Novel ini mengisahkan seorang pemuda lugu yang kekuatannya tertutup racun sejak kecil, dia bertemu dengan seorang kakek yang menolongnya dan memberinya kekuatan yang bisa mengalahkan para dewa.
Dia punya tubuh antik yang jarang dimiliki oleh banyak orang, tapi titik kekuatan yang dia punya hanya terbuka satu saja, padahal ada tiga titik kekuatan yang harus dibuka untuk setiap orang yang belajar beladiri.
Pemuda ini tidak tahu siapa kedua orang tuanya, dia berpetualang mengelilingi kerajaan-kerajaan hingga akhirnya dapat menemukan orang tuanya yang saat ini kekuatannya sudah hilang sama sekali karena titik kekuatannya sudah dihancurkan semua oleh seorang yang mempunyai kekuatan super power juga.
Orang yang mempunyai kekuatan super power itu ternyata adalah saudaranya sendiri yang menapaki jalan hitam dalam kehidupannya.
Dengan segenap keinginan dan semangat yang membara, tokoh utama dari novel ini mempelajari ilmu spiritual dan berusaha untuk membuka semua titik kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aang Albasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertarung Melawan Satu Anggota kelompok Macan Ngamuk
“Eh, itu bukannya pemuda yang menolak lamaran tuan puteri ya?”. Tanya seorang perempuak yang sedang membeli gorengan dipinggir jalan
“Sepertinya iya, sungguh benar-benar pria bodoh, lamaran dari wanita tercanti ditolaknya, memangnya adalagi dikerajaan ini wanita yang lebih cantik dari tuan puteri Sukmawati?”. Jawab penjual gorengan.
“Kabarnya dia punya kekuatan untuk memanggil dewa loh”. Kata pembeli.
“Ah, tidak mungkin ada orang yang bisa memanggil dewa, emang dia siapa getoh”. Jawab penjual.
“Kak, sepertinya kakak lagi jadi bahan pembicaraan banyak orang tuh”. Kata Purwati
“Biarkan saja, tutup saja kupingnya biar tidak dengar apa yang mereka katakana”. Jawab Rama yang membuat Purwati langsung menutup kupingnya.
“Tanaman langka sudah kita dapatkan ki, ini simpan buat ki Buana saja tanaman langka ini”. Kata Rama sambil memberikan tanaman langka yang baru saja dibelinya disebuah tempat penjualan ternama.
“Tuan muda, kenapa tuan muda memberikan semua tanaman langka kepada saya, ada apakah?”. Tanya ki Buana Abadi.
“Mungkin suatu saat akan berguna untukmu ki, jadi simpanlah baik-baik”. Jawab Rama.
“Baiklah tuan muda, terima kasih banyak”. Jawab ki Buana Abadi
“Kak, aku juga mau dikasih Sesutu oleh kakak, sepertinya aku saja yang tidak pernah dikasih apapun oleh kakak”. Kata Purwati manja
“Kamu mau apa adikku?”. Tanya Rama
“Nanti aku fikirkan dulu kak”. Jawab Purwati
“Hey bocah!, serahkan orang tua itu kepada kami!”. Tiba-tiba terdengan suara yang membentak rama dari depannya.
“Hah, orang tua yang mana?”. Tanya Rama
“Aku adalah anggota kelompok Macan Ngamuk yang ditugaskan membawa Buana Abadi untuk diberi hukuman!”. Jawab orang yan berbadan kekar dan membawa pedang yang sangat besar.
“Oooh, ki Buana Abadi maksudnya, dia sekarang menjadi pengawalku, kalau kau mau membawanya kau harus izin duku kepadaku, kalau aku izinkan silahkan kau bawa, kalau tidak jangan sampai kau berbuat macam-macam”. Jawab Rama.
