3 tahun lamanya, Felicia bekerja sebagai sekretaris dari pimpinan perusahaan tempatnya bekerja. Selama lebih dari 2½ tahun juga dirinya menyimpan perasaan untuk direkturnya.
Felicia tidak memiliki niat untuk menyatakan perasaannya sama sekali, dia hanya berniat menyimpan perasaan itu untuk dirinya sendiri sambil terus mengagumi sang atasan. Sampai kartu undangan yang diberikan sang direktur membuatnya memilih menghapus perasaannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kaka santika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Setelah puas melihat sekeliling, mereka berjalan menuju rumah dua lantai di depan mata mereka bertiga.
Setelah sampai di depan itu Felix menekan bell yang terletak di samping pintu itu.
Tidak lama kemudian setelah Felix menekan bell pintu rumah itu terbuka dengan lebar. Dan terlihat seorang wanita yang mereka duga sebagai ibu dari Felicia tersebut tengah tersenyum menyambut mereka bertiga.
"Ratna?" Panggil mama Felix sambil memperhatikan wanita yang sedang berdiri di hadapannya saat ini.
"Iya, ayo masuk dulu." Ucap Ratna mama Felicia menyambut mereka yang masih berdiri di depan pintu.
Felix hanya diam dan memperhatikan interaksi antara mamanya dan wanita yang terlihat tidak asing. Tapi dirinya tidak dapat mengingat siapa wanita di depan nya saat ini.
Tapi, karena mereka telah di suruh masuk. Felix mencoba mengabaikan perasaan tidak enaknya yang muncul tanpa alasan sekarang. Ini sangat berbeda dengan perasaan yang muncul saat mereka akan berangkat ke sini tadi.
Ini jelas perasaan yang sangat tidak disukai olehnya.
Dan perasaan itu muncul benar-benar muncul bukan tanpa sebab sama sekali setelah dirinya melihat pria paruh baya yang sedang duduk di sofa saat ini.
Wajah yang tidak pernah dia lupakan walaupun sekarang sudah terlihat sedikit berubah dari yang ada diingatannya.
"Diego, Ratna. Jadi, kalian orang taunya Felicia?" Tanya Fiona mama dari Felix setelah dirinya melihat Felicia datang keruangan tempat mereka berada saat ini.
"Iya, aku tidak menyangka mereka berdua akan menikah." Balas Ratna.
"Wah, aku tidak menyangka Felicia sudah sebesar ini. Wajahnya sudah benar-benar berubah. Aku bahkan sampai tidak mengenalinya sama sekali." Ucap Fiona heboh.
"Benar, kami juga tidak menyangka jika pria yang akan melamar putri kami adalah Felix awalnya." Ucap Ratna tidak kalah hebohnya dengan sang sahabat.
"Kalian berdua tolong berhenti sekarang. Lebih baik kita makan siang dulu karena ini sudah waktunya." Ucap Diego.
Tidak dirinya sangka istrinya akan tetap seheboh dulu jika sudah bersama sahabatnya. Padahal mereka tidak bertemu sudah sangat lama. Tapi tidak ada kecanggungan sedikit pun diantara kedua wanita itu.
"Benar, sayang. Apa kita semua makan diluar saja?" Ucap Alexander kepada istrinya, tidak berbeda jauh dengan yang dipikirkan sahabatnya itu. Dia juga agak heran dengan tingkah mereka berdua.
"Apa maksudmu? Aku sudah memasak untuk menyambut kedatangan kalian tahu." Ucap mama Felicia.
"Aww, benarkah? Aku sangat merindukan masakan buatanmu." Ucap Fiona kepada Ratna.
Karena memang masakan sahabatnya termasuk salah satu makanan terenak yang pernah dirinya makan.
"Tentu saja, ayo kita ke dapur untuk makan dulu. Setelah itu baru kita bahas intinya." Ucap Ratna sambil menarik pelan tangan sahabatnya menuju dapur.
"Astaga, kamu masaknya banyak banget Ratna." Ucap Fiona sambil melihat meja yang sudah sangat penuh dengan berbagai jenis makanan di atasnya.
"Tentu saja. Ayo duduk dulu semuanya." Ucap Ratna bersemangat.
Mereka semua segera duduk di bangku masing-masing. Untungnya meja makan mereka memang yang besar dan memiliki banyak kursi juga jadi kursi yang dimiliki tidak kurang.
Setelah itu mereka memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu sebelum membahas tentang Felicia yang akan dilamar oleh Felix nantinya.
Setelah menghabiskan makanan mereka, mereka semua menuju ruang tamu.
