FRIEND WITH BABY (FWB)

"Fel, makan siang bareng yuk."

Wakil direktur perusahaan yang baru dan masih muda, tampak mendekat ke arah meja kerja Felicia.

Meski itu adalah perusahaan milik ayahnya sendiri, Felicia tak lantas langsung diberi jabatan yang tinggi. Semua di sesuaikan dengan skill dan  porsinya masing-masing.

"Jangan mentang-mentang anda wakil direktur disini, terus bisa seenaknya mendekati saya. Jangan lupa walaupun jabatan saya lebih rendah, saya adalah anak kandung dari pemilik perusahaan ini."

Felicia berkata dengan nada sombong kepada laki-laki bernama Christian tersebut, dan Christian pun hanya tertawa kecil. Sementara karyawan lain tampak memperhatikan.

"Iya, saya nggak lupa koq. Dan saya juga mau mengingatkan kalau sekarang 30% saham perusahaan ini adalah milik keluarga saya. 25% nya lagi milik yang lain dan sisa 45% nya baru milik keluarga kalian. Jadi kita nggak jauh beda." jawab pemuda itu.

Jujur Felicia sendiri tak tau mengenai hal tersebut. Ia cukup kaget dan rasanya ingin segera bertanya kepada sang ayah.

Tetapi ayahnya kemarin langsung berangkat ke luar negri, satu jam setelah mereka kembali dari rumah Sean.

"Gimana, jadi mau makan siang sama saya?" tanya Christian lagi.

"Nggak."

Dengan tegas Felicia menjawab, lalu meninggalkan Christian untuk menuju ke toilet.

Sejatinya disana gadis itu tak melakukan apa-apa. Ia sengaja menghindar dari laki-laki yang menurutnya lancang serta menyebalkan.

***

Di kantor Nayra.

Seorang office boy meletakkan sebuah paper bag yang berlogo dan bergambar sebuah produk perlengkapan bayi.

Brand produk tersebut adalah Elizabeth Baby Care. Sebuah brand yang terkenal dan mahal untuk kelas karyawan seperti Nayra dan teman-temannya.

Biasanya brand tersebut dipakai oleh bayi-bayi dari kalangan atas seperti bayi pejabat, CEO dan bos-bos perusahaan besar atau orang-orang kaya lain yang uangnya tak habis-habis.

"Mas Tio."

Steffi memanggil office boy tersebut.

"Iya bu." jawab si office boy seraya menoleh.

"Itu punya siapa?" tanya nya menyinggung soal paper bag yang barusan diletakkan.

"Dari pak bos buat bu Nayra." jawab si office boy tersebut santai. Kemudian ia menjauh dan satu divisi Nayra pun mendadak heboh.

"Wah, fix ini. Si Nayra hamil anak bos." ujar salah seorang dari mereka dengan nada setengah berbisik.

Padahal bos mereka menitipkan semua itu, untuk dikirim kepada bos perusahaan lain yang istrinya baru saja melahirkan.

Nayra diminta menyampaikan secara langsung, sebab ia ada agenda dari sang atasan untuk melobi bos perusahaan lain tersebut. Mereka sedang melancarkan sebuah kerjasama.

"Nay, besok pagi-pagi tolong kasih ke Mr Liem bingkisan buat anaknya. Sudah saya suruh OB untuk tarok di meja kerja kamu. Tolong usahakan bisa dapat persetujuan dari dia, soal project kita waktu itu."

Begitulah isi pesan atasan Nayra melalui WhatsApp. Saat ini Nayra tengah makan siang bersama Philo di luar. Philo sengaja datang ke kantor Nayra dan mengajak kekasihnya itu untuk keluar sejenak.

"Nay, masih di kantin nggak?. Aku baru selesai."

Sean mengirim pesan pada Nayra, ia baru saja menyelesaikan pekerjaan dan hendak makan siang dengan perempuan itu.

"Aku lagi sama Philo."

Jawaban Nayra tersebut sontak membuat Sean kaget serta menjadi tak enak perasaan.

Padahal dulu ia biasa saja ketika Nayra pergi bersama Philo. Mungkin karena saat ini ia mulai ada rasa, lantaran bayi mereka tumbuh dalam rahim perempuan itu.

