Dilarang Boom Like!!!
Tolong baca bab nya satu-persatu tanpa dilompat ya, mohon kerja sama nya 🙏
Cerita ini berkisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang terlihat sempurna ternyata menyimpan rahasia yang memilukan, merasa beruntung memiliki suami seperti Rafael seorang pengusaha sukses dan seorang anak perempuan, kini Stella harus menelan pil pahit atas perselingkuhan Rafael dengan sahabatnya.
Tapi bagaimanapun juga sepintar apapun kau menyimpan bangkai pasti akan tercium juga kebusukannya 'kan?
Akankah cinta segitiga itu berjalan dengan baik ataukah akan ada cinta lain setelahnya?
Temukan jawaban nya hanya di Noveltoon.
(Please yang gak suka cerita ini langsung Skipp aja! Jangan ninggalin komen yang menyakitkan. Jangan buka bab kalau nggak mau baca Krn itu bisa merusak retensi penulis. Terima kasih atas pengertian nya.)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDUA 10
Masih di apartemen Rafael
Di tengah keramaian kota yang padat, di sebuah Apartemen mewah yang terletak di lantai 7 begitu terasa hangat dan intim bagi sepasang manusia. Cahaya temaram dari lampu meja menciptakan bayangan halus di dinding. Mereka larut dalam perbuatan nya, ramainya suasana luar tak di hiraukan. Seakan dunia milik mereka berdua.
Rafael meraih tangan Angel, menariknya lebih dekat. "Sayang, aku tidak menyangka hubungan kita bisa sejauh ini, yang awalnya dari partner game kini berubah menjadi sepasang kekasih. Kamu begitu berbeda dengan wanita lain, sosok yang penuh perhatian, lembut dan bahkan setelah pertemuan itu aku tidak menyangka jika dirimu lebih dari yang aku bayangkan selama ini. Jujur saja aku tidak bisa melupakan moment indah itu dan membuatku semakin candu dengan apa yang kamu miliki."
Kata Rafael suara yang begitu lembut namun penuh dengan kerinduan. Angel tertawa kecil, suara lembutnya seolah merayu.
"Aku pun sama sepertimu, Sayang. Dan sekarang aku bahagia sekali bisa memilikimu, meskipun aku tahu bahwa kamu telah memiliki keluarga kecil di luar sana, tapi aku tetap tidak peduli dengan statusmu itu. Aku tetap mencintaimu." Balas Angel, matanya berkilau ketika ia mendekatkan wajahnya ke wajah Rafael. Jarak di antara mereka semakin menyusut, dan dalam sekejap, bibir mereka saling berpagutan satu sama lain.
Ciuman itu perlahan-lahan berubah menjadi lebih dalam, saat Rafael menyentuh pipi mulus Angel dengan lembut, jari-jarinya menelusuri garis wajahnya. Tidak ada penolakan sama sekali dari Angel, justru perempuan itu menanggapi dengan mengalungkan kedua tangan nya ke leher Rafael, menariknya lebih dekat. Mereka terlarut dalam momen itu, seakan dunia di luar apartemen lenyap.
Ketika mereka berhenti sejenak untuk menarik napas, Rafael menatap Angel matanya penuh hasrat. "Sayang, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu," bisiknya. Angel tersenyum penuh arti, lalu berbisik, "Begitu juga aku."
Dengan satu gerakan, Rafael mengangkat Angel ke dalam pelukannya dan membawanya ke kamar tidur. Ruangan itu diterangi oleh cahaya bulan yang masuk melalui jendela besar. Rafael meletakkan tubuh Angel dengan lembut di atas ranjang, kedua netranya tak pernah lepas dari tatapan penuh cinta yang disuguhkannya.
Angel menggeliat, menyingkirkan rambutnya yang terjatuh di wajahnya. Mereka kembali bercumbu, kali ini dengan lebih berani. Rafael mencium leher jenjang Angel yang begitu menggoda membuat wanita itu mengeluarkan desahan lembut membangkitkan benda di balik celana Rafael berdiri tegak, tapi bukan keadilan. Rafael menyentuh tubuh Angel dengan lembut, menjelajahi setiap lekuk dan garis, seolah ingin menikmati tubuh indah yang berada di bawah kungkungan nya saat ini.
Ranjang itu menjadi saksi bisu dari percikan cinta terlarang antara mereka berdua. Suara desahan dan tawa kecil menggema di ruangan itu, menciptakan melodi yang hanya bisa mereka dengar. Ketika semua rasa takut dan kesedihan menghilang, mereka berdua hanyut dalam cinta yang terlarang, seakan waktu berhenti dan dunia di luar tidak ada.
Saat mereka terbaring bersama, nafas mereka menyatu dalam keheningan, Rafael menatap Angel dan berbisik. "Apa yang kita lakukan ini salah?" Angel mengangkat bahu, senyum di wajahnya menunjukkan bahwa terkadang, cinta tidak peduli pada aturan.
"Aku rasa tidak, Sayang. Bahkan kita melakukan nya sama-sama saling suka tanpa ada keterpaksaan dari siapa pun."
