Elina Raffaela Escobar, seorang gadis cantik dari keluarga broken home, terpaksa menanggung beban hidup yang berat. Setelah merasakan pengkhianatan dari orang-orang terdekatnya, ia menemukan dirinya terjebak dalam kekacauan emosi.
Dalam sebuah pertemuan tak terduga, Elina bertemu dengan Adrian Volkov Salvatrucha, seorang CEO tampan dan misterius yang hidup di dunia gelap mafia.
Saat cinta mereka tumbuh, Elina terseret dalam intrik dan rahasia yang mengancam keselamatannya. Kehidupan mereka semakin rumit dengan kedatangan tunangan Adrian, yang menambah ketegangan dalam hubungan mereka.
Dengan berbagai konflik yang muncul, Elina harus memilih antara cinta dan keselamatan, sambil berhadapan dengan bayang-bayang masa lalu yang terus menghantuinya.
Di tengah semua ketegangan ini, siapa sebenarnya Adrian, dan apakah Elina mampu bertahan dalam cinta yang penuh risiko, atau justru terjebak dalam permainan berbahaya yang lebih besar dari dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lmeilan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Elina memandangi Adrian yang duduk di sebelahnya, pikirannya masih penuh dengan tanya.
”Mengapa tiba-tiba Adrian membawanya ke panti untuk tinggal bersama nenek?” ucap Elina dalam hati,
meskipun disisi lain dia merasa senang karena akan bertemu dengan neneknya tapi tak dipungkiri ada kecemasan dalam hati Elina.
Apa yang sebenarnya terjadi? Sejak pertemuan mereka di ruang makan pagi ini, suasana di antara mereka terasa semakin janggal. Terlebih lagi, ucapan Adrian tentang masa lalunya masih menghantui Elina.
Siapa "Dia" yang Adrian maksud?
Mobil yang dikendarai Daniel melaju dengan cepat menuju kota. Keheningan yang meliputi mereka semakin berat, seolah ada sesuatu yang tak terucapkan di antara mereka. Elina ingin bertanya, tetapi tak tahu harus memulai dari mana. Dan, Adrian, dia tampak terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri untuk menyadari kebisuan Elina.
Setelah beberapa lama, Adrian memecah keheningan, suaranya rendah namun tegas,
"Elina, ini hanya sementara?" ucap Adrian dengan tatapan kosong.
Elina menoleh, sedikit terkejut mendengar nada lembut di balik perintah dingin Adrian.
"Apa maksud anda, Tuan Adrian? Dan siapa yang akan datang ke mansion?" tanya Elina dengan nada penasaran.
Adrian tidak langsung menjawab. Dia menatap lurus ke depan, rahangnya mengeras. "Orang tuaku yang datang... mereka adalah bagian yang tidak bisa kuhindari. Mereka menuntut sesuatu yang tidak bisa kuberikan. Itu sebabnya kau harus berada di tempat yang aman sampai semuanya terselesaikan." Ucap Adrian
Elina merasakan ada sesuatu yang lebih serius dari yang terlihat. "Tapi kenapa aku harus dijauhkan dari mansion? Apakah ini ada hubungannya dengan Valeria?"
Adrian mengerutkan kening ketika nama Valeria disebut. Ada kekesalan yang jelas di wajahnya, tetapi dia tidak langsung menjawab. Setelah beberapa saat, dia berkata pelan, "Valeria... dia bukan masalahmu. Tapi situasi ini lebih rumit daripada yang kau kira. Ada banyak hal yang belum kau ketahui, Elina. Dan jika kau tetap berada di mansion, kau mungkin akan terjebak dalam permainan yang lebih besar."
Elina ingin membalas, tetapi suara Daniel memotong pembicaraan mereka.
"Kita hampir sampai, Tuan," katanya dengan nada resmi.
Adrian menoleh ke arah Daniel dan mengangguk pelan.
Beberapa menit kemudian, mobil berhenti di depan sebuah panti jompo yang terlihat akrab bagi Elina.
Hati Elina bergetar ketika melihat bangunan itu, tempat neneknya tinggal. Ada perasaan hangat dan nyaman, meskipun situasinya terasa aneh.
"Aku akan menjemputmu lagi ketika semuanya sudah selesai," ujar Adrian tanpa menatap Elina.