"Oh, dimana?" tanya Sean.

Mendadak pikirannya pun menjadi liar. Ia takut jika Philo mengajak Nayra ke hotel dan menidurinya. Ia khawatir terjadi apa-apa terhadap bayi mereka.

Nayra lalu membalas dengan mengatakan jika ia pergi ke restoran tempat biasa ia dan Philo sering makan.

"Pulang jam berapa?" tanya Sean mulai posesif.

"Bentar lagi pulang koq, cuma makan siang doang." balas Nayra.

"Oh ya udah, kabarin nanti." ujar Sean.

"Iya." balas Nayra.

Sean pun kemudian pergi makan, namun dengan perasaan yang tidak tenang. Barulah ketika Nayra mengatakan jika ia berada di jalan pulang, hati pemuda itu bisa sedikit lebih lega.

***

"Sayang, nanti malam jalan yuk."

Philo berkata pada Nayra, ketika mobilnya sudah berada di lobi depan. Nayra yang tak ada alasan untuk menolak itupun kemudian mengangguk.

Tetapi hatinya gundah, takut jika Philo mengajaknya pergi ke tempat private dan melepas rindu disana.

Sebagai anak jaman sekarang, Nayra memang tidak menampik soal gaya pacarannya yang cukup bebas. Meski hal tersebut bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan atau ditiru oleh siapapun.

Tapi masalahnya saat ini ia tengah mengandung. Ia tak ingin membahayakan janinnya sendiri hanya karena sebuah keegoisan.

Ia mulai menyayangi bayi itu dan tak ingin jika terjadi apa-apa nantinya. Sementara ia juga tak punya alasan untuk menolak ajakan Philo.

Ia hanya berharap Philo tak memiliki pikiran yang macam-macam dan hanya ingin jalan berdua saja. Menghabiskan waktu bersama di tempat umum, kemudian pulang.

"Ya udah, aku pulang dulu."

Philo pamit pada Nayra, lalu mencium kening serta bibir perempuan itu dengan penuh cinta. Nayra menerimanya sambil memejamkan mata. Dengan perasaan yang campur aduk tentunya.

Tanpa ia menyadari jika Sean tak sengaja menyaksikan adegan tersebut. Sean yang baru keluar dari kantin, mendadak menjadi panas hatinya.

Nayra keluar dan menyadari keberadaan Sean, begitupula dengan Philo. Sean mencoba bersikap biasa saja, sementara Philo membunyikan klakson tanda pamit padanya. Tak lama Philo berlalu, Nayra kini menatap ke arah Sean lalu berkata.

"Aku naik ke atas." ujarnya.

Sean hanya mengangguk, kemudian menyaksikan perempuan itu berlalu.

***

Sore hari.

"Pablo, mama dibawah."

Sofia nenek Sean secara tiba-tiba mendatangi tempat kerja sang anak. Tentu Pablo kaget dengan hal tersebut.

"Mama di kantor aku?" tanya Pablo kemudian.

"Iya, mama dibawah. Kalau kamu ada waktu, tolong ke bawah sebentar. Mumpung Nina sedang tidak ada, mama perlu bicara sama kamu."

"Oh, oke. Baik ma, aku ke bawah sekarang." ujar Pablo.

Segera laki-laki itu bergegas turun untuk menemui sang ibu. Tampak wanita tua tersebut sedang duduk di salah satu meja di kantin sambil menikmati segelas teh hangat.

"Ma, mama koq ada disini?" tanya Pablo heran.

"Nina mana?" ujarnya seraya melihat ke sekitar. Sebab ia tak menemukan sang istri.

"Tadi Nina mengajak mama belanja di supermarket seberang. Karena sedang ada diskon besar dan ramai, mama tidak tahan. Jadi mama minta diantarkan kesini saja dan menunggu sampai dia selesai." jawab Sofia.

"Oh, begitu. Ya sudah, mama mau makan apa?" tanya Pablo.

"Mama hanya ingin minum teh dan sudah mama pesan."

Sofia menunjukkan segelas teh yang ada dihadapannya.

"Mama ingin bicara sama kamu soal Sean." ujar wanita itu lagi.

"Sean?" Pablo mengerutkan dahi.

"Ada apa dengan Sean?" tanya nya kemudian.