengah mata. Membuat Natha yang menilik akhirnya mengalah dan mengakui.
“ Ouh… hehe, iya. “ Dia merasa sedikit tidak beres atas permintaan pria di depan.
Tidak biasa Iefan akan bertindak begitu baik sampai membelikan Natha minuman kesukaannya, yakni jus jambu.
Makanya semula Natha berniat untuk pura-pura tidak ingat pernah membicarakan kalimat demikian, supaya tidak terjebak dengan rencana Iefan yang entah bermaksud apa. “ Bantuan gimana? “
Iefan menyodor semangat buku yang dia letakan semula, setelah menerima tuturan Natha. Berkoar-koar penuh antusiasme.
Sejenak Natha masih merasakan gelisah atas keingingan pria jangkung di depannya, tapi dia memilih untuk tak memperdulikan dan kembali fokus pada buku yang telah terpampang.
Di sampulnya ada tulisan berjudul 1001 Cara Untuk Mendapatkan Hati Perempuan . Terlihat berlebihan, tapi pria tampan dan keren di depan Natha ini justru memilih untuk membaca buku tersebut.
Kepala Natha berpindah menggeleng dengan isyarat tidak mau, apakah mereka akan begitu konyol dengan membaca buku yang entah dari mana laki-laki itu dapatkan.
Lamun saraf-saraf otak Iefan yang melihat penolakan tentu tak mudah untuk menyerah. Entah kobaran apa yang telah merasuki hasrat pria tersebut, sampai begitu kekeh untuk meminta teman perempuan kelai nya ini membantu.
“ Gimana kalau ada bayaran? “ Iefan berupaya membujuk, bergairah mencari banyak cara untuk mengambil hati Natha.
Tapi Natha tetap geleng-geleng, dia tak mudah tergoyah dengan godaan. “ Ngga. “
“ Barang-barang mewah? “
Masih kepala Natha melenggang kanan kiri bolak balik. “ Ngga. “
“ Baju-baju baru? “
“ Engga… “
“ Okey! Makanan dan minuman sebanyak satu tokoh yang lu suka? “
“ Enggaaaa….. Iefan….. “ Lagi Natha tetap teguh atas gerakan kepala yang menolak. Hingga membuat Iefan ujungnya mendengus keras, dia tidak punya pilihan lagi selain kalimat rayuan terakhir ini.
“ Okey-okey, gue nyerah. Gue ngga punya pilihan! “ Tampak laki-laki itu mengerucutkan muka, takut jika tutarannya kelak akan membawa penyesalan yang mendalam.
Kendati dia juga tidak punya alternatif lain yang bisa di andalkan lagi. “ Gimana… kalau gue… bakal nurut dan patuh sama lu, selama satu bulan penuh. “
“ Nah!… “ Natha antusias. Meletakan kembali tas yang sudah terisi pada sudut meja. “ Jadi lu mau minta bantu apa? “ Dia goyah setelah tawaran Iefan yang satu ini.
Terlihat mimik Iefan kesal sejenak, atas kemauan yang Natha minta. Cukup menyebalkan dari sekian banyak hal yang berharga, Natha malah memilih untuk menjadikan Iefan sebagai penurut dalam satu bulan ke depan.
Karena memang Natha sangat ingin mengerjai Iefan, dan berupaya agar laki-laki itu juga tidak bisa menjahilinya selama hari-hari mendatang sesuai perjanjian.
Salah satu faktor karena Iefan yang suka menjahilinya parah. Sekalipun, semangat Iefan rupanya cepat kembali, dia pindah mengulaikan senyuman penuh makna terselebung setelah Natha bersukarela menerima penawaran.
Menjadikan bulu-bulu di sekujur tubuh Natha bergidik ngeri, sangat menyeramkan melihat raut Iefan yang seperti sekarang di banding wajah tengilnya hari-hari biasa.
Iefan mendorong jus kesukaan Natha agar lebih mendekat ke gadis di depan. Sengaja bersikap baik dengan maksud tersendiri. “ Gue… mau lu bantu gue buat cari cara yang terbaik untuk nembak cewek. “ Alis tebalnya naik di sebelah posisi.