“Hey bocah, kekuatanmu hanya ditingkat satu saja!, sangat mudah sekali bagiku untuk menghabisimu, jangan sampai kau membuatku marah!”. Teriak orang itu kembali
“Kak, orang ini sudah diranah dewa tingkat tiga kak, bolehkan aku bertarung dengannya?”. Tanya Purwati yang sepertinya sudah mulai ketagihan bertarung
“Sebentar adikku, sabar yah”. Jawab Rama
“Baik, kak”
“Kau, jangan mentang-mentang sudah diranah puncak tingkat dewa mau menidas orang lemah sepertiku, tidak malukah kamu ditonton banyak orang, menindah orang lemah sepertiku ini?”. Kata Rama.
“Hahahahaha, pintar ngomong juga kau bocah, makanya serahkan saja Buana Abadi itu padaku, aku tidak akan melukai apapun dari tubuhmu”. Jawab orang itu.
“Sayangnya, ki Buana Abadi sangat berharga bagiku, jadi aku tidak mengizinkanmu membawanya”. Kata Rama
“Maka jangan salahkan aku kalau aku sedikit menindasmu bocah!”. Kata orang itu membentak
“Sabaar, sabaar, memang tidak bisa kita diskusikan dulu?”. Kata Rama.
“Aku dididik tidak untuk berdiskusi, aku hanya mengikuti perintah ketua saja, jangan salahkan aku kalaku aku membawa Buana Abadi ini dengan paksa”. Kata orang itu sambil memberikan tekanan yang membuat orang-orang disekitarnya ketakutan
“Anak muda, serahkan saja orang tua itu, lagian kamu masih diranah kekuatan pertama, kamu bukan lawannya”. Kata seorang yang tadinya sedang lewat dan terkena tekanan
“Apakah kamu tidak akan malu jika dikalahkan oleh orang yang masih ditingkat kekuatan pertama?, kalau urat malumu sudah hilang, maka coba saja serang aku”. Jawab Rama sambil memprofokasi
“Arogan sekali bocah ini”. Gumam orang itu didalam hatinya
“Bocah, kau benar-benar cari mati”. Kata orang itu sambil mengayunkan pedangnya yang membuat rumah-rumah disekitarnya hancur berantakan terkena badai dan menerbangkan beberapa orang yang sedang berjalan disana.
“Hey orang tua, ternyata kamu selain lemah ternyata bodoh juga ya”. Kata Rama
“Apa katamu!”. Teriak orang itu dengan marah
“Kalau kau terbangkan kami bertiga, bagaimana nanti kamu bisa membawa ki Buana Abadi, Goblok!”. Kata Rama
“Benar juga ya”. Gumam orang itu sambil garuk-garuk kepalanya
Kemudian orang itu mengangkat pedangnya keatas dan membuat aura hitam pekat yang membuat cuaca mendadak gelap gulita dan ada sebuah bulatan yang sangat besar diatas pedang itu yang akan diarahkan ke tubuh Rama.
“Ah sama saja, kalau serangan yang kau gunakan sebesar itu, bagaimana kalau kita bertiga mati semuanya?, bukankan akah sia-sia perjalanan jauh yang sudah kau tempuh selama ini?”. Kata Rama kembali.
“Ah sial, aku harus menggunakan apa untuk menyerang bocan ini biar tidak melukai ki Buana Abadi”. Gumamnya kembali dan terlihat ki Buana sedang senyum-senyum melihat tuan mudanya yang licik.
“Baiklah, aku tidak akan menggunakan kekuatan spiritualku untuk melawanmu, aku akan menggunakan kekuatan fisikku saja sudah cukup untuk membunuhmu, Cyaaaat”. Teriak orang itu dan langsung melesat kedepan Rama yang sedang berdiri santai.
“Eit tidak kena, Eit tidak kena lagi, Eit”. Kata rama mengejek sambil menghindari semua serangan yang diarahkan kepadanya.
“Ternyata selain lemah, bodoh, matamu juga buta ya? Memukul orang malah yang dipukul angin, hahahahaa”. Rama meledeknya
“Sial, bocah ini benar-benar arogan”. Orang itu berhenti didepan rama dan mengeluarkan kekuatan dewa tingkat tiganya
“Aku tak peduli, kalian mau mati semuanya atau jadi abu semuanya bodo amat, aku sudah tidak peduli lagi!”. Tiba-tiba kemarahannya benar-benar memuncak.