Elina mengangguk pelan, lalu keluar dari mobil. Saat dia berjalan menuju pintu panti, perasaan campur aduk memenuhi dirinya. Keberadaan Adrian di hidupnya telah membingungkan, tetapi sekarang, semuanya terasa lebih kacau.
Namun, sebelum Elina sempat melangkah lebih jauh, Adrian memanggilnya.
"Elina..." Elina berbalik dan melihat Adrian keluar dari mobil.
Dia berjalan mendekat, berdiri hanya beberapa langkah darinya. Tatapan dinginnya sudah sedikit melunak, meski masih penuh ketidakpastian.
"Aku tidak tahu bagaimana harus mengatakannya... tapi jika sesuatu terjadi, jangan pernah lupakan peranmu dalam kontrak ini. Kau harus tetap kuat. Tidak peduli apa yang terjadi," ucap Adrian, suaranya berat.
Elina menatap Adrian dalam dan akhirnya mengangguk pelan. "A-aku mengerti, Tuan Adrian." Ucap lina, entah kenapa pernyataan Adrian membuat hati Elina terasa sesak.
Adrian menatapnya dalam-dalam, seolah ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi akhirnya dia berbalik dan kembali ke mobil.
Sementara itu, di tempat lain, Valeria sedang mempersiapkan langkahnya dengan hati-hati. Rencana besar di bar yang telah dia persiapkan untuk menarik perhatian Adrian sudah hampir matang. Valeria tahu bahwa Adrian mungkin tak mencintainya, tetapi itu tidak akan menghentikannya. Dia akan memastikan bahwa Adrian tetap di bawah kendalinya, apapun yang terjadi.
"Besok malam akan jadi milikku," gumam Valeria dengan senyum licik di wajahnya.
"Dan tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi rencanaku. Tidak Elina, siapapun juga tidak akan bisa, termasuk Daniel itu."
Pesta yang direncanakan Valeria bukan hanya sekadar hiburan biasa. Ini adalah kesempatan terakhirnya untuk mengubah segalanya. Dengan semua pengaruh yang dimiliki keluarganya, Valeria yakin dia bisa mendapatkan Adrian kembali, meskipun dengan cara licik sekalipun.
Malam semakin larut, dan Elina, yang kini sudah berada di dalam panti, merenungkan semua yang telah terjadi. Dia tahu ada banyak hal yang masih belum dia pahami tentang Adrian dan kehidupannya. Satu hal yang jelas, perasaannya terhadap Adrian semakin rumit, dan mungkin lebih dalam daripada yang ia sadari.
Di sudut lain kota, Adrian kembali ke mansion dengan pikiran yang kacau. Orang tua Adrian, terutama ayahnya, tidak akan melepaskan tekanan begitu saja. Dan Valeria? Dia tahu betapa gigih wanita itu. Tapi Adrian tidak akan membiarkan siapa pun, termasuk Valeria, mengatur hidupnya. Tidak lagi.
Dalam keheningan malam itu, masa lalu dan masa kini seakan bertabrakan, meninggalkan banyak pertanyaan yang masih belum terjawab.
Pagi itu, Elina duduk di kamar panti, menatap langit melalui jendela kecil di sebelah ranjangnya. Pikirannya berkelana memikirkan kejadian-kejadian yang telah terjadi dalam beberapa hari terakhir—terutama Adrian. Ia masih teringat bagaimana Adrian mencium dirinya dengan penuh hasrat, namun di sisi lain, Adrian kembali bersikap dingin dan misterius.
Tindakan Adrian seolah menjadi teka-teki yang tak mudah dipecahkan. Dan sekarang, dengan kedatangan orang tua Adrian, semuanya terasa semakin rumit.
Ketika Elina mulai terlarut dalam pikirannya, tiba-tiba teleponnya berdering. Nama Desi muncul di layar.
"Desi?" gumam Elina sambil mengangkat panggilan tersebut. "Ada apa?"
Suara Desi terdengar terburu-buru di seberang telepon.
"Elina, kamu harus bantu aku. malam ini ada party besar di bar, Valeria Ivanova. Dia akan melnyelenggarakan event part di Bar besok malam. Kita harus siap dengan party ini Elina, manajer meminta aku menghubungi mu agar memastikan kau turun bekerja." Ucap Desi dengan suara panik namun terdengar penuh semangat.
Elina tertegun sejenak mendengar pernyataan Desi tentang Valeria mengadakan Party besar.
"Apa maksudmu? Mengapa Valeria yang mengadakan party besar besaran?" tanya Elina penasaran
"Aku nggak tahu Lin. Dia datang dan bicara langsung ke manajer bar. Kelihatannya penting banget. Elina, tolong, kami butuh bantuanmu! Aku nggak bisa handle semua ini sendiri."
Elina menarik napas panjang. "Besok malam? Tapi aku baru sampai di sini, Desi. Dan—"
"Please, Elina. Aku tahu kamu sibuk. Lagipula, ini cuma satu malam. Kita perlu bantu semua orang di bar, apalagi dengan permintaan aneh Valeria ini. Seragamnya pun—astaga, aku bahkan nggak tahu gimana kita bisa pakai baju sekecil itu!" Desi terdengar sangat tertekan.
Mendengar nada panik Desi, Elina tak bisa menolak. "Oke, aku akan datang besok malam. Tapi ada yang harus kamu tahu—"
Desi langsung memotong. "Terima kasih, Elina! Aku nggak tahu lagi harus ngapain kalau kamu nggak datang. Oke, aku harus pergi sekarang. Sampai ketemu nanti malam, ya!"
Panggilan pun terputus, meninggalkan Elina dengan rasa cemas. Ada begitu banyak hal yang ia ingin ceritakan pada Desi—tentang pernikahannya dengan Adrian, tentang masalah besar yang sedang dihadapinya, dan tentang kedatangan orang tua Adrian.
Namun, Desi sepertinya benar-benar tidak tahu apa yang terjadi. Elina terbaring kembali, mencoba menenangkan pikirannya. Namun, bayangan Valeria dan party di bar nanti malam terus menghantuinya.
Perasaaan cemas tiba-tiba menghantui Elina, pertanyaan tentang Kenapa Valeria ingin mengadakan party besar, bukankah waktu itu dia sudah mengadakannya untuk penyambutan dirinya? Apakah ada sesuatu yang direncanakan Valeria? Semua pertanyaan itu berputar di dalam kepala Elina. Ia semakin dibuat bingung dengan apa yang Ia hadapi saat ini. Lamunan Elina terpotong kala nenek memanggilnya.
“Elina...” panggil neneknya dengan suara lembut
“iyaa nek” jawab Elina
“Sayang.... apa yang sedang kau pikirkan, ceritakan pada nenek... kamu terlihat sangat gelisah.” Ucap neneknya
Elina yang tak tau harus mengatakan apa pada neneknya mulai menghela nafas panjang seolah beban yang ia pikul begitu sangat berat. Ia tidak tau apakah ia harus menceritakan semuanya pada neneknya, atau dia tidak perlu menceritakannya untuk menjaga kesehatan neneknya, tapi Elina merasa dia membutuhkan tempat untuk meluapkan semuanya, dia butuh tempat untuk bercerita. Elina larut dalam pikirannya sampai ia tak menyadari air matanya sudah mengalir membasahi pipinya.
“Apa yang sebenarnya terjadi Elina?, ceritakan pada nenek.” ucap neneknya sambil menghapus air mata Elina
“Nek, maafkan Elina....” hanya itu kata kata yang bisa keluar dari mulutnya. Elina seolah tak bisa berbicara semua terasa terhenti di tenggorokannya.
“Untuk apa kamu meminta maaf pada Nenek, justru Nenek yang berterimakasih, karena cucu kesayangan nenek ini telah berjuang untuk nenek” ucap neneknya sambil memeluk Elina dan mencium kepala Elina.
Sejenak Elina merasakan ketenangan dalam pelukan neneknya, dia merasa seolah beban yang ia rasakan seketika menghilang saat bersama neneknya. Ia melupakan sejenak tentang Teka teki hidup Adrian dan Pesta yang akan diadakan oleh Valeria. Ia memeluk erat neneknya meluapkan semua beban pikirannya dalam pelukan itu.
"tenangkan dirimu sayang" ucap neneknya
"saat kau siap bercerita kau boleh bercerita semuanya lada nenek" sambung neneknya sambil mengeratkan pelukannya pada Elina
Elina hanya terdiam tidak tau harus berkata apa, Ia hanya ingin menangis meluapkan beban pikirannya dalam pelukan hangat neneknya.