Sila, Susilawati 25 tahun ibu dari seorang putri kecil dan istri dari seorang pengusaha mapan bernama Hadi Tama 28 tahun. Keluarga kecilnya yang bahagia hancur ketika dirinya di jebak hingga tanpa sadar dia ditemukan oleh sang suami dalam keadaan tidak pantas di sebuah kamar hotel hingga sang suami menceraikan nya dan mengambil hak asuh atas anaknya. Siapa yang menjebaknya? dan siapa yang pria yang bersamanya malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KYKB 13
"Sila, kalau kamu mau pergi ke kantor mantan suami mu, pergilah, nanti aku yang akan gantikan kamu!" ucap Prita yang menawarkan bantuannya padaku.
Aku tersenyum senang, Prita memang baik dia bahkan hanya mengambil waktu istirahatnya lima belas menit untuk makan siang.
Aku langsung menggenggam tangan Prita dan berterima kasih padanya.
"Prita, terimakasih ya. Terimakasih banyak, aku pasti akan segera kembali ketika sudah mendapatkan alamat mas Hadi yang baru agar aku bisa bertemu dengan Mika!" ucap ku yang langsung keluar dari dalam butik.
Aku hanya memakai sweater untuk menutupi seragam butik yang masih aku pakai. Prita yang menyarankannya padaku, agar kalau terjadi hal yang tidak di inginkan maka nama butik Golden ini tidak akan terbawa dalam masalah itu. Meskipun aku sebenarnya berharap tidak akan terjadi hal yang tidak-tidak juga.
Aku menghentikan sebuah taksi yang kebetulan saja lewat. Dan ketika taksi itu berhenti, aku langsung masuk ke dalamnya lalu menyampaikan tujuan ku pada supir taksi yang bertanya.
Di dalam perjalanan aku sudah sangat tidak sabar untuk bertemu mas Hadi. Aku berharap kemarahannya terhadap ku sekarang sudah sedikit mereda agar aku bisa bicara baik-baik padanya.
Beberapa menit kemudian aku sudah tiba di depan kantor dimana mas Hadi bekerja sebagai manager.
Langkah kakiku semakin cepat, karena aku ingin segera bertemu mas Hadi, lalu bertanya padanya dimana rumahnya sekarang karena aku sudah tidak sabar sekali ingin bertemu dengan Mika. Aku sangat merindukan senyum dan suara putri kecilku itu. Bagaimana tidak, biasanya aku selalu memeluknya saat tidur tapi sekarang sudah tidak pernah lagi, dan itu membuatku sulit untuk bisa tidur. Makan pun rasanya tidak enak karena selalu teringat pada suara manis Mika.
Pintu lift terbuka, dan aku sudah tiba di lantai 6 dimana kantor mas Hadi berada. Mas Hadi bekerja di salah satu perusahaan yang menyediakan berbagai jenis peralatan yang bisa di custom dalam jumlah banyak. Aku melangkah perlahan ke ruangannya, beberapa orang terlihat sudah tidak berada di meja kerja mereka karena memang sudah masuk jam istirahat.
Aku bertemu dengan salah seorang karyawan mas Hadi yang aku kenal.
"Mas Andri, mas Hadi masih ada di ruangannya tidak ya?" tanya ku dengan cepat karena mas Andri sepertinya juga sedang terburu-buru. Terlihat dari langkahnya yang cepat.
"Eh mbak Sila, itu Hadi masih ada di ruangannya. Karena masih menunggu klien penting yang akan datang!" jawab mas Andri dengan cepat pula.
"Oh ya, makasih mas!" ucap ku lalu kembali berjalan ke arah ruangan mas Hadi.
Namun langkahku terhenti ketika aku mendengar suara seorang wanita dari arah dalam ruangan mas Hadi.
"Kamu kan sudah ceraikan dia mas, lalu apalagi yang kamu tunggu untuk menikahi ku!"
Deg
Apa maksudnya, siapa perempuan yang ada di dalam ruangan mas Hadi itu. Sudah menceraikan dan apalagi yang dia tunggu untuk menikahi perempuan itu, maksudnya bagaimana. Apa memang dari awal mas Hadi memang berniat menceraikan aku.
Aku memegang dadaku yang terasa sangat tidak nyaman dengan kuat. Aku masih berdiri di depan pintu, tangan ku tak kuasa memegang handel pintu itu.