Keluarlah aura hitam yang benar-benar menutupi seluruh kerajaan Dadung Mbulet yang membuat seluruh isi kerajaan kebingungan
“Ada fenomena apa ini, apakah ada salah satu dewa yang murka?”. Tanya salah seorang yang keberadaannya jauh dari lokari pertempuran.
“Waduh, sepertinya orang ini agak merepotkan, aku butuh bantuan Purwati kali ini”. Gumam Rama dalam hatinya
“Adikku, bisakah kamu rubah bulatan besar yang diatas pedang oran itu menjadi jarum-jarum kecil yang sangat tajam, dan gunakan perisaimu untuk melindungi seluruh kerajaan ini?”. Tanya Rama kepada Purwati
“Aku coba ya kak”. Jawab Purwati sambil mengangkat kedua tangannya keatas dan membentuk perisai yang benar-benar hanya Rama saja yang mampu melihatnya
Can Cling, Cling, Cling, muncullah cahaya-cahaya kecil dari bulatan hitam yang berada diatas pedang orang itu, lalu Purwati menurunkan tangannya dengan hentakan yang sangat kuat, membuat Bulatan yang diatas pedang itu bercahaya terang dan mengeluarkan jarum-jarum yang benar-benar sangat kecil seperti butiran-butiran cahaya langsung menghujan kearah orang itu.
“Sial, apa-apaan bocah gadis ini!”. gumam orang itu dengan sedikit berkeringat yang langsung membuat perisai untuk melindunginya dari serangan balik yang mendadak itu.
“Kamu menyerangku dengan seranganku sendiri bocah!?, itu tidak mungkin akan melukaiku sedikitpun”. Kata orang itu sambil membuat sebuah formasi serangan dari perisainya
“Memang sedikit merepotkan orang ini”. Rama kembali Bergumam
“Terimalah serangan formasiku ini, bocah, dan matilah kalian semua!!”. Teriaknya
Rama melangkah kedepan menuju formasi itu, dan berkata
“Formasi murahan seperti ini kau pamerkan didepanku? Sungguh memalukan!”. Teriak rama sambil mengibaskan tangannya dan mendadak formasi yang sangat kuat itu menghilang seketika, Rama sambil berjalan ternyata sambil menyerap kekuatak dari orang itu dan dimasukkan kedalam titik kekuatan pertamanya yang membuat overload sehingga titik kekuatan keduanya tiba-tiba terbuka sambil Rama berjalan menuju orang itu, terlihat wajah orang itu benar-benar mulai ketakutan.
“Siapa sebenarnya dua bocah ini, dia melakukan pembukaan titik kekuatan sambil berjalan dan dalam pertempuran!”. Gumamnya dengan keringan mulai menetes dari wajahnya.
“Dari tadi aku sudah menginginkan yang terbaik agar tidak ada korban jiwa, tapi kau sendiri yang memintanya, jadi jangan salah kan aku jika hidupmu hanya sampai detik ini saja!”. Kata Rama sambil membuat formasi yang sama seperti yang dibuat oleh orang itu.
Dan keluarlah kedua bola mata orang itu karena tidak kuat menahan kaget yang luar biasa.
“Baguslah, tetaplah seperti itu biar setelah kamu mati wajahmu terlihat lucu nanti”. Kata Rama sambil mengarahkan formasi yang sudah dibuat itu kepada orang itu dan langsung membuat badan orang itu menjadi terbelah beberapa bagian dengan muka mata melotot kaget sambil menyerap semua aura hitam yang mengelilingi kerajaan tersebut rama tetap berjalan menuju potongan-potongan orang itu.
Langit kembali terlihat Cerah, dan suasana gaduh mulai terderngar,
“Ternyata pemuda itu kekuatannya benar-benar bukan manusia, dia monster, orang diranah puncak dewa bisa dikalahkan dengan sangat mudahnya olehnya”. Komentar salah satu orang yang berada disitu saat itu
“Dikalahkan sangat mudah gundulmu cooooooook, badanku lemes banget ini, menyerap kekuatan yang begitu besarnya”. Gumam rama yang terlihat mulai sempoyongan dan
“GABRUG!!”. Ramapun terlihat tidak sadarkan diri karena kelelahan.