Angel membelai wajah tampan Rafael dengan tatapan yang menggoda. Siapa pun yang melihatnya akan larut dalam suasana tersebut.
"Kamu benar. Apa yang kita lakukan ini tidak salah, Tapi ...."
"Tapi, kenapa Sayang? Apa kamu menyesal telah memiliki hubungan sejauh ini dengan ku." Sela Angel menatap intens wajah Rafael yang terlihat bingung.
"Tidak! Aku sama sekali tidak menyesali hal itu, hanya saja aku tidak bisa membayangkan kalau hubungan kita akan terendus oleh orang-orang di luar sana."
"Kamu tenang saja, Sayang. Aku berjanji akan merahasiakan hubungan kita ini dari semua orang."
"Oh iya, Sayang ... kenapa kamu memberikan apartemen ini padaku?"
"Aku sengaja beli apartemen ini untuk kamu."
Rafael terus menatap wajah kekasihnya yang semakin hari semakin cantik. Tangan besarnya menyelipkan anak rambut yang berantakan ke belakang telinga Angel.
"Kamu serius, Sayang?"
Angel menatap tak percaya pada Rafael, pria yang baru saja memberikan kenikmatan surgawi untuk nya.
"Ya, kan tadi aku sudah bilang sayang. Aku melakukan ini semua untuk kamu, demi kamu ... kamu tahu sendiri kan kalau aku datang kerumah kamu, pasti ibu-ibu komplek pada kepo dengan hubungan kita berdua. Selain itu, gak mungkin juga kan aku datang ke rumah kamu nanti bakalan ada yang tahu tentang hubungan kita. Dan aku gak mau sampai itu terjadi, aku tidak ingin menyakiti hati anak dan istriku. Mereka berdua sangat berharga dalam hidup ku."
Rafael memeluk erat tubuh Angel, sambil mencium leher jenjang Angel menikmati sensasi aroma dari tubuh perempuan itu.
'Menjengkelkan! Kenapa juga dia membahas anak dan istrinya, padahal aku jauh lebih cantik dan sempurna di bandingkan istri nya.'
"Jadi aku sengaja belikan kamu apartemen ini supaya sesuai janji aku ... aku bakalan bagi waktu aku setelahnya untuk kamu. Dan sekarang intinya gak ada yang ganggu kita, cuma ada aku dan kamu."
Sambungnya masih merengkuh tubuh Angel, menatap manik cokelat wanita yang ada di hadapan nya, dan masih menikmati aroma tubuh kekasihnya yang begitu memabukkan.
"Sayang makasih banyak ya ... kamu sudah menepati janji kamu, bahkan aku nggak minta ini pun kamu kasih. Aku bahagia banget, makasih ya sayang ...."
Angel menangkup wajah Rafael, jemari lentiknya mengelus lembut pipi mulus pria itu memberikan sensasi yang begitu beda yang Rafael rasakan saat bersama Angel.
"Sama-sama sayang, aku pun ikut bahagia kalau kamu juga bahagia." Timpal Rafael mengelus lembut punggung Angel dengan senyum manis yang menghiasi wajahnya.
"Hmm ... aku sebenarnya sedih banget sih karena sebentar lagi kamu akan balik ke Stella, tapi gak papa kok aku cukup tahu diri dengan statusku sekarang yang hanya sebagai simpanan mu saja. Tapi, aku tetap akan merahasiakan hubungan ini daripada aku harus kehilangan kamu, Rafael ...."
Angel menggenggam tangan kekar Rafael, mencium dan meletakkan di pipi mulusnya.
"Kamu tahu gak kalau kita bisa sama-sama, aku pasti bakalan bahagia banget karena nggak ada yang aku mau lagi di dunia ini selain kamu, Rafael." Sambungnya yang masih menatap intens wajah yang ada di hadapan nya.
'Kenapa dengan jantungku? Kenapa aku juga pengen banget bisa bersama dengan Angel.'
Beberapa menit kemudian
Di sebuah kamar yang luas dengan ranjang yang berada di tengah ruangan tercium bau parfum yang tercampur menjadi satu menyeruak ke dalam indra penciuman. Suasana remang-remang menyelimuti ruangan. Lampu temaram berpendar lembut, menciptakan nuansa intim antara dua sosok yang baru saja menyelesaikan pertemuan terlarang. Rafael tengah duduk di tepi tempat tidur, mengenakan celana yang sedikit kusut. Di sampingnya, Angel selingkuhannya, masih tersenyum sambil membenahi rambutnya yang acak-acakan.
"Sepertinya kita harus sering melakukan ini." Ucap Angel dengan nada menggoda, matanya berbinar penuh harapan. Namun, Rafael hanya tersenyum tipis, jiwanya terbelah antara kenikmatan saat ini dan rasa bersalah yang semakin menggerogoti hatinya.