“ Olivia maksudnya? “
Namun justru kembali dikejutkan jawaban lugas dari Natha.
Natha cepat menyadari reaksi kaget Iefan. Dia sudah menerima minuman pemberian laki-laki tersebut, dan mulai memasukan sedotannya guna meraih air yang ada di dalam kotak kemasan. “ Iya, gue udah tau. “
“ Se-sejak kapan lu tau? “ Bibir Iefan gemetar panik. Terpancar seperti maling yang telah tertangkap basah. Dia tidak tahu jika Natha si teman perkelahiannya, sudah mengetahui rahasia yang tersimpan.
“ Udah! Jadi nyari pilihan nembak ngga? “ Natha mengancam, mereka akan semakin lama menghabiskan waktu jika dia perlu menceritakan detail sebab Natha mengetahui perasaan Iefan.
Karena tidak mungkin Natha akan berbicara langsung jika dia sudah tahu dari alur yang ada di novel, tentu laki-laki tersebut tidak mudah percaya dan menambah kesibukan percuma Natha guna merinci kenyataan.
Bahkan bagi diri Natha sendiri dia masih belum bisa begitu saja menerima keaslian jika dunia ini adalah alam novel, apalagi bagi Iefan yang tidak tahu keadaan dan peristiwa yang terjadi.
“ Eh-iya jadi-jadi. “
Keduanya mulai menghabiskan sore selasa di bulan September dengan aktivitas membaca buku energik, begitu aneh karena ada saja orang yang menuliskan artikel demikian.
Larut antara Natha sang guru, dan Iefan si murid penurut. Mereka sama-sama saling bertukar komunikasi, sesekali bertanya dan memperagakan cara penyampaian perasaan yang baik.
Berbagi antara satu meja kecil, dengan posisi Natha tetap di bangkunya, tapi Iefan yang telah membalikan kursi dan memakan tamak bagian Natha di belakang.
Sehingga jarak di antara keduanya sebatas tersisa satu jengkal telapak tangan, dari lengan peragaan Natha yang telah menelan setengah meja dan sikut Iefan yang bertengger menjajakan kepala pada meja sisanya lagi.
Dia bersandar ke arah jendela, sambil memangku pipi di pangkuan telapak tangan, menilik miring wajah dekat Natha yang terus bertutur.
Bawah sinar mentari yang semakin turun ke sisi barat, tapi belum sembunyi dan masih mengintip-ngintip dengan cahaya senja.
“ Jadi… kalau lu mau menyatakan perasaan, maka yang harus lu lakuin bukan tentang gimana cara atau seperti apa modelnya. Tapi seberapa tulus perasaan dan ungkapan yang lu utarakan. “ Natha merincikan secara baik. Dia cukup handal dalam bidang ini.
Iefan di depan juga mengangguk-angguk dengan patuh. Masih setia menyandarkan muka pada dataran tangan. “ Ouh… “ Wajahnya polos memercayai, bersamaan mencoba menangkap serius pengajaran yang diterima. “ Contohnya? “
“ Contohnya…? “ Natha bingung setelah dimintai peragaan, pasalnya dia juga belum pernah melakukan pernyataan cinta.
Tapi akhirnya mencoba dengan sebisa dan sekemampuan dirinya. Mata Natha kini sudah memindah sorotan pada wajah Iefan yang berada sedikit dibawahnya, menggaris lurus dalam dua penglihatan sang lelaki, dia mengikis sedikit jarak yang tersisa.
“ Aku… menyukaimu. “ Lugas kalimat itu keluar dari wajah Natha yang serius.
Membuat dua bola penglihatan Iefan melebar samar-samar, dia diam sejenak di keheningan jeda waktu. Hingga kemudian cepat sadar, dan bangun dari posisi bersandar kepala.
“ A-ehemm! Gimana kalau kita coba cara yang lain. “ Iefan salah tingkah, bertindak acak dengan mengambil dan membaca buku di hamparan meja. Padahal Natha di depan hanya bereaksi bingung dan tidak mengerti atas respon tiba-tiba dari Iefan. “ Gimana… kalau peragaan kiss. “
“ Uhuk! “ Natha tersedak, giliran kaget dari keacakan permintaan sang teman laki-laki area depan.