“Rama, Koe benar-benar anak yang nekat ya!”. Kata mbah Ananta didalam alam bawah sadarnya
“Mbah, kenapa mbah, apakah aku sudah mati sekarang mbah?”. Tanya Rama
“Mati gundulmu itu!”. Kata mbah Ananta Ajya sambil menabok kepalanya Rama
“Tubuh fisikmu baru ditingkat dua, tapi koe nekat menyerap kekuatan tingkat puncak dewa, untungnya kamu punya Ginjal ganda yang bisa menyalurkan kekuatan sebesar apapun keseluruh nadi ditubuhmu itu”. Jawab mbah Ananta Ajya
“Trus bagaiama selanjutnya mbah?”. Tanya Rama yang benar-benar tidak tahu dan tidak faham blas
“Kamu bermeditasi saja disini, ini adalah alam bawah sadar, koe bisa bermeditasi dialam bawah sada ini, dan akan lebih cepat meningkatkan titik kekuatanmu kalau bermeditasi disini”. Kata mbah Ananta
“Baik mbah”. Jawab Rama yang langsung duduk bersila dan memfokuskan sesuatu , terlihat keluar cahaya berwarna ungu, emas, hita, hijau, dan putih mengkilap dari tubuh Rama, dan terlihat jelas jika cahaya-cahaya itu mulai masuk kedalam urat nadi yang ada ditubuh rama dan “JReng!!!” tahap kedua dari titik kekuatan kedua mulai tercapai, Rama membuka matanya dan bingung ternyata dia sudah berada di kediaman tuan Balaraja.
“Dimana ini?”. Tanya Rama kepada Purwati yang setia menunggu disampingnya.
“Kakaaaak, kakak baik-baik sajakah?”. Tanya purwati yang mulai manja
“Iyaaa, kakak baik-baik saja, kakak hanya kecapekan saja menyerap kekuatan yang begitu besar kemarin”. Jawab Rama
“begitu ya kak, eh iya kak, barang-barang yang dibawa oleh orang kemarin diambil semua oleh pak tua, apa tidak berbahayakah?”. Tanya Purwati
“Tidak apa-apa, lebih baik kita yang menyimpannya daripada orang jahat yang menyimpannya, nanti digunakan untuk kejahatan”. jawab Rama
“Eh iya kak, aku mau dibelikan sebuah pedang yang kuat, masa pergi kemana-mana tidak membawa senjata apapun, kan terlihat aneh”. Kata Purwati.
“Kamu mending terlihat aneh, biar banyak yang meremehkanmu, jadi kamu bisa sombong nantinya kalau kamu menang bertarung”. Jawab Rama ngajarin yang kurang baik pada anak kecil
“Baiklah kak, kalau begitu aku pengin dibelikan cincin spiritual saja”. Kata Purwati
“Nah kalau itu, ayuk kita beli sekarang!”. Jawab Rama sambil bangkit dari tiduranya dan langsung melesat kesebuah toko barang-barang antic, dan membeli sebuah cincin spiritual yang mempunyai permata diatasnya berwarna hijau
“Terima kasih banyak kakakku yang ganteng, aku sangat suka cincinnya, pas dengan aura kekuatanku”. Kata Purwati sambil berjalan lompat-lompat
Sesampainya dikediaman tuan Balaraja, purwati langsung memamerkan cincin spiritualnya kepada ki Buana Abadi dan ki Buana Abadi hanya bisa memuji cincin yang dipakai Purwati.
“Sungguh aku tidak bisa membalas budi kepada tuan muda, nyawakupun tidak cukup untuk membalas budi padanya, dia sudah berkali-kali menyelamatkanku dari orang-orang kelompok Macan Ngamuk”. Gumam ki Buana Dalam hatinya.
“Hey orang tua, lagi ngelamunin apa?”. Tiba-tiba Rama mengagetkan.
