Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingin Meledak
Bab. 35
Rupanya seharian ini Rinda disibukkan dengan kegiatan kelas yang tiba-tiba saja menadapat jatah untuk membersihkan halaman belakang sekolah. Di mana di sana ada taman yang cukup luas.
"Padahal ini bukan MOS, tapi kenapa kita tetap aja disuruh bersih-bersih ya, Fel? Kan anak kelas sepuluh yang nganggur, tuh! Mereka kenapa pilih kasih banget sih ngasih kerjaannya!" protes Rinda yang hanya bisa di sampaikan pada sahabatnya, Felisha.
Sementara Felisha yang memegang sapu pun dengan santai nya menyapu rumput-rumput yang sudah dipangkas oleh teman-teman yang lain. Sementara Rinda? Jangan ditanya gadis itu sedang melakukan apa.
Sepertinya teman sekelas Rinda sangat tahu kebiasaan Rinda dan oleh karena itu, Rinda hanya dikasih pekerjaan untuk memegang karung. Di mana karung tersebut dibuat wadah sampah yang mereka bersihkan bercampur rumput yang sudah dipangkas.
Tentu saja bukan tanpa alasan mereka hanya memberi Rinda pekerjaan yang sangat mudah. Daripada gadis itu akan mengacau pekerjaan mereka, lebih baik memang Rinda memegang karung dan berjalan ke sana kemari jika ada teman yang ingin membuang sampah ke dalam karung. Bukan mereka yang menghampiri Rinda.
"Udah sih, terima aja. Orang lo cuma megang karung doang. Nggak bakalan sampai kasar itu tangan," sahut Felisha yang masih fokus dengan pekerjaannya.
"Ck!" Rinda berdecak. "Bukan itu masalahnya, Felisha sayang. Tapi tuh ini panas banget. Nggak ada yang bercita-cita beliin es jasjus gitu kek. Mana nggak ada topi pula," keluh Rinda yang memang tidak mempermasalahkan tangannya akan kasar atau tidak. Gadis itu hanya tidak kuat jika terlalu lama berada di bawah terik matahari seperti ini.
"Lagian ngapain adain pensi mendadak banget sih. Kan kuta juga yang repot. Mana acaranya cuma dua hari doangan, kan?"
Kali ini Felisha tidak bisa menjawab. Mulanya, memang hanya anggota osis saja yang bertugas menyiapkan semuanya. Namun, si Badut yang tidak rela waktu berduaan dengan kekasihnya itu tersita hanya karena kekasihnya sibuk dengan segala kegiatan yang menyita waktu, dengan entengnya si badut yang tak lain ialah Musi, mengusulkan sebuah gerakan gotong royong kepada kepala sekolah. Entah bagaimana caranya, yang jelas kepala sekolah menyetujuinya.
Di saat mereka berdua tengah sibuk dan satunya lagi hanya mengeluh terus menerus, tiba-tiba ada seseorang yang datang dan membawakan apa yang dibutuhkan oleh Rinda tadi. Seolah orang itu seperti dewa yang menjawab semua inginnya.
"Haus, ya?" tanya orang itu lalu menyodorkan sebuah minuman di sebuah plastik berwarna merah. "Nih, tadi gue belinya kebanyakan," ucapnya.
Rinda yang memang sangat membutuhkan minuman itu, pun menerimanya dengan bibir yang melengkung ke atas.
"Terimakasih," ucap gadis itu tersenyum begitu manis.
Tidak hanya itu saja. Perlakuan pria yang kini berada di depan Rinda pun juga mampu menarik perhatian murid uang ada di sekitar mereka.
Pria itu mengambil topi dari dalam kantung kresek dan memberikan kepada Rinda.
"Biar lo nggak kepanasan. Nanti pipi lo merah kalau kena sinar. Bahaya!" ujar pria itu lagi.
Kali ini ucapannya membuat Rinda dan Felisha menatap bingung ke arah pria itu.
"Bahaya? Kenapa?" tanya Felisha sedikit gemas dengan sikap orang yang Felisha tahu merupakan adik kelas mereka.
Pria itu tersenyum malu.
"Iya. Soalnya bisa bikin orang yang lihat jadi gemas dan pingin gigit pipinya," ujar pria itu yang mendapat sorakan dari murid lain. Tentu, mereka mendengar dan melihat apa yang terjadi.
Sementara itu di sisi taman, tampak tiga pria yang menatap ke arah taman. Lebih tepatnya ke arah keramaian yang ada di taman.
"Ck! Bukannya kerja bakti, ini malah main tembak aja," desis Dimas yang sangat tidak suka melihat keuwuan orang lain.
"Bilang aja lo iri, kan?" timpal Johan yang sangat tahu sembari tertawa. "Eh. Itu bukannya Sherinda, ya? Anak kelas sebelas A yang imut banget ituloh. Pernah dideketin sama Nathan juga, kan?" tanya Johan kemudian di saat melihat dengan jelas gadis yang menurutnya sedang ditembak oleh anak baru.
Sementara itu, ada hati yang terasa geram. Tatapannya begitu tajam mengarah ke arah keramaian tersebut. Kedua rahangnya pun merapat begitu erat. Otot tangannya pun juga terlihat jelas, sebab mengepal begitu erat di bawah sana. Seolah ingin meledakkan rasa sesak di dada.