Dia yang tengah meminum jus memasukan acak air ke dalam kerongkongan. Merasa sedikit kaget pasalnya setelah kalimat yang di terima, ingatan yang terlintas adalah masa saat Natha di selamatkan oleh Aslan dan berada di dalam mobil insan tersebut.
Ketika itu Natha merasakan ada suatu hal yang mengenai dataran bibirnya, hingga menimbulkan banyak spekulasi acak di benak-benak Natha.
“ Lu yakin? Emang Olivia mau lu apain! Ha! “ Otak pikiran Natha sudah kembali fokus ke pembicaraan utama, dia berpindah untuk menerka Iefan. Akan maksud dan niatan apa yang laki-laki itu ingin perbuat pada Olivia yang polos.
Membuat intensitas Iefan kelabakan kaget. “ Eh, ngga! Ngga! Lu pikir gue mau ngapain. Ngga, gue cuma penasaran aja. La-lagian gue juga ngga pernah kiss. “ Laki-laki itu tidak mau dituduh yang tak benar.
“ Ha? “ Kini Natha yang bergilir terkejut lagi. Dia tidak menyangka atas pengakuan sang laki-laki. “ Pria primadona sekolah seperti lu ngga pernah kiss? “
Iefan sedikit mengerucut muka masam dari tuturan Natha. “ Ya, lu pikir mentang-mentang banyak cewek yang suka sama gue. Bakal gue kiss semau gitu? “
“ Ah, benar juga ya. “ Apa yang laki-laki itu katakan ada benarnya.
Alhasil memupuk rasa iba di pikiran Natha, mungkin tindakan vulgar ini perlu sedikit di ajarkan pada Iefan yang polos. Supaya dia juga tidak akan mudah untuk di kelabui kelak oleh para gadis.
“ Okey gini, sini ibu guru ajarin ya nak-kanak. Lu cuma perlu mendekatkan wajah satu sama lain. “ Kepala Natha condong ke depan, dia berbicara seiring mempraktekkan. Dekat pada posisi wajah Iefan.
“ Trus memposisikan dimana letak bibir dia berada, dan barulah setelah itu lu menjamin mata saat kedua bibir itu bertemu. “
Keadaan Natha sekarang sudah terlanjur merapat di wilayah muka Iefan, yang hanya berbatas satu jari di antara. Dia mencoba memberikan Iefan penerangan, tapi laki-laki itu malah salah fokus.
Terus menilik diam wajah Natha yang telah terkikis jarak di depannya. Terasa angin bersemilir menyela, cahaya senja menyorot lewat jendela, dan jatuh tepat di gelimpangan wajah dua insan yang sudah terpatung satu sama lain.
Dengan posisi wajah yang telah berdekatan, sebelah keberadaan kaca jendela, dan tengah dataran meja dari kesunyian isi kelas.
Antara Natha di kursi belakang dan memakan setengah meja, dan Iefan di kursi depan tapi telah berbalik untuk menelan sisa sedikit meja lainnya. Tangan Iefan tampak meremas kuat kumpulan lembaran buku yang di pegang.
Dia membeku untuk mengamati susunan muka Natha yang sudah terhampar di depan irasnya.
^^^Kamis, 21 September 2023 (10.04)^^^
Matahari terik menyinari bumi belahan Indonesia di siang itu, membeberkan panasnya langsung ke kerak planet tempat makhluk hidup spesies manusia tinggal, memupuk juga panasnya pandangan kedua insan di halaman sekolah Menengah Atas Jaya Pura.
Tidak kalut dan terganggu dengan teriakan siswa yang berlari dan pemandu sorak abal-abal dari para siswi, mereka fokus terhadap tatapan satu sama lain penuh amarah.
Memang siang itu Aslan hendak pergi ke lapangan, tak sengaja berlimpaskan dengan keberadaan Baron yang berjalan ke arah yang berlawanan, tentu menjadikan keduannya yang masih berseteru tak tinggal diam.