"Iya sayang, aku memang sudah menceraikan nya tapi apa kata orang kalau baru beberapa hari bercerai aku sudah menikah dengan mu?"
Dan itu adalah suara mas Hadi. Itu suara mas Hadi...
Air mataku menetes dengan sendirinya.
"Lagian kamu ngapain sih bertahan sama perempuan itu begitu lama, aku sudah menunggu mu setahun loh mas, setahun itu gak sebentar. Kamu dulu bilang kalau kalian punya perjanjian pra nikah makanya kamu gak mau menuntut cerai duluan karena akan kehilangan semua harta kamu, sampai kamu menjebak mantan istrimu itu. Kita sudah keluar modal banyak, untung kakak ku bekerja di hotel itu dan membantu kita, jika tidak kita harus keluar modal lebih banyak lagi kan...!"
Jeger
Rasanya nafasku tercekat, jadi ternyata orang yang telah menjebak ku adalah suamiku sendiri. Dia yang sudah membuat istrinya tidur dengan pria lain.
Air mataku mengalir semakin deras.
'Ternyaga kamu lah yang mengkhianati aku mas, kenapa mas... hiks!' aku bahkan menangis di dalam hati juga.
Tangan dan kaki ku gemetar, mas Hadi yang telah menjebak ku, suamiku sendiri. Entah keberanian darimana aku membuka pintu ruangan mas Hadi.
"Sila!" ucap mas Hadi ketika melihat ku membuka pintu dan langsung melangkah masuk mendekatinya.
Dengan air mata yang membanjiri wajahku aku terus menatap ke arah pria uang sudah menikah dengan ku selama lima tahun itu, pria yang selalu bersikap baik dan lembut padaku. Pria yang tidak pernah protes meski masakan yang aku hidangkan untuknya terkadang rasanya terlalu asin atau bahkan tidak ada rasanya sekali pun. Pria yang setiap kali aku lembur di kantor dia yang merawat dan menjaga Mika.
Aku masih mencari di mata mas Hadi, kebenaran atas ucapannya barusan kalau dia lah yang menjebak ku.
Padahal setiap pagi sebelum berangkat bekerja dia selalu mengatakan kalau dia mencintaiku, tapi perempuan itu tadi bilang sudah setahun menunggunya menceraikan aku. Bagaimana bisa aku tidak merasakan sama sekali pengkhianatan suami ku ini. Apa aku yang terlalu buta, atau mantan suamiku ini memang sangat pandai bersandiwara.
"Mas... apa yang aku dengar tadi tidak benar kan? tidak benar kan mas?" tanya ku pada mas Hadi. Aku masih berusaha untuk tidak mempercayai apa yang aku dengar tadi.
Mas Hadi terlihat diam dan matanya juga berkaca-kaca. Aku tahu, dia tidak akan setega itu. Tapi saat mas Hadi akan membuka mulutnya, perempuan yang berada di sampingnya langsung berdiri di depannya membelakangi mas Hadi dan menghadap ke arah ku dengan tatapan tajam.
"Bagus kamu sudah mendengarnya, semua yang kamu dengar tadi benar. Mas Hadi dan aku memang sudah menjalin hubungan selama satu tahun ini, sekarang kamu juga kan bukan siapa-siapa nya lagi...!"
"Aku tidak bertanya padamu, perempuan jahat!" entah dapat keberanian dari mana aku mendorong wanita itu.
"Heh, beraninya kamu!" protes wanita itu.
Dan ketika dia akan mencoba maju dan balas mendorongku, mas Hadi menahan nya. Mas Hadi memegang kedua lengan perempuan itu dan merangkulnya. Hatiku sakit sekali melihatnya, rasanya marah, tidak terima, aku tidak suka melihat mas Hadi menyentuh wanita lain di depanku. Tapi apa yang bisa aku lakukan, dia bukan lagi suami ku. Tapi aku benar-benar tidak bisa terima, aku masih tidak rela.
"Sila, pergilah. Kita sudah tidak punya hubungan lagi! sebaiknya kamu pergi!" ucap mas Hadi membuatku merasa kalau aku memang sudah tidak ada artinya lagi baginya.
***
Bersambung...
jangan terpuruk dan harus move on...
💪💪💪 sila.