Hijrah Cinta Annisa
Karena Tak semua Kata, Bisa mewakili rasa, Maka biarlah hati ini menentukan Pilihannya, Diantara Suka,Duka, dan Air Mata.
***
Aku yang di tolak oleh calon suamiku, tepat di hari pernikahan kami, demi wanita masa lalu yang tiba tiba datang untuk memintanya kembali.
Namun Disaat Bersamaan Aku dipertemukan dengan jodoh yang tidak ku duga sebelumnya, Meminang ku, dan Menikahi Ku di waktu yang sama.
Ya. Dia Seorang CEO Emran Company, CEO dingin dan Arogan.
Akankah Cinta bersemi diantara kami.
Nantikan Kisahnya hanya di HIJRAH CINTA ANNISA !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabila.id, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Pagi Hari
...Jangan engkau bersedih, Sesungguhnya Allah bersama kita...
...(QS. At-Taubah :40)...
...🍁...
Perasaan takut bercampur was yang kini dirasakan belasan pria bertubuh gempal, menghadapi kemarahan sang bos yang berada di ujung telepon.
"Bodoh !. Bagaimana dia bisa lolos ?" Tanya seseorang dari ujung telepon yang menghubungi si botak.
"Menjaga seorang wanita saja kalian tidak becus, Untuk apa aku membayar kalian kalau hasilnya juga seperti ini !" Ketus sang penelpon dengan nada tinggi, pada Si botak yang sebelumnya telah menyekap Tamara.
"Maaf Bos, Kita akan berusaha menemukanya !" Ucap si botak dengan suara takut.
"Aku tidak mau tahu, Temukan dia sekarang juga, atau kalian tahu akibatnya" Ucap seseorang dari seberang telepon.
Tuut.
"Gimana ?" Tanya seorang rekan sesama penjahat. Setelah telepon tersebut di matikan.
"Si@lan" Umpat si botak yang merasa kesal.
"Bos Marah, Kita harus segera mencari gadis itu sampai dapat " Ucapnya lagi.
"Hari sudah semakin pagi, kita tidak mungkin bisa bergerak bebas", ucap yang lainya.
Sudah dapat di pastikan jika mereka tidak akan dapat leluasa mencari Tamara, bagai mana tidak, jika hari sudah terang dan banyak orang yang telah melakukan aktifitasnya, maka tidak mudah bagi mereka untuk menangkap tamara, sekali pun mereka menemukan keberadaanya.
Sekali saja Tamara teriak, tamat sudah riwayat mereka di tangan amukan masa.
"Lacak keberadaanya sekarang !" Ucap si botak memberi instruksi. Dan di anggukkan oleh beberapa orang yang ada di sana.
Beruntung sebelumnya Tamara telah melakukan persiapan dengan mematikan handphone miliknya dan membuang SIM card yang ada di sana.
Sementara itu Di tengah remang-remang suasana pagi, yang masih begitu gelap. Tamara terus saja berlari, entah karena apa tidak ada satu pun kendaraan yang melintas saat itu. Hampir-hampir Tamara kehabisan tenaga.
Tidak mungkin baginya untuk meminta bantuan saat ini, atau menghubungi seseorang untuk menolongnya, itu sama saja dirinya menyerahkan diri pada para penjahat sebelumnya.
***
Setelah melaksanakan sholat subuh Annisa duduk mendekat pada Yasmine yang masih lelap dalam tidurnya.
"Manis sekali" Gumam Annisa lirih. Menatap lekat gadis kecil yang sejak semalam dia peluk dalam tidurnya.
Tidak sekalipun Yasmine bertingkah aneh, atau rewel, justru Yasmine sangat lelap dalam tidurnya.
Tidak seperti yang di katakan oleh Asih sang pengasuh, dimana Yasmine akan bangun untuk meminta susu atau pergi ke toilet, justru Yasmine begitu tenang dan nyaman.
Mengusap lembut puncak kepala Yasmine, dan beberapa kali mendaratkan kecupan di wajah cantiknya. Annisa merasa begitu bahagia.
"Aku tidak akan pernah melarang mu memanggilku Mommy, Meski nantinya aku telah menikah " gumam Annisa dengan mengulas senyum.
"Yasmine, Mommy akan selalu berdoa agar suatu hari nanti, benar-benar ada seseorang yang akan Menjadi Mommy sesungguhnya untuk Yasmine" Tanpa terasa buliran bening menetes begitu saja dari sudut mata indah Annisa.
Entah mengapa dadanya menjadi sakit setelah mengatakan hal tersebut, seolah tidak benar-benar yakin untuk mengatakannya.
"Mommy " Panggil Yasmine yang merasakan tetesan air membasahi pipinya.
"Maaf sayang, Mommy membangunkan mu" Sesal Annisa karena telah membuat Yasmine terbangun dari tidurnya
"Tidak Mommy" Dijawab Yasmine dengan nada celotehan. Annisa pun tersenyum simpul pada gadis tersebut.
"Mommy cantik sekali" Lirih Yasmine ketika menatap lekat wajah Annisa dadi dekat, dan yang tanpa mengenakan cadar.
Masih dengan mukena yang dia gunakan untuk sholat subuh sebelumnya, Yasmine begitu terpukau dengan keindahan wajah seseorang yang selalu dia panggil Mommy.
