Di jual oleh Bapak dan di beli Dosen tampan.
Kinayu, gadis berumur 22 tahun di jadikan sebagai alat penebus hutang. Menjadi istri dari Yudha Prasetya, yang ternyata adalah seorang dosen serta anak dari pemilik kampus tempatnya menimba ilmu.
Kenyataan pahit harus kembali ia terima saat dirinya mengetahui fakta jika ia bukan yang pertama. Bahkan harus tinggal satu atap dengan istri pertama.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka?
Apakah Kinayu kuat saat ia tau tujuan Yudha menikahinya?
Ig: weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Silvi kembali mengulang malam kedua bersama dengan Gilang, pria itu mampu menghipnotis Silvi hingga lupa akan Yudha dan kembali bermain gila di belakangnya.
Menjadikan apartemen yang semula sejuk menjadi panas karena pergulatan yang mereka lakukan. Sofa berantakan dan bantalnya pun berhamburan ke lantai.
Tak cukup itu, mereka melanjutkan kembali di kamar. Silvi di buat mabuk kepayang dengan apa yang Gilang berikan. Tak hanya sekali dua kali bergetar bahkan mereka kembali mengulang lagi hingga menjelang pagi.
Keduanya melepaskan rasa yang sejak tadi ingin segera di keluarkan hingga mengerang, mende sah dan melenguh bersama. Berakhir di ranjang yang kini sudah tak rupa.
Silvi tak menyangka ia akan tidur bersama dengan pria lain. Melupakan statusnya yang sudah bersuami dan resiko apa yang ia dapat dari semua yang ia lakukan. Wanita tidak ingat kini rumah tangganya tak baik-baik saja, kesalahan kecil saja ia perbuat akan terjadi pertengkaran hebat bagaimana dengan yang ia lakukan sekarang.
Istri kedua akan lebih berkuasa jika sampai Yudha tau apa yang ia perbuat. Dan mungkin akan memulangkannya dengan cara tidak hormat.
Pagi ini Kinayu sudah turun menuju meja makan, membantu Bibi untuk menyiapkan sarapan dan menempatkan diri di kursinya menunggu sang suami datang. Belajar dari pengalaman dan tak ingin kejadian kemarin terulang.
Sementara tubuhnya remuk redam setelah Yudha menyerangnya hingga tumbang. Jika boleh memilih, Kinayu ingin berada terus di balik selimut hingga tubuhnya pulih kembali. Dan jangan lupakan pangkal paha yang kembali luka.
Yudha turun sendiri dengan setelan pakaian kantor dan jas serta tas kerja yang ia genggam. Sempat heran kemana Silvi, ia tidak menyiapkan pakaian kantor Yudha karena dia pikir Silvi pulang.
Yudha melangkah menuju meja makan dan berhenti di depan wanita yang semalam membuatnya geram. Menatap Kinayu sekilas kemudian segera duduk di kursi meja makan.
Kinayu segera mengisi piring untuk Yudha, menuangkan air minum dengan gerakan cepat namun tepat.
Sarapan bersama dengan khidmat, Kinayu makan dengan sangat lahap. Tenaganya di kuras habis oleh Yudha semalam menyebabkan ia sangat kelaparan. Hingga tak sadar nasi goreng yang ada di piringnya sudah habis tak bersisa dalam waktu singkat.
Yudha menatap dengan alis yang terangkat tapi ia tak niat untuk bertanya. Yudha kembali menikmati makanannya tanpa memperdulikan Kinayu yang sudah siap berangkat.
"Pak, saya berangkat dulu," ucapnya dengan mengulurkan tangan.
Yudha menyambut tangan Kinayu dan membiarkan Kinayu mencium punggung tangannya. Hal yang cukup menggetarkan hati tapi sebisa mungkin Yudha bersikap datar. Terlebih rasa kesalnya semalam tak kunjung reda. Membuat moodnya memburuk, ditambah Silvi yang tak pulang dan hanya mengabari jika pekerjaannya tak bisa di tinggal. Suatu alasan yang tak bisa di pikir dengan logika.
Kinayu melangkah keluar rumah setelah berpamitan, tetapi belum sampai di ambang pintu, Yudha memanggilnya sehingga langkahnya terpaksa terhenti kembali.
"Kinayu."
Kinayu menoleh menatap pria tampan yang juga berdiri menatapnya dengan tatapan dalam, tajam, dan tak terkalahkan.
"Jangan memintanya untuk kembali mengantarmu pulang! Jika sampai itu terjadi, aku tidak segan menghukummu, mengerti!" tegasnya dan segera di angguki oleh Kinayu.
Kemudian Yudha mengambil ponsel di atas meja makan, berkutat sejenak kemudian menunjukkan layar ponselnya kehadapan Kinayu yang ntah terlihat atau tidak di jarak yang cukup jauh.
"Aku sudah tranfer."
Yudha sadar jika Kinayu pun istrinya yang juga membutuhkan nafkah darinya, walaupun tak di berikan kartu ATM seperti Silvi. Setidaknya ia telah mengirim cukup uang jajan Kinayu satu bulan.
"Makasih Pak." Kinayu segera melanjutkan langkahnya setelah Yudha kembali duduk di kursi meja makan.
Hari ini Kinayu berangkat dengan menggunakan motornya sendiri. Berulang kali mengucap syukur karena Yudha masih berbaik hati memberikan nafkah materi. Tepat di saat uang jajan dan ongkos kuliah memang sudah tiris.
Kemarin ia ingin meminta uang pada bapak tetapi ia urungkan mengingat dirinya yang sudah berumah tangga. Tak ingin tambah merepotkan dan membuat kedua orangtuanya berpikiran buruk tentang hubungannya dengan Yudha.
Sampai di kampus, Kinayu sudah di sambut oleh kedua sahabatnya yang juga baru saja sampai. Setelah memarkirkan motornya Kinayu segera mendekati Arum dan Novi yang berdiri menunggu di sisi sebelah kanan gerbang.
"Udah bawa motor lagi..."
"Hhmmm.....seperti yang kalian lihat." Ketiganya berjalan menuju kelas.
"Berarti nggak bisa di antar Satria lagi donk?" tanya Arum lagi.
"Iya, biarinlah meminimalisir tingkat kemesuman dalam berpacaran."
"Bahasanya berat!" celetuk Novi.
"Iya bilang aja, biar Satria nggak tergoda buat cipook-cipook." Arum dan Novi tertawa hingga beberapa mahasiswa yang sedang duduk di sisi koridor mengamati mereka.
"Sssttt jangan berisik! malu tau. Intinya ya begitulah lah. Kalian paham dan tak perlu aku jelaskan!"
Sejatinya Kinayu memang ingin menghindar karena ia tak sampai hati untuk memutuskan hubungan. Maka lebih baik menjauh perlahan hingga Satria bosan. Dia juga tidak mau menambah masalah dengan Yudha. Karena Yudha sudah mengancam akan memberi hukuman.
"Iya dech, yang masih ORI itu bibir. Di jaga terus sampai janur kuning. Padahal katanya enak loh Kinayu!"
Mendengar ucapan Novi wajah Kinayu seketika merona, bayangan akan Yudha yang membungkam bibirnya dan berujung memperdalam hingga menimbulkan suara manja membuatnya tak fokus berjalan. Hingga ia tak sadar jika di depannya ada peringatan "awas licin".
Kinayu terpeleset ke lantai dengan membanting tubuhnya ke belakang. Beruntung Dewi Fortuna datang, ia tak merasa sakit bahkan bokongnya sama sekali tidak menempel ke lantai.
"Aaaggh......"
"Kinayu!" seru kedua sahabatnnya. Tapi tiba-tiba keduanya menutup mulut dengan kedua tangan mereka saat tau siapa yang menolong Kinayu.
"Pakai matamu untuk melihat! bukan waktu yang pas membayangkan aktifitas semalam!" bisiknya.
Dari kata-katanya sudah dapat di pastikan siapa penolongnya. Tapi mendengar ucapannya semakin membuat Kinayu mati gaya. Karena apa yang Yudha katakan memang benar, otaknya mulai membuat ulah pagi ini. Membayangkan yang tak semestinya terbayangkan.
Kinayu segera melepaskan diri dan berusaha berdiri. Tak berani menatap Yudha, hanya membungkukkan sedikit tubuhnya dan mengucapkan terimakasih.
"Makasih Pak," lirih Kinayu.
Padahal hari ini Kinayu cukup senang karena tak bertemu Yudha di kelas. Tapi baru saja sampai dan ingin masuk kelas, ia harus kembali berhadapan dengan Yudha.
Yudha tak menjawab, ia segera pergi dari sana untuk menuju kelas yang telah terjadwal dalam agenda.
Kinayu menghela nafas berat setelah melihat Yudha pergi dari hadapannya. Sedangkan kedua sahabatnya auto heboh melihat adegan tadi.
"Mmmmm senangnya di peluk Pak Yudha. "
"Iya, aku juga mau. Besok lagi aku mau sensus mana ada lantai yang licin. Biar di tolong Pak Yudha." Ucapan Arum membuat Kinayu dan Novi memutar bola matanya. Lalu pergi meninggalkan Arum yang sedang berkhayal.
"Eeehhhh kok aku di tinggal? tunggu!" seru Arum setelah membuka mata ternyata kedua sahabatnya sudah berjalan lebih dulu.
terima kasih
saat membacanya aqu 😭😭😭
karna samaa