Naya yang tak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarganya harus mengalami malam kelam bersama dokter Mahesa, dokter bedah syaraf sekaligus direktur rumah sakit tempatnya bekerja sebagai seorang perawat.
Naya yang sadar akan dirinya yang hanya orang dari kelas bawah selalu berusaha menolak ajakan dokter Hesa untuk menikah.
Namun apa jadinya jika benih dari dokter tampan itu tumbuh di rahimnya, apakah Naya akan tetap menolak?
Tapi kalau mereka menikah, Naya takut jika pernikahan hanya akan membawa derita karena pernikahan mereka tanpa di landasi dengan cinta.
Namun bagaimana jadinya jika dokter yang terlihat dingin di luar sana justru selalu memperlakukan Naya dengan manis setelah pernikahan mereka?
Apakah Naya akhirnya akan jatuh cinta pada suaminya itu?
Follow ig otor @ekaadhamasanti_santi.santi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naya yang disalahkan
"Tapi saya memang sudah memberikan resep itu ke bagian farmasi dok" Ucap Naya untuk kesekian kalinya di hadapan Hana, Sita, bagian farmasi dan juga lainnya.
"Maaf suster Naya, tapi setelah suster Naya pergi ternyata yang saya terima hanya rekam medis pasien saja, bukan resep apapun. Saya kira suster Naya memang tidak jadi memberikan resep ke bagian farmasi karena saya tunggu-tunggu, suster tidak kembali lagi"
Naya menghela nafasnya dengan kasar. Jelas-jelas dia sudah memberikan resep itu ke bagian farmasi. Tapi kenapa tiba-tiba dokter Hana datang bersama dokter bedah untuk mencarinya karena operasi di undur akibat Hana tidak mendapat obat yang ia minta dari bagian farmasi secara tepat waktu.
Akibatnya semua operasi yang sudah terjadwal batal dan harus mundur. Kini Naya benar-benar terpojok. Tak ada saksi untuknya sama sekali yang melihat ketika dia menyerahkan resep itu ke bagian farmasi.
Jelas-jelas dia membawa resep yang ia tulis ke sana dan menyampaikan apa yang dokter Hana katakan tadi. Tapi menurut bagian farmasi, Naya tidak memberikan resep tapi justru rekam medis salah satu pasien.
"Lihat!! Gara-gara kecerobohan mu, semua jadwal operasi jadi terlambat semua!! Kamu masih tidak mau mengakui kesalahan kamu?" Dokter bedah yang saat ini ada dihadapan Naya tampak begitu marah.
"Maaf dokter, tapi.."
"Dokter, ini juga salah saya yang meminta tolong pada suster Naya. Harusnya itu semua kan tugas saya. Jadi saya minta maaf dokter" Ucap Hana penuh sesal.
"Memang apa salahnya kalau dokter Hana meminta tolong? Memang dasarnya dia saja yang ceroboh!! Untung saja tidak ada pasien darurat, jadinya masih aman. Coba kalau ada operasi darurat, bisa-bisa mereka telat penanganan!!" Pria sebagai dokter bedah yang berusia sekitar empat puluh tahunan itu tetap saja menyalahkan Naya.
"Saya akan melaporkan kamu pada direktur atas kelalaian kamu dalam bekerja biar kamu tau konsekwensinya kalau kamu lalai seperti itu, biar kamu di pecat sekalian!" Ancam dokter Danu selaku dokter bedah.
"Dokter, saya mohon jangan lakukan itu. Setelah ini saya akan berhati-hati lagi"
"Saya tidak peduli, bagi saya kelalaian kamu itu adalah salah besar!!"
"Ada apa ini?"
Semua mata tertuju pada pemilik suara berat yang baru masuk ke dalam ruangan itu.
"Dokter Hesa?" Gumam Hana.
"Dokter, kebetulan dokter ada di sini" Ucap Danu segera mendekati Hesa.
"Memangnya kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?" Hesa menatap ke arah istrinya yang menunduk ketakutan.
"Begini dokter, sebenarnya ada keterlambatan jadwal operasi sejak tadi di karenakan kelalaian dari suster Naya" Dokter Danu kembali menuduh Naya.
"Bukan seperti itu dokter, tap..." Penjelasan Naya lagi-lagi dipotong oleh Hana.
"Jadi begini dokter Hesa, saya meminta suster Naya untuk memberikan resep ke bagian farmasi. Tapi obat yang saya minta tak kunjung datang, ternyata suster Naya tidak memberikan resep yang tadi saya berikan ke pihak farmasi. Suster Naya justru salah memberikan rekam medis pasien, sepertinya tertukar dengan resepnya. Jadi itu penyebab keterlambatan jadwal operasi" Jelas Hana.
"Benar begitu suster Naya?" Hesa menatap istrinya. Dia pun berjalan mendekat pada wanita yang sedang mengandung anaknya tersebut.
"Tidak dokter Hesa, bukan seperti itu. Saya benar-benar sudah memberikan resep itu ke bagian farmasi. Tapi mungkin saja resepnya jatuh di sekitar sana" Naya mencoba membela diri.
"Tidak mungkin jatuh suster Naya karena saya sudah mencarinya di sana. Hanya ada rekam medis yang suster Naya berikan itu" Bagian farmasi pun ikut membela diri.
"Kalau begitu, kita lihat rekaman cctv yang ada di sana!" Hesa ingin memastikan kebenarannya sebelum mengambil tindakan.
"Tapi cctv di sana sang rusak dokter" Sahut bagian farmasi.
"Apa semua bagian rusak?"
"T-tidak dokter, hanya pada bagian pintu belakang saja yang rusak tempat suster Naya memberikan rekam medis itu untuk saya"
"Kalau begitu kita lihat dulu"
Mereka semua pun mengikuti Hesa menuju ke ruang cctv. Dengan tenang Hesa melihat sudut demi sudut di ruangan farmasi.
Pada rekaman yang mengarah ke pintu, mereka semua bisa melihat Naya masuk ke sana membawa kertas di tangannya.
Kemudian, tak terlihat lagi Naya di cctv dari sudut manapun. Tapi kemudian wanita dari bagian farmasi itu masuk ke gudang obat membawa kertas yang Hesa yakini diberikan oleh Naya tadi. Pasalnya jarak antara wanita itu masuk, kemudian Naya yang kembali terlihat di cctv menuju ke pintu untuk keluar waktunya sama.
Hesa kembali melihat wanita tadi membawa kertas itu ke balik rak dan tak terlihat cctv. Tapi tak lama kemudian wanita itu kembali terlihat namun tak lagi membawa kertas di tangannya.
"Kita ke bagian farmasi sekarang!" Ucap Hesa secara tiba-tiba dan berjalan keluar begitu saja membuat semuanya ikut panik dan langsung mengikuti Hesa.
Hanya Naya yang berjalan pelan menyusul suaminya itu. Dia memang sudah pasrah sekarang kalau memang semua kesalahan di limpahkan kepadanya.
Hesa masuk begitu saja ke bagian farmasi hingga membuat semua orang di bagian farmasi terkejut kedatangan direktur mereka. Dia melihat ke arah cctv di mana saat Naya masuk tadi. Kemudian pada bagian yang tak terlihat saat Naya memberikan resep pada bagian farmasi.
"Suster Naya, di mana saat resep itu di berikan pada pihak farmasi?"
"Di sini dokter" Tunjuk Naya pada sebuah meja tinggi yang di batasi dengan kaca.
Kemudian Hesa menatap cctv yang tak menangkap gambar karena rusak.
"Kita masuk!"
Hesa berjalan seperti wanita dari bagian farmasi terlihat di rekaman cctv. Menuju ke balik rak yang tertutup oleh cctv. Semua yang ada di ruangan itu pun hanya diam memperhatikan apa yang sedang Hesa lakukan saat ini.
Beberapa saat berlalu, Hesa kemudian kembali muncul dari balik rak itu dengan membawa sesuatu di tangannya. Sebuah kertas yang telah lusuh seperti bekas di remas-remas oleh seseorang.
"Suster Naya!"
"I-iya dokter Hesa?" Naya tampak takut-takut mengangkat kepalanya untuk menatap Hesa.
"Apa ini resep dari dokter Hana?" Hesa mengangkat kertas lusuh itu dan memperlihatkannya kepada semua yang ada di sana.
"Benar dokter, itu tulisan tangan saya" Naya senang karena akhirnya resep itu di temukan.
"Jadi siapa yang sengaja membuang resep ini ke tempat sampah?" Hesa menatap wanita dari bagian farmasi tadi yang kini menunduk dengan dalam karena ketakutan.
Dokter Danu yang sempat menyalahkan Naya tadi juga tampak tak berkutik.
"Saya beri kesempatan untuk mengatakan yang sejujurnya atau saya akan bertindak tegas!!" Ancaman Hesa itu berhasil membuat semua terdiam.
"Mungkin ada yang tidak tau kalau resep itu dari saya dok, jadi tak sengaja terbuang" Ucap Hana mencoba menengahi.
"Saya hanya memberikan kesempatan untuk mengakui perbuatannya, bukan pembelaan!!" Jawab Hesa telak sambil menatap ke seluruh petugas di bagian farmasi itu.
" D-dokter, s-sebenarnya..."