Mendengar hal itu Annisa hanya mengulas senyum di wajahnya.
"Kenapa Mommy menangis ?" Tanya Yasmine setelah benar-benar melihat sisa air di pipi Annisa.
"No Sayang, Mommy tidak menangis" Kilah Annisa berbohong.
"Tapi mata Mommy basah" Ucap Yasmine yang seolah tidak mempercayai ucapan Annisa. Annisa pun hanya dapat tersenyum.
"Tidak sayang, Mommy tadi Kelilipan" ucap Annisa dan pastinya itu bohong.
Setelahnya Annisa memeluk gadis kecil tersebut dengan erat, perasaan bahagia seketika menyeruak.
Entah mengapa pertemuan Annisa dengan Yasmin saat itu, membuat Annisa merasakan sebuah tarikan yang sangat kuat. Seolah tidak pernah ingin melepaskan pelukannya dari gadis kecil tersebut.
Setelah cukup berbincang dengan Yasmine, Annisa pun bergegas melepas mukena miliknya, karena sebelumnya ada team makeup yang telah datang untuk meminta izin me rias wajah Annisa.
Yasmine tampak terpesona melihat Annisa yang tak mengenakan hijab, dengan rambut panjang yang menjuntai indah hingga ke bagian bahu.
"Mommy cantik semali" Gumam nya masih dengan tatapan lekat pada Annisa.
Annisa hanya menanggapi dengan sebuah senyuman Manis di wajahnya.
Pagi sekali Annisa harus bersiap di dandani, Karena acara ijab qobul akan di laksanakan pada jam 08.30. Mau tidak mau Annisa harus di rias sejak pagi.
***
Di waktu yang sama , namun di tempat lain Emran tampak menyesap kopi yang telah dia pesan sebelumnya pada petugas hotel.
Berdiri di balkon kamar hotel tersebut, memandang kejauhan. Beberapa kali terlihat gusar memikirkan sesuatu yang entah apa itu.
Emran melongok smartphone miliknya, memastikan adakah pesan masuk yang di kirimkan oleh Annisa. Sudah entah berapa kali Emran melakukan hal itu sejak semalam. Namun lagi-lagi Emran tidak mendapatkan satu pesan pun disana.
Bukan tidak mempercayai Annisa, hanya saja ini terlalu aneh bagi Emran, untuk pertama kalinya dirinya memperbolehkan Yasmine bersama orang lain, orang yang bisa di katakan sangat baru mereka kenal, ya meskipun ada dua pengasuh nya yang menemani.
Sebelumnya Emran sempat berfikir jika mungkin saja Yasmine akan rewel atau merengek untuk meminta kembali pada Emran.
Namun nyatanya hingga pagi menjelang dan beberapa kali Emran memastikan, tidak ada satu telepon atau pesan masuk yang di kirim oleh Annisa.
Dari situ saja Emran yakin jika putrinya bahagia bersama Annisa.
Emran hanya menunggu pesan atau panggilan yang masuk, karena memang sebelumnya Emran tidak meminta nomor handphone Annisa, sehingga dirinya tidak dapat menghubungi Annisa, meski untuk sekedar memastikan kondisi sang putri.
Sebuah senyuman seketika terlihat di bibir sensual Emran saat itu, Dan kembali menyesap kopi hitam miliknya.
Meraih smartphone miliknya, Emran berniat menghubungi seseorang.
Tutt..
"Selamat pagi tuan " Sapa Amir dari ujung telepon.
"Em" Jawab Emran singkat.
"Ada yang tuan butuhkan ?" tanya Amir dengan sedikit penasaran, pasalnya ini masih terlalu pagi untuk sebuah tugas yang harus dia terima.
"Siapkan Jas dan Kemeja ku sekarang, kita akan menyusul Yasmine pagi ini" Ucap Emran dengan suara dingin .
"Baik Tuan" Jawab Amir dengan cepat.
Tutt.
Masih dengan kaos oblong dan celana santai, Amir bergegas menyiapkan semua keperluan bos besarnya tersebut. Tidak hanya itu, Amir yang memiliki akses untuk ke kamar bos besarnya pun tidak lupa menyiapkan air hangat untuk Emran berendam.
Ada sedikit rasa heran, Pasalnya saat tiba di hotel semalam, Emran mengatakan tidak akan menyusul Yasmine cepat-cepat. Pikir Amir akan menyusul siang atau sore, karena setidaknya saat itu dapat Amir pergunakan untuk beristirahat sejenak.
Namun nyatanya pagi ini Justru Emran meminta hal lain. Sebagai Asisten yang dapat di andalkan Amir pun segera melaksanakan tugas dadi bos besarnya tersebut.
***
"Mommy " Panggil Yasmine penuh semangat.
Mengenakan balutan handuk yang melilit di tubuhnya, Yasmine yang di gendong oleh Asih untuk di gantikan dengan pakaian baru setelah mandi, Yasmine begitu antusias untuk segera melihat wajah Annisa yang tengah di rias.
"Mba, ini ada Sarapan untuk Yasmine" Ucap Annisa dengan menunjuk sebuah meja yang memeng telah ada makanan disana.
Sengaja Annisa meminta kakaknya Aisha untuk menyiapkan sarapan untuk Yasmine dan dua pengasuhnya tersebut.
***