Saat pandangannya beralih ke jendela, dia melihat lampu-lampu kota berkelap-kelip, mengingatkannya pada rutinitas hidupnya yang normal. Di luar sana, istrinya, Stella mungkin sedang menunggu kedatangannya dengan senyuman manis, seperti biasa. Pikiran itu menghantui Rafael, membuatnya merasakan denyut jantung yang tidak karuan.
"Rafael ...." Suara Angel memecah lamunannya sembari menyentuh bahu lebar pria itu.
"Kau baik-baik saja kan?" Tanya Angel yang masih menatap lekat wajah kekasihnya.
Rafael menatap Angel, mencari jawaban dalam mata wanita yang kini telah menjadi sumber kebahagiaannya yang terlarang. Namun, dalam sekejap, sekilas bayangan Stella menari-nari memenuhi isi kepalanya, senyum tulusnya, dan tatapan penuh kasih yang selalu istrinya tujukan hanya untuk dia seorang. Namun, Rafael begitu tega telah menduakan istri secantik dan sebaik Stella. Kini Rafael merasa terjebak, seakan dunia di sekitarnya mulai berputar.
"Aku ... aku harus pergi." Kata Rafael dengan suara serak penuh penyesalan, kemudian dia menyambar kemeja yang tergeletak di bawah ranjang yang tidak jauh dari tempat nya.
Angel mengernyitkan keningnya, menatap bingung dengan sikap Rafael. "Apa ... kenapa? Baru saja kita ...."
"Stella menunggu ku." Potong Rafael dengan suara yang bergetar. "Dia tidak boleh curiga. Aku tidak bisa… tidak bisa terus seperti ini."
Rafael beranjak, mengacak-acak rambutnya, berusaha meredam gejolak di dalam hati. Segera dia mengenakan kemejanya, tangan menggigil saat dia mengikat tali sepatu. Angel menatapnya, matanya menyiratkan kekhawatiran dan rasa sakit yang dalam.
"Rafael, jangan pergi seperti ini. Kita bisa ...."
"Tidak! Ini sudah cukup." Tegas Rafael, suaranya semakin keras. "Aku harus kembali sebelum dia menyadari sesuatu, aku tidak ingin dia curiga lagi padaku."
Dengan langkah tergesa-gesa, Rafael menyambar Jas nya dan melangkah keluar dari apartemen, meninggalkan Angel yang hanya bisa terpaku di atas ranjang, merasakan kesedihan dan kehilangan sosok pria yang begitu dia cintai.
Sementara di luar, udara malam yang sejuk menyapu wajahnya, tetapi tidak dapat menghapus rasa bersalah yang membara di dalam dada. Rafael melangkah cepat, pikirannya dipenuhi dengan bayangan Stella, menunggu dengan harapan dan kepercayaan yang tulus.
Ketika dia berada di dalam mobilnya, rasa lega dan penyesalan bercampur aduk. Dirinya tahu, malam ini, dia telah membuat pilihan yang sulit. Dalam perjalanan pulang, satu hal yang pasti : hubungan terlarang ini tidak akan pernah bisa menggantikan cinta sejatinya. Namun, Rafael tetap saja melakukan hal itu untuk menghilangkan rasa kecewanya pada sang istri yang sampai saat ini belum bisa memberikan seorang anak laki-laki yang begitu dia idamkan selama beberapa tahun ini.
🍁Mansion Rafael🍁
Setengah jam kemudian terdengar deru bunyi mesin mobil memasuki pintu gerbang dan terparkir sempurna di depan halaman mansion. Seorang pria keluar dan melangkahkan kaki jenjangnya masuk ke dalam mansion, yang tak lain adalah Rafael yang baru saja tiba. Dengan langkah lebar dia bergegas menaiki anak tangga berukir menuju kamarnya.
Ceklek
Kini disinilah Rafael berada, sebuah kamar mewah yang terdapat berbagai macam ornamen serba Lux yang ada di dalam sana, serta beberapa foto pernikahan yang terpajang sempurna di atas headboard ranjang king size nya.
"Sayang, aku pulang ...." Ucapan Rafael tiba-tiba menggantung di udara setelah mendapati sang istri tidur lelap di atas ranjang mewahnya, seakan dia tak mampu meneruskan kembali ucapan nya itu.
Rafael berjalan mendekat ke arah ranjang dan duduk menatap wajah tenang istrinya. Mendadak ada rasa sakit yang menjalar di benaknya yang tak mampu dia ungkapkan dengan kata-kata.
"Sayang, maafkan aku ...." Rafael mencium kening Stella begitu lama, setelahnya dia buru-buru pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
10 Menit kemudian Rafael keluar dari kamar mandi yang telah memakai baju kimononya, kemudian membaringkan tubuh nya di atas ranjang samping sang istri dengan tangan kekarnya memeluk erat tubuh istrinya. Pelukan ternyaman yang di rasakan Rafael saat ini, baginya tidak ada hal ternyaman selain bersama istri tercinta nya.
*
"Aku mencintaimu, Stella ... sangat sangat mencintaimu, tolong jangan tinggalkan aku ...."
.
.
.
🍁Bersambung🍁