Amber Kemala, janda yang memiliki trauma atas kegagalan pernikahannya itu bekerja sebagai seorang pelatih tari balet anak-anak. Namun ia mendapatkan tawaran khusus dari seorang duda tampan untuk menjadi pengasuh putri kecilnya, yang tidak lain adalah murid Amber sendiri.
Arion Maverick, duda dengan segudang pesona. Ia melakukan sebuah kesalahan pertama yang membuatnya semakin tergila-gila pada pengasuh sang anak. Laki-laki itu selalu merasakan hasrat yang memuncak dan keinginan yang menggebu-gebu setiap kali bersama Amber.
Sekali saja bibir Arion pernah mengecap hangat tubuh wanita bernama Amber, selamanya laki-laki itu tidak bisa melupakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obrolan Menyenangkan
Amber adalah wanita yang menganut gaya hidup bebas. Wanita itu tidak pernah membatasi diri dalam hal-hal tentang pesta atau minuman. Hanya saja, ia tetap mengatur semua yang masuk dalam kehidupannya dalam takaran yang wajar dan tidak berlebihan. Karena itu, ia tidak menolak ajakan Arion untuk mencicipi wine mahal yang belum tentu bisa ia beli dengan uangnya sendiri.
"Bagaimana rasanya?" tanya Arion. "Aku tidak tahu kalau kau menyukai wine," lanjutnya.
"Hmm, ini enak. Aku belum pernah mencoba yang seperti ini," jawab Amber. "Aku menyukai apapun, aku suka dengan hal-hal baru."
"Bagus, sepertinya kita cocok!" seru Arion.
"Benarkah?" Amber tersenyum tidak percaya.
"Aku menyukaimu, wanita mandiri dan tegas pada kehidupannya. Kau berpikiran rasional dan terbuka, aku suka," jelas Arion.
"Tuan Maverick, kau baru mengenalku selama beberapa minggu. Bagaimana bisa kau menilaiku seperti itu?"
"Tidak perlu waktu lama, aku sudah bisa memahamimu."
Amber tertawa kecil. Ia meletakkan gelas di tangannya dan menatap Arion dengan seksama. Wanita itu baru tahu, jika laki-laki di hadapannya ini ternyata cukup menyenangkan.
"Ceritakan tentang dirimu, Nona Amber. Aku sudah penasaran tentang dirimu sejak Aara sering membicarakan mu," pinta Arion.
"Aku? Aku yakin kau tahu banyak tentangku. Karena kau tidak mungkin mempercayakan Aara pada orang yang tidak kau ketahui asal usulnya," jawab Amber. Mustahil jika Arion tidak mengetahui apapun tentang dirinya. Terlebih, Arion begitu over protective pada Aara, laki-laki itu sudah pasti diam-diam telah menelusuri masa lalunya.
"Kau sangat percaya diri," puji Arion. Ia kembali mengisi separuh gelas Amber dengan wine.
"Memang begitulah kenyataannya. Kau pasti tahu bahwa aku seorang janda, bukan?" tanya Amber.
"Hmm." Arion mengangguk. Bahkan Amber secara terang-terangan mengungkap statusnya, wanita itu tidak merasa malu.
"Baguslah, jadi kau harus berhati-hati. Kau tahu status janda selalu membawa dampak buruk bagi laki-laki di sekitarnya, bukan? Aku yakin kau paham maksudku, Tuan Maverick," terang Amber.
Sejujurnya, ia khawatir setiap kali dekat dengan Arion. Hidup laki-laki itu selalu menjadi perhatian banyak orang. Setiap hal-hal kecil yang menyangkut tentang laki-laki itu, selalu menjadi bahan gosip dan berita di berbagai media. Tentu saja, mempekerjakan seorang janda sebagai pengasuh putri tunggalnya adalah hal bisa dengan mudah memicu argumen publik dan menimbulkan fitnah.
"Aku tidak mempermasalahkan apapun yang orang lain pikirkan tentang diriku. Pemikiran mereka adalah urusan mereka, benar atau tidak, itu bukan urusanku!"
Amber tersenyum, ia menyukai pemikiran Arion yang tidak jauh berbeda dengan prinsip hidupnya.
Amber meraih botol wine di depan Arion, menuang setengah isi gelas Arion dengan wine.
"Terima kasih, Cantik," ucap Arion.
"Tuan Maverick, apa kau memang sangat suka merayu wanita?"
"Tidak, aku tidak pernah merayu sembarang wanita."
"Benarkah? Kabar burung mengatakan kau selalu tidur bersama para model yang ingin bekerja di perusahaanmu. Apa itu salah?" tanya Amber.
Arion mengernyitkan dahi, menatap Amber tanpa rasa kesal sama sekali. Arion sendiri sudah sering mendengar kabar itu. dan ia tidak keberatan meski orang lain berpikir buruk tentangnya.
"Sepertinya kau mulai mabuk, Nona Amber," ujar Arion. Ia bangkit dari tempat duduknya dan berpindah ke sofa panjang, ia duduk tepat di samping Amber.
"Hanya sedikit pusing," jawab Amber. "Kenapa ruangan ini terasa gerah? Apa pendingin ruangannya mati?" tanyanya.
"Kau gerah?"
"Hmm." Amber mengangguk, meletakkan gelas yang ada di tangannya. Wanita itu mengibaskan tangannya berulang kali ke wajah dan lehernya, ia juga menyingkap rambutnya ke belakang untuk meredakan hawa panas yang menyelimuti tubuhnya.
...🖤🖤🖤...