Flowlin Queen Arkanza, merupakan gadis kampung yang hidup sebatang kara.
Kejamnya dunia tak menggoyahkan semangat gadis tersebut untuk bertahan hidup.
Demi sesuap nasi ia bahkan rela bekerja keras, banting tulang. Ia tak pernah mengeluh akan hidupnya.
Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang wanita paruh baya, yang mana pertemuan tersebut akan merubah hidupnya.
Hal apa yang akan merubah hidupnya? apakah ia bisa merubah hidupnya? bagaimana kisah selanjutnya? ikuti cerita selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Marcelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Flow pun menatap Aming, terlihat di raut wajahnya jika ia saat ini sangat marah dan begitu emosi.
Flow salut dengan Aming, karena awalnya ia tidak ingin membuat keributan walaupun pada akhirnya terjadi hal seperti ini.
Aming yang biasanya suka membuat onar dan masalah sepertinya sudah mulai berubah. Flow masih menatap Aming dalam-dalam, seakan ia ingin membaca isi hati dan pikiran bocah itu.
Aming yang di perhatikan terus merasa risih, lalu ia mendongak menatap Flow dengan ekspresi tidak bisa di tebak, apakah ia saat ini baik-baik saja atau tidak. Flow menghembuskan nafasnya kasar.
Haaahhh...
"Aku tidak melakukan apapun!" teriak Aming karena tidak terima dengan cara Flow yang menatapnya seolah-olah ia tidak percaya dengannya.
"Tidak, aku belum berbicara, tapi kau sudah menyimpulkan sendiri apa yang akan ku ucapkan." Kata Flow dengan nada dinginnya.
Aming terkejut saat mendengar suara Flow yang tegas dan dingin. Ia emosi karena merasa tidak bersalah dengan semuanya, namun disalahkan begitu saja. Apa karena kelakuannya yang lampau hingga orang-orang sudah tidak begitu mempercayai nya.
"Huft!" Flow menarik nafas dalam-dalam, ia menenangkan dirinya karena tidak ingin terpancing emosi karena bocah ingusan di depan matanya itu.
"Sekarang apa yang akan kau lakukan?" tanya Flow dengan nada sedikit rendah, karena ia tahu jika Aming tengah tidak kuat mendengarkan suaranya yang dingin dan tegas karena tidak sengaja mengeluarkan energi murni nya.
Aming yang mendengar ucapan Flow kembali menatap Flow dengan bingung, ia tidak mengerti kenapa tadi ia bisa begitu terintimidasi dengan suara Flow. Lalu ia pun menjawab tanpa ragu, " Tidak, sekarang aku akan diam. Namun jika kembali terjadi lagi aku akan membalasnya berkali-kali lipat dari apa yang ia lakukan padaku." Katanya dengan tatapan pasti dan tegas.
Flow yang mendengarkan itu tersenyum, ia berjalan menuju ke arah Aming. Flow menatap Aming dalam-dalam lalu ia berkata, " Jika kau tidak bersalah maka lawan lah mereka, kita tidak boleh mencari perselisihan ataupun keributan tapi, jika masalah atau keributan itu datang menghampiri jangan pernah mundur, hadapi dengan berani, hancurkan mereka yang menghina kita hancurkan mereka yang jahat terhadap kita, dunia ini tidak ada hukum yang berlaku, siapa yang kuat ia yang menang dan berkuasa." Tutur Flow dengan lembut hingga menyentuh di hati Aming, Aming yang mendengarkan perkataan Flow padanya mendongak agar air matanya tidak jatuh, ia tidak ingin terlihat lemah. Apalagi mulai saat ia bertemu dengan Flow di awal-awal, memang ia tidak menyukainya namun sejak dihukum sang ibunda, ia kembali berpikir jika apa yang ia lakukan memang salah dan apa yang di lakukan Flow padanya sudah benar, hingga saat itu ia mulai mengagumi Flow, ia sangat ingin menjadikan Flow kakak angkatnya namun ia tidak berani karena aura yang di keluarkan Flow sangat berbeda, ia merasa terintimidasi namun itu yang membuatnya semakin penasaran dan yakin jika Flow bukan orang biasa seperti gadis-gadis lainnya.
Aming spontan memeluk Flow, ia membuang gengsi dan ego nya. Ia menangis di dalam pelukan Flow, baru kali ini ada orang lain yang peduli padanya, bahkan memberikan nasehat yang begitu berarti menurut nya.
"Sudah, sudah, lihatlah wajahmu jelek sekali saat menangis, " ejek Flow dengan tersenyum bercanda pada Aming, Aming yang mendengarkan nya langsung diam dan cemberut seketika itu juga, hingga Flow terkikik melihatnya.
"K-kak, hmm, ka-kak mau kan jadi kakak angkat Aming? " tanyanya gugup dan penuh kehati-hatian, sambil menatap Flow dengan wajah imutnya penuh harap.
Flow tersenyum lembut, sambil mengangguk ia pun menjawab dengan penuh kasih, "Huum, sekarang Aming adalah adikku, Aming tidak boleh sungkan lagi sama kakak, sekarang kita saudara." Jawabnya dengan lembut.
"Huum," jawab Aming dengan antusias sambil mengangguk. "Yeyyy, aku ada kakak, yeyyy!" girangnya sambil melompat-lompat. Saat ini sisi anak-anak nya keluar, ia tidak lagi jaim di depan Flow. Aming merasa bebannya lepas begitu saja, karena ada Flow bersamanya.
.
.
.
Rere yang telah di buang kemarin dalam hutan kembali sadar dari pingsan nya, "ughh," lenguh nya sambil memegang kepala nya dengan sebelah tangan karena masih pusing, ia berusaha menyesuaikan dengan situasi nya saat ini.
Setelah merasa sedikit membaik ia mencoba untuk bangun dan menatap sekitar nya dengan seksama, "dimana ini?" tanyanya entah pada siapa. "Aku harus menemukan jalan keluarnya." Ucapnya sambil berjalan dengan pelan karena tubuh nya masih belum stabil.
Setelah berjalan beberapa saat perut nya berbunyi, ia belum ada makan sejak pagi itu, saat ia pergi ke markas klan Tarra untuk menyewa mereka, namun malah berujung seperti ini.
Rere tetap berjalan mencari jalan keluar, sekalian melihat-lihat apa ada yang bisa ia makan, karena ia sangat lapar dan tenaga sudah mulai terkuras karena berjalan cukup jauh.
Tak lama ia berjalan, ia melihat ada sebuah pohon yang mana ia tidak tahu itu buahnya bisa di makan ataupun tidak, tapi karena begitu lapar dan melihat buah tersebut berwarna merah, begitu menggoda untuk di makan.
Rere segera mengambil buah itu, ia mencoba memanjat pohonnya, namun saat ia hendak memanjat tidak sengaja ia mendengar suara langkah kaki, tapi ia ragu, karena tengah berada di tengah-tengah hutan tidak mungkin ada orang lain kecuali seorang pemburu.
Rere memutuskan untuk segera memanjat pohon itu untuk melihat situasi nantinya. Setelah manjat ia segera mengambil buah itu,, dengan lahap ia memakannya, ia tidak tahu itu buah apa, tapi rasanya asam-asam manis. Tapi karena lapar ia tetap memakannya dengan lahap.
Tidak lama suara langkah kaki tadi kembali terdengar dan itu sangat jelas, sepertinya yang berjalan itu sudah mulai dekat dengan posisi Rere sekarang. Rere memiringkan kepalanya dan melihat sekeliling ia mencari suara langkah itu, dan tak lama terlihat seorang pria paruh baya, yang berusia sekitar 50 tahun.
Pria itu berjalan sendiri tapi ia membawa senapan serta katana untuk berjaga diri.
Rere masih memperhatikan orang itu yang mana saat ini tepat di bawah pohon tempatnya memanjat.
Rere yang tengah terbagi pikiran nya antara sembunyi atau meminta pertolongan dari orang tersebut, akhirnya setelah memikirkan sekian lama ia memutuskan untuk meminta pertolongan dari orang itu, walaupun sebenarnya ia takut karena tampang pria itu begitu sangar walau badannya terlihat atletik.
Rere yang hendak turun tidak sengaja melihat kearah tangannya yang terasa geli seperti ada yang menjalar, saat melihat ternyata banyak ulat bulu yang menjalar di tangannya.
Rere teriak, dan ia kehilangan keseimbangan nya, hingga akhirnya ia jatuh dari pohon tersebut.
Gebraak,,,,
"Auu,,
Bersambung,
...----------------...
Jangan lupa seperti biasa jadikan favorit ya!!
Sekalian juga,
Like
Komentar sebanyak-banyaknya
Gift
Vote
Terima kasih banyak semuanya, sayang kalian semua,, 🥰😘😘🫶🫶
semangat terus Thor 💪🏻😆