Setelah membicarakan banyak hal dan semuanya diterima dengan baik oleh keluarga Felicia itu membuat Felix sedikit lega.
Hingga tiba-tiba, papa Felicia berbicara sambil melihat ke arah Felix.
"Ada baiknya, sebelum kita semua menjalankan rencana itu. Akan lebih baik saya berbicara dulu dengan putra kalian, berdua." Ucap Diego sambil tersenyum menatap Felix.
Felix yang melihat senyum itu bukannya senang malah merasa ngeri karena senyuman yang terbit dibibir papa Felicia bukanlah senyum ramah ataupun senyum manis, karena salah satu sudut bibir pria paruh baya itu naik dengan begitu menyeramkannya dimata Felix.
Senyum yang saat ini dirinya terima, bahkan jauh lebih menakutkan dibandingkan saat remaja dulu dirinya dapatkan. Senyum yang tidak pernah dirinya lupakan dari pria yang sama, yang saat ini sedang duduk di hadapannya.
Senyum yang dirinya ingat sejak saat remaja masih dirinya ingat sampai sekarang, bahkan senyum itu tidak semenyeramkan senyum yang dia dapatkan saat ini.
"Ya, kurasa kalian juga harus mendekatkan diri agar menjadi lebih dekat apalagi kalian akan menjadi keluarga dalam waktu dekat ini." Ucap Alexander.
"Benar, Felix kamu jangan takut sama papa Felicia. Dia baik kok, apalagi jika kamu baik ke Felicia." Ucap Ratna sambil tertawa pelan dirinya tahu sekali sejak Felix masih muda dia sudah takut dengan suaminya yang memiliki perawakan keras.
Apalagi saat remaja dulu, Felix juga sangat sering ikut dengan suaminya ke tempat latihan militer dan ikut dilatih bersama para tentara lainnya dengan keras.
Felix sendiri yang mendengar itu, menganggukkan kepalanya.
Dia tidak menyangka sekretarisnya selama ini ternyata adalah putri dari teman papa nya.
Dirinya sendiri sebenarnya tau, jika papa Felicia bukanlah pria yang jahat. Tapi dirinya saja yang tidak dapat melupakan masa-masa saat dirinya harus ikut dengan anggota militer lainnya berlatih. Yang mana saat itu, dirinya yang baru pertama kali pergi ke tempat itu dan tidak memahami apapun tentang cara latihan mereka sering sekali tidak dapat memahami cara kerja mereka.
Yang mana, itu membuat dirinya sering terkena amarah dan dihukum dengan. Walaupun semua itu tentunya bukan lah hal yang sia-sia.
Bahkan dirinya yang sekarang tidak luput hasil dari latihannya selama beberapa bulan itu.
"Dan, karena kita sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kita melihat apakah kamu masih sama seperti dulu atau sudah banyak yang berubah?" Tanya Diego setelah dirinya melihat Felix menganggukan kepalanya menjawab istrinya itu.
"Ini semua untuk melihat, apakah kamu bisa menjaga Felicia nantinya." Lanjut Diego sekali lagi sambil tersenyum.
Tapi, kali ini senyumnya terlihat lebih baik dibandingkan yang pernah Felix lihat di pria paruh baya itu.
Itu membuat Felix sadar, sekasar apapun pria dihadapannya dia tetaplah seorang ayah yang baik untuk putrinya.
Akhirnya Felix menganggukkan kepalanya, dirinya juga tidak berniat untuk menjadi tidak tau diri. Jika dirinya tidak diajari banyak hal saat remaja dulu.
Mungkin sampai dirinya lulus sekolah dan kuliah dirinya tidak akan dapat menjadi manusia yang bisa berjalan dengan tegak dan hanya akan menundukkan kepalanya saat di bully oleh orang-orang yang bersekolah di sekolah yang sama dengan dirinya dulu.
Memang seburuk itulah dirinya dulu, jadi sedikit banyak dirinya pun bersyukur pernah mengenal sahabat papanya yang membantu dirinya berubah itu.
"Oke, om." Balas Felix akhirnya.
~Bersambung
berasa datar... tp dr awal sebenernya udah bagus penasaran kelanjutan nya gmn.
ayo dong Author nya yg semangat bikin ceritanya
5 like buat kamu. aku bacanya nyicil ya
bru gbung nih,slm knl y....
lnjut dong,pnsran sm ksah mreka....
mga ga ada prpsahan ,trs sng mntan ga blik lg buat bkin ulah....
idenya boleh juga.
recommended