“A, anu tuan muda, mulai hari aku ki Buana Abadi bersumpah, tidak akan mengkhianati tuan muda Rama, sampai akhir khayatku bahkan sampai kehidupan selanjutnya nanti, jika aku melanggar sumpahku ini, aku akan langsung disambar petir, walaupun dikehidupanku selanjutnya!”. Tiba-tiba ki Buana abadi mengucapkan sebuah sumpah yang membuat Rama menjadi bengong sambil memegang kening ki Buana Abadi
“Kamu sehat ki??”. Tanya Rama
“Hasyuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu”. Gumam ki Buana Abadi dengan mengeluarkan wajah marahnya
“Aku serius ini coooook, lagi ga becandaaaaaaaaaaaaaaa”. Gumam ki Buana Abadi
“Hehehe, tuan muda sudah berkali-kali menyelamatkan saya, bukan hanya itu, barang-barang langka juga banyak yang dikasihkan kepada saya, saya tidak mungkin bisa membalas budi kepada tuan muda sampai kapanpun, makanya saya bersumpah dengan sepenuh hati tadi”. Jawab ki Buana Abadi.
“Ooo, baguslah”. Jawab Rama
“Jancoooooooooooooooooooooooooook, dipuji kek, dikasih hadiah lagi kek, Cuma bilang OOO BAGUSLAH?!”. Gumam ki Buana Abadi kembali
“Tuan muda, tuan muda”. Teriak Balaraja sambil lari tergesa-gesa menuju Rama
“Ada apa tuan? Kenapa tergesa-gesa begitu?”. Tanya Rama
“Seluruh padepokan yang ada dikerajaan Dadung Mbulet ini menginginkan tuan muda untuk mendatangi padepokan mereka, mereka ingin sekali ikut berlatih dibawah bimbingan tuan muda”. Kata Balaraja
“Apaan?”. Tanya Rama
“Iya tuan muda, mereka menginginkan tuan muda menjadi salah satu tetua dipadepokan mereka”. Balaraja kembali menerangkan.
“Oooo, tak mau lah, aku bukan orang yang terikat oleh salah satu padepokan apapun, aku ingin bebas kemanapun pergi”. Jawab Rama
“Kalau tuan muda menjadi tetua, tuan muda juga bebas melakukan apa saja nantinya, tuan muda”. Kata Balaraja yang seakan ada maksud terselubung
“hm…. Begitu ya?, nanti aku fikirkan dulu”. Jawab Rama
“Mudah-mudahan tuan muda mau menjadi tetua di salah satu padepokan dikerajaan ini, setidaknya ada seseorang yang mampu mengamankan kerajaan ini dan ditakuti oleh kerajaan-kerajaan lainnya”. Gumam Balaraja.
“Tuan Balaraja, besok aku akan mengatakan permintaanku yang kedua”. Kata Rama
“Baik tuan muda, saya tunggu”. Jawab Balaraja.
Keesokan harinya, rama menemui Balaraja kembali
“Tuan balaraja, permintaan keduaku agak sedikit berat”. Kata Rama
“Apa itu tuan muda?”. Tanya Balaraja
“Bisakah, tuan mengumpulkan panatua seluruh padepokan diarena pertarungan yang ada dipadepokan Kelana Raksa?”. Tanya Rama
“Arena pertempuran? Tuan muda? Jangan katakana kalau tuan muda akan menantang mereka suma melawan tuan muda?”. Tanya Balaraja
“Sudah lakukan saja permintaanku”. Jawab Rama
“Baik tuan muda, Sepuluh hari lagi akan saya kumpulkan seluruh penatua padepokan di kerajaan Dadung Mbulet ini”. Jawab Balaraja
“Baiklah, aku tunggu kabar baiknya”. Jawab Rama
“Mau ada apakah nantinya ya? Kira-kira apa yang akan tuan muda lakukan kepada para penatua padepokan nanti?”. Fikir Balaraja
Sepuluh hari kemudian berkumpul lah semua penatua dari semua padepokan yang ada di kerajaan Dadung Mbulet diarena pertempuran padepokan Kelana Raksa.
atas bawah... yg baca jdi rada bingung.