Baron tersenyum cengengesan di depan Aslan. “ Kita ketemu lagi, bro. “ Dia menepuk bahu laki-laki pencetak kemenangan tersebut, tapi di tepis langsung oleh sang empunya badan menggunakan tangan kanan yang terbaluti oleh perban. Licik mata Baron sengaja melirik tangan Aslan bagian itu.
Di sadari langsung oleh Aslan, tapi laki-laki itu santai sambil membalas senyuman di salah satu sisi bibirnya. Seolah mencoba mengingatkan Baron akan ekspresi yang laki-laki itu berikan waktu di perkelahian terakhir.
“ Urusan kita udah selesai di malam itu. Gue ngga punya urusan lagi sama lu sekarang. “ Aslan yang malas meladeni memilih berjalan pergi, sudah tiba beberapa langkah di belakang Baron.
“ Kejadian Olivia kemarin sore!- “ Tapi tiba-tiba terhenti usai perkataan Baron. Tampak lelaki itu kesal mengulum lidah, berbicara dengan senyuman kesal di belakang Aslan.
Reflek alis Aslan menyatu mendengar tuturan Baron, dia masih sangat sensitif dengan kejadian yang terjadi kemarin. Laki-laki itu diam tapi tidak menoleh ke belakang, hanya mendengar tanpa berbalik badan.
“ -adalah ulah gue. “ Baron tersenyum puas melanjutkan kata-katanya, menatap punggung Aslan dan tertawa puas saat Aslan berbalik agresif serta langsung menarik kerah bajunya penuh emosi. Melihat mangsanya sudah memakan umpan dengan baik.
“ Kenapa? Mau ngehajar gue? “ Baron tertawa. “ Silahkan! Pukul! Pukul aja gue! Biar Olivia sekalian tau siapa lu sebenarnya. Dan seberapa bejadnya diri lu! “ Tawa Baron benar-benar pecah wajahnya tak terlihat waras lagi bagi pria yang akan di pukuli.
“ Lu yang udah ngancurin semuanya. Lu! Lu dan cewek sialan itu! “ Mata Baron naik, membidik serius ke mata Aslan, ada tatapan merah penuh amarah di dalam.
Aslan semakin erat menggenggam kerah baju Baron, bengis melihat ekspresi cengengesan laki-laki itu, tangannya sampai gemetar hebat menahan emosi.
“ Cih sialan, gue ngga punya urusan sama temen lu! Kalau lu memang ngaku sebagai laki-laki, maka hadapin gue sebagaimana seorang laki-laki sekarang! “
Baron reflek menoleh ke arah lain usai mendengar, dia tertawa dalam genggaman kerah Aslan, lalu menghempas tangan laki-laki itu setelah beberapa detik. Dia meludah.
“ Bajingan! Mau sampai kapan lagi lu bersandiwara! Mau berapa orang lagi yang lu tipu. Semua kebohongan lu dengan pura-pura perhatian sama Olivia, cuma buat dia berharap lebih sama lu! Padahal gue tau, lu dan cewek sialan itu udah sekongkol! Kalian saling kerja sama-kan di malam itu buat ngedatengin polisi. “
Mata Aslan melebar, dia paham orang yang di maksud Baron. “ Natha…? “ Reflek berbicara kecil dengan raut berfikir.
Bibir Baron naik tersenyum melihat raut Aslan dan tuturan kecil dari bibir laki-laki itu. “ Tenang aja! Gue udah buat perjanjian sama tu cewek. Hasil dari perlombaan ini bakal nentuin antara hidup gue dan kalian, termasuk hidup tu cewek sialan. “ Dia masih cengengesan seperti tadi.
“ Lu apain Natha! Jangan berani lu sentuh sehelai rambut pun dari dia. “ Aslan tersulut mendengar, dia membidik serius, laki-laki itu kembali menarik kerah baju Baron dengan kesal, dia sangat geram untuk memukuli laki-laki itu sekarang.
Baron sempat tertawa lagi. “ Udah tenang aja… dia cuma bakal jadi budak gue kok kalau kelas lu pada kalah. Eh, maksudnya- “
Baron berpura-pura menunjukan ekspresi kaget. Dia mendekat ke arah telinga Aslan. “ -budak seks. “ Laki-laki itu berbisik kecil, benar-benar sudah membuat Aslan naik pitam mendengarnya.
