Naya yang tak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarganya harus mengalami malam kelam bersama dokter Mahesa, dokter bedah syaraf sekaligus direktur rumah sakit tempatnya bekerja sebagai seorang perawat.
Naya yang sadar akan dirinya yang hanya orang dari kelas bawah selalu berusaha menolak ajakan dokter Hesa untuk menikah.
Namun apa jadinya jika benih dari dokter tampan itu tumbuh di rahimnya, apakah Naya akan tetap menolak?
Tapi kalau mereka menikah, Naya takut jika pernikahan hanya akan membawa derita karena pernikahan mereka tanpa di landasi dengan cinta.
Namun bagaimana jadinya jika dokter yang terlihat dingin di luar sana justru selalu memperlakukan Naya dengan manis setelah pernikahan mereka?
Apakah Naya akhirnya akan jatuh cinta pada suaminya itu?
Follow ig otor @ekaadhamasanti_santi.santi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa dia?
Hari berikutnya, Naya merasa ada yang aneh di bangsalnya. Biasanya saat ada dirinya di sana, pasti omongan tak sedap selalu ia dengar dari rekan-rekannya.
Tapi hari ini tampak berbeda, semuanya hanya diam dan fokus pada pekerjannya masing-masing. Bahkan ada beberapa yang sejak tadi terus mengajak Naya bicara lebih dulu.
Sedangkan Rika, wanita yang selalu mencibirnya itu tak terlihat di sana.
"Ini jadwal baru kamu ya suster Naya" Suster Sita memberikan jadwal milik Naya juga untuk lainnya.
"Terimakasih suster"
Naya memperhatikan jadwal barunya itu. Terlihat di sana dia hanya mendapatkan shift pagi dan siang saja. Naya juga tidak melihat Nama Rika dan juga Lia tidak ada di sana.
"Suster Rika dan suster Lia kemana? Kenapa dia nggak ada di sini? Mereka keluar apa pindah bangsal?"
"Suter Sita, ini?"
Sita hanya mengangguk dengan senyuman saja. Naya pun bisa menebak kalau itu semua pasti ada campur tangan dari suaminya.
"Selamat pagi suster, saya mau minta rekam medis pasien yang operasi hari ini dong. Sekalian antar saya ke ruangannya ya?"
Cukup lama Naya melamun, tiba-tiba ia di kejutkan dengan kedatangan seseorang di sana.
"Baik dokter, ini rekam medisnya. Mari saya antar ke ruangannya" Sita memberikan rekam medis yang ada di tangannya.
"Kalau saya minta di antar sama suster Naya aja boleh nggak?" Hana menatap ke arah Naya.
"Suster Naya?" Sita langsung menatap Naya. Mengingat siapa Naya saat ini, Sita tentu saja tidak berani lagi meminta Naya melakukan apapun.
"Tentu saja dokter, mari saya antar" Naya mengulas senyumnya. Berada di sisi dokter saat visit tentu saja sudah menjadi kewajibannya. Dia tidak akan menolak permintaan Hana itu.
"Terimakasih suster" Hana pun tak mau kalah, dia memberikan senyuman yang merekah di bibir merahnya itu.
Naya berjalan satu langkah di belakang Hana. Di posisinya saat ini, Naya bisa melihat betapa sempurnanya sosok Hana. Wanita cantik dengan tubuh yang tinggi dan langsing. Kulit seputih susu dan juga rambut yang panjang dan lebat. Di tambah lagi karirnya sebagai seorang dokter membuat sosok Hana begitu sempurna.
Naya sendiri memiliki tubuh yang bagus meski tak setinggi Hana. Dia juga memiliki kulit yang putih dan bersih namun bukan putih susu seperti Hana. Naya juga cantik dengan wajah teduhnya meski tak memakai banyak riasan seperti Hana. Tapi Naya merasa tak percaya diri jika berdiri di samping Hana.
Apalagi Hana sudah tau tentang pernikahannya dengan Hesa. Naya malu karena merasa tak sebanding dengan Hesa. Sosok seperti Hesa harusnya mendapatkan istri seperti Hana yang sempurna.
"Sebelah sini dokter"
Hana pun mengikuti Naya masuk ke kamar pasien.
"Emm, suster Naya. Tolong nanti catat apapun yang saya ucapkan ya?"
"Baik dokter" Jawab Naya.
Hana pun mulai memeriksa satu per satu pasiennya dengan Naya yang selalu ada di sampingnya untuk mencatat apapun yang diinginkan Hana.
