Adrian adalah seorang pemuda yang tanpa sengaja mendapatkan kekuatan mata yang super hebat. Selain dapat menembus setiap benda, mata itu juga memberikan Adrian kemampuan medis legendaris dan juga bela diri kuno.
Seketika nasib Adrian berubah dan banyak di sukai oleh para wanita cantik.
Sekilas cahaya keemasan terlintas di mata Adrian.
"Apa ini, mataku mampu menembus pakaiannya," ucap adrian.
Bagaimana kelanjutannya bisa langsung di baca di novel ini ya !!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 27 TIDUR SATU RANJANG
Seketika saja Leo juga semakin ketakutan, bahkan kakinya juga sampai bergetar hebat.
Orang-orang yang telah selesai menghajar Randi juga mulai mengerumuni Leo seolah hendak memakannya. Jika Leo menolak untuk menepati taruhannya maka mereka semua bersiap untuk menghajarnya.
Leo tidak ada pilihan lain dan tidak berani untuk menolak. Seketika Leo langsung berlutut merangkak dan menggonggong layaknya seekor anjing.
Kejadian itu benar-benar sangat memalukan dan bahkan sampai ada yang merekamnya menggunakan ponsel.
Setelah selesai dengan urusan Randi dan Leo orang-orang kembali mengerumuni Adrian dengan tujuan untuk membeli giok darah miliknya.
"Master Adrian, perusahaan kami bersedia membeli giok darah anda dengan harga 110 milyar," ujar salah seorang sambil mengangkat tangannya.
"Perusahaan perhiasan Gunawan grup rela membayar 120 milyar, tolong berikan kepada kami," ujar orang yang lain tidak mau kalah.
Orang-orang terus menawar dengan harga yang tinggi dan saling berebutan. Bahkan ada di antara mereka yang sampai beradu fisik dan membuat kericuhan di sana.
Giok darah juga merupakan salah satu barang yang tidak ternilai. Selain itu giok darah akan membuat nama baik yang sangat besar bagi sebuah perusahaan. Hal itu yang membuat semua orang ingin sekali mendapatkannya.
"Ini... aku akan kaya," pikir Adrian.
Namun tiba-tiba saja dari belakang Adrian ada seseorang yang merangkul tangannya dengan sangat erat. Bahkan orang itu juga sengaja menempelkan pergelangan tangan Adrian di dadanya.
"Adrian aku juga mau," ujar orang itu yang ternyata adalah Vanesa.
Terlihat wajah dan mata Vanesa yang penuh harap meminta Adrian untuk memberikan giok darah itu kepadanya.
"Eh, bagaimana ini," ujar Adrian sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Batu giok darah ini dapat menghasilkan uang yang begitu banyak, tapi Vanesa juga menginginkan nya.
"Adrian