Tak terbendung lagi, Aslan langsung memukuli wajah Baron setelah kalimat itu, dia membabi buta dengan gusar. Tidak sadar noda merah perlahan merembes mengotori perban tangannya.
Beruntung di sana masih ada beberapa siswa yang lewat, mereka cepat menengahi, menjauhkan satu sama lain sebelum pak Fredrik menemukan kedua lelaki itu berkelahi dalam lingkungan sekolah.
Salah satunya Iefan, laki-laki itu cepat menahan temannya, sedikit dia melirik Baron dan menatap dengan raut heran.
Dia paham Aslan begitu marah saat ini, reflek berfikir apakah anak itu juga yang telah berkelahi dengan Aslan tempo hari. Dalam keadaan itu Aslan terus menatap kesal mengikuti langkah Baron yang di seret menjauh.
Memperhatikan mulut Baron yang berkomat-kamit tanpa suara. Dia menebar senyum licik di akhir kata, menjadikan Aslan menggenggam erat tangannya yang di perban.
Padahal darah sudah semakin banyak mencuat lagi dari telapak tangan laki-laki itu, belum sembuh dari sayatan lebar kemarin, tapi malah di paksa ternganga lagi dengan erat.
“ Jangan lupa sama taruhan kita. Untuk menjadi budak seks…! “
^^^Minggu, 01 Oktober 2023 (17.48)^^^
Langkah kaki berpadu cepat berlari, menggebu-gebu dengan gabungan keringat yang menetes, bergesit dalam pacuan bersama nafas seseorang yang terjenggal.
Orang-orang di sekitaran kaget, ayam dan pakaian ikut berkokok demo, benda-benda itu terhuyung akibat angin juga tangan Natha yang mengubak.
Gadis itu terus berlari di gang sempit perumahan warga, berbelit keluar masuk celah untuk mengejar insan lain. Di sore minggu Natha memutuskan untuk menemui seseorang, ada sesuatu hal yang ingin dia katakan, terasa begitu ganjal dan aneh.
Tidak bisa untuk di selesaikan dengan gabungan otaknya sendiri. Sayang insan yang di temui malah bersembunyi, dia lari tak karuan untuk menghindari Natha, bergelut di jalanan perumahannya sendiri.
Wajar insan itu lebih banyak tahu celah dan langkah lain untuk melarikan diri, menghadiahkan Natha niatan nekat, hanya berbekal sisa pandangan dari kepergian seseorang itu.
Gubrakkk!!!
“ Eh maaf bu. “ Natha panik, matanya yang terlalu fokus dan kecepatan lari yang terlalu kencang membuat gadis itu tidak terlalu menyadari keberadaan seorang wanita paru baya yang sedang lewat.
Alhasil dia langsung menabrak manusia itu, ikut terpental sama dengan raga Natha yang turut jatuh.
Sekotak makanan berhamburan tumpah, terbuka setengah dan memuntahkan sebagian isi, terlihat beberapa donat jatuh di jalanan.
Wanita itu cepat mengumpulkan kembali donat-donatnya, matanya panik memandangi makanan itu berhamburan.
Begitu juga tangan Natha yang paham untuk ikut membantu, beberapa donat tak bisa lagi di selamatkan, benda itu sudah bergulung dengan pasir.
Bergilir dengan taburan tanah sebagai toping barunya. Natha terjeda melihat merek donat di kotak, dia hendak mengalihkan dengan memandangi tangan wanita berumur yang sedang meniup adonan matang itu agar bersih.
Siapa sangka justru membungkamkan detak jantung Natha kala itu. Dia menghela membuang gas karbon dioksida lewat mulut, mata Natha memerah di penuhi cairan bening yang mengenang.
Bergetar gadis itu mencoba mendekatkan tangannya ke arah donat yang wanita tersebut pegang.
“ Ibu… “
...~Bersambung~...
✨MOHON SARAN DAN KOMENNYA YA
✨SATU MASUKAN DARI KAMU ADALAH SEJUTA
ILMU BAGI AKU