Namun aneh saja, biasanya dokter anastesi tidak meminta bantuan pada Naya untuk mencatat apa saja obat yang di perlukan saat operasi nanti.
Tapi Hana kembali meminta Naya untuk menuliskan saja semuanya dan dia akan memeriksanya kembali.
Hana yang hanya seorang perawat di sana tentu saja menuruti apa yang Hana katakan dengan mencoba untuk mendengarkan dengan benar apa kata Hana.
"Terimakasih suster Naya karena sudah membantu saya"
"Ini memang tugas saya dokter"
"Oh ya, tolong kirimkan yang suster Naya catat tadi ke bagian farmasi ya? Minta tolong juga pada bagian farmasi untuk mengantarkan obatnya ke ruangan saya dulu, nanti biar saya periksa sebelum operasi"
"Baik dokter. Saya permisi"
Naya pun segera membawa resep obat yang akan di gunakan Hana untuk operasi nanti ke bagian Farmasi. Dia juga menyampaikan apa yang Hana minta kepadanya.
Sementara itu, pria yang berstatus sebagai suami Naya sedang kedatangan seseorang di ruangannya.
"Sekali lagi selamat buat pernikahan lo Sa. Gue ikut seneng akhirnya lo nyusul gue juga. Gue juga seneng kalau anak gue lahir bakalan langsung dapat temen. Semoga anak kita bisa jadi sahabat kaya kita" Ucap sahabat Hesa satu-satunya. Dia adalah Fendi, suami dokter monic.
"Thanks Fen. Gue juga nggak nyangka bakalan langsung dapat istri dan anak kaya gini"
"Tapi lo belum kenal betul istri lo itu kan Sa?" Fendi khawatir kalau sahabatnya mendapatkan wanita yang salah. Pasalnya dia tau kalau Hesa adalah pria yang tidak pernah bermain perempuan. Anak yang baik dan juga Kakak yang baik di mata keluarganya.
"Dulu gue pernah ketemu beberapa kali waktu dia masih SMA karena dia teman Gisel. Tapi gue lupa sama dia, dulu juga dia cuma sapa doang nggak yang ngobrol gitu makanya gue lupa sama dia. Tapi dia itu wanita yang baik Fen. Makanya gue merasa bersalah banget sama. Jadi gimanapun caranya gue harus ketemu sama orang yang jebak gue itu!"
Dengan menemukan orang itu, Hesa merasa rasa bersalahnya pada Naya bisa sedikit berkurang. Meski Naya benar-benar percaya kalau dirinya memang si jebak, tapi Hesa akan membuktikan sendiri kalau saat itu menang dia berada di bawah pengaruh obat yang diberikan oleh orang lain.
"Itu dia maksud kedatangan gue ke sini. Akhirnya gue bisa menemukan orang mencurigakan yang saat itu bertugas di ballroom itu. Tapi dia menghilang begitu saja di tengah acara. Makanya gue targetkan dia sebagai orang yang patut kita curigai"
"Lo serius?"
"Hmm" Angguk pria yang berprofesi sebagai seorang pengacara itu. Dengan profesinya sebagai seorang pengacara, tentunya dia punya banyak koneksi orang-orang yang berprofesi sebagai penyidik atau pun detektif.
"Gue sudah melihat satu persatu cctv di sekitar hotel dengan detail. Gue juga udah meminta keterangan setiap karyawan yang saat itu bertugas, tapi mereka nggak ada yang kenal orang itu. Dari informasi yang gue dapat tentang identitasnya, dia wanita berusia dua puluh lima tahun dan bersalah dari desa. Gue udah kirim orang ke sana, tapi katanya wanita ini udah nggak pernah pulang kampung setelah dia lulus SMA karena kerja di Jakarta"
"Jadi?"
"Sekarang fokus gue cari wanita itu di Jakarta dan sekitarnya. Gue yakin orang itu hanyalah kaki tangan dari pelaku sebenarnya"
"Lo bener Fen, mana mungkin dia bekerja sendiri sedangkan dia nggak ada sangkut pautnya sama gue. Dan gue yakin sekarang dia menghilang pasti di lindungi sama orang itu"
"Lo bener Sa!"
"Tapi siapa dia?" Hesa memijit pelipisnya yang mendadak terasa pusing karena mengingat kejadian itu.
tapi pasti mamas dokter bisa bungkam mulut mereka.
👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
Tapi itulaa n̈amanya pengikat kasih sayang ♥️♥️♥️♥️♥️