"Menikahlah denganku, maka akan kutanggung semua kebutuhanmu!"
Karina Anastasya harus terjebak dengan keputusan pengacara keluarganya, gadis sebatang kara itu adalah pewaris tunggal aset keluarga yang sudah diamanatkan untuknya.
Karina harus menikah terlebih dahulu sebagai syarat agar semua warisannya jatuh kepadanya. Hingga pada suatu malam ia bertemu dengan Raditya Pandu, seorang Bartender sebuah club yang akan mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafafe 3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sah
Pernikahan Karin dan Pandu berlangsung di sebuah villa mewah yang tersembunyi di tepi kota, jauh dari hiruk pikuk dan keramaian. Suasana sore yang sejuk, dengan langit yang berwarna keemasan, menyelimuti lokasi pernikahan mereka yang dirancang dengan elegan. Bukannya mengadakan acara besar dengan ratusan tamu, mereka memilih sesuatu yang jauh lebih intim, undangan terbatas, hanya sekitar dua puluh orang, kebanyakan teman dekat dan beberapa rekan keluarga terpilih.
Dekorasi pernikahan itu mencerminkan kesan yang sederhana tapi sangat berkelas. Tenda putih besar dipasang di halaman belakang villa, dikelilingi oleh lilin-lilin kecil dan lampu hias berkelip yang tergantung di antara pepohonan. Rangkaian bunga putih dan hijau dari anggrek dan mawar menghiasi setiap sudut, memberikan nuansa romantis namun tidak berlebihan. Di tengah area, ada jalan setapak dari kelopak bunga yang mengarah ke altar, tempat mereka akan melangsungkan akad nikah.
Alunan musik klasik lembut terdengar dari string quartet yang duduk di sudut, menciptakan suasana elegan dan hangat. Pandu berdiri di altar dengan mengenakan setelan jas hitam klasik yang rapi, wajahnya tampak tenang meskipun hatinya dipenuhi berbagai perasaan. Di sisi lain, Karin melangkah perlahan dengan gaun putih sederhana yang panjangnya menyapu lantai, dihiasi renda halus yang menyempurnakan penampilannya. Gaun itu tidak terlalu mewah, tetapi sangat elegan, memancarkan kesan kecantikan yang tenang dan berkelas.
Setiap elemen diatur dengan sangat cermat, dari kursi tamu yang dihiasi pita satin hingga meja panjang dengan taplak putih dan centerpiece dari bunga-bunga segar. Tidak ada yang berlebihan, hanya detail-detail kecil yang memperlihatkan betapa mahal dan berkelasnya acara ini.
Namun, di balik semua keindahan dan kesan sempurna itu, ada ketegangan yang tak terlihat. Setiap tatapan dan senyuman tamu mengandung pertanyaan yang belum terjawab. Apakah pernikahan ini benar-benar asli? Apakah mereka sungguh-sungguh atau hanya sebuah sandiwara yang dibungkus dengan kecantikan dan kemewahan?
Ketika upacara dimulai, suara pengucapan janji mereka terdengar tenang, tapi ada keraguan di antara keduanya yang hanya bisa mereka rasakan. Meski tamu-tamu bertepuk tangan dan tersenyum, hanya Pandu dan Karin yang tahu bahwa pernikahan ini hanyalah bagian dari rencana besar yang telah mereka susun.
Di akhir upacara, saat mereka berdiri bersama di depan tamu-tamu yang memberikan selamat, Karin tersenyum, namun di balik senyum itu, pikirannya berlari jauh ke depan, membayangkan apa yang akan terjadi ketika Om Heru menemukan kebenaran. Sementara Pandu, dengan canggung menggenggam tangan Karin, sadar bahwa setiap detik dalam kebersamaan ini membawa mereka semakin dekat pada pengungkapan rahasia besar yang ia sembunyikan.
Om Heru duduk di deretan kursi tamu, memperhatikan dengan seksama setiap detail dalam pernikahan Karin dan Pandu. Saat melihat mereka berdua berdiri di altar, ada sedikit kelegaan di hatinya. Bagi Om Heru, Karin bukan hanya klien, dia adalah gadis yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Sejak orang tuanya meninggal, Karin seolah sebatang kara, dan Om Heru selalu merasa memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan kehidupan gadis itu tetap terjaga dan terlindungi.
Saat Karin tersenyum di samping Pandu, Om Heru membatin, "Semoga ini awal dari perubahan yang baik untukmu, Karin." Dia berharap pernikahan ini akan membawa stabilitas dan kebahagiaan yang selama ini terasa jauh dari jangkauan Karin. Pandu, di matanya, tampak seperti pria yang tenang dan bisa diandalkan, setidaknya itu kesan pertama yang dia dapatkan. Namun, instingnya yang tajam mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Ada detail yang belum sesuai, sesuatu yang tidak bisa ia abaikan begitu saja.
Saat upacara selesai dan tamu-tamu mulai beranjak dari tempat duduk mereka untuk memberikan selamat, Om Heru tetap duduk, matanya tertuju pada Pandu. Sejak awal, Om Heru sudah menyelidiki latar belakang pria itu, dan meskipun dia belum menemukan bukti konkret, intuisi pengacara berpengalaman seperti dirinya jarang salah. Pandu mungkin lebih dari sekadar pria sederhana yang muncul di kehidupan Karin.
Setelah beberapa saat, Om Heru berdiri dan berjalan perlahan menuju pasangan pengantin yang sedang menerima ucapan selamat. Ketika sampai di depan Pandu, Om Heru memberikan senyuman tipis dan menyalami pria itu. "Selamat, Pandu. Selamat untuk kalian berdua," ucapnya dengan nada yang bersahabat, meskipun ada sesuatu yang dingin dalam pandangannya.
Pandu membalas senyum Om Heru dengan hati-hati, seakan-akan tahu bahwa pria di depannya bukanlah orang yang bisa dibohongi dengan mudah. "Terima kasih, Om Heru," jawabnya dengan tenang.
Om Heru menepuk bahu Pandu sambil tersenyum kepada Karin. "Karin, kamu sudah dewasa sekarang, dan aku yakin kamu tahu apa yang terbaik untuk dirimu. Semoga pernikahan ini membawa kebahagiaan yang selalu kamu cari."
Karin hanya mengangguk, sedikit gugup di depan Om Heru yang selalu dianggapnya sebagai figur ayah. "Terima kasih, Om."
Om Heru kembali memandang Pandu. "Pandu, nanti kalau kamu ada waktu, aku ingin bicara sebentar. Hanya kita berdua. Ada hal yang ingin aku tanyakan."
Pandu terkejut mendengar permintaan itu, tapi dia tahu bahwa menolak bukan pilihan. "Tentu, Om. Saya akan cari waktu untuk kita bicara."
Om Heru tersenyum lagi, meskipun senyum itu tidak sepenuhnya ramah. "Baik. Aku ingin memastikan bahwa Karin benar-benar berada di tangan yang tepat. Tidak ada yang lebih penting bagiku selain memastikan dia dilindungi dan dijaga dengan baik."
Karin menelan ludah, menyadari ada sesuatu yang lebih dari sekadar percakapan biasa yang diinginkan Om Heru. Pandu, di sisi lain, merasa bahwa waktunya semakin singkat. Rahasia yang dia sembunyikan, masa lalunya sebagai putra pengusaha kaya yang kabur dari rumah, mungkin tidak akan bisa dia simpan lebih lama.
Setelah Om Heru pergi, Pandu berbisik pelan kepada Karin, "Om Heru curiga. Kita harus berhati-hati."
Karin memandang Pandu dengan tatapan khawatir, tapi dia berusaha menenangkan dirinya. "Aku tahu. Tapi kita sudah sejauh ini. Kita harus tetap menjalankan rencana."
Pandu mengangguk, meskipun hatinya terasa semakin berat. Pembicaraan dengan Om Heru bisa menjadi titik balik dari semua yang mereka rencanakan, dan dia tahu bahwa Om Heru tidak akan mudah ditipu. Rahasia Pandu mungkin segera terungkap, dan ketika itu terjadi, dia hanya bisa berharap dampaknya tidak menghancurkan hidup Karin, yang sudah cukup menderita tanpa perlu terlibat dalam kebohongan yang lebih besar.
Acara berjalan dengan begitu lancar, hingga semua tamu sudah pamit pulang, Om Heru memberi aba-aba pada Pandu untuk bicara empat mata dengannya. Om Heru membawa Pandu ke tepi kolam setelah lebih dulu pamit pada Karin yang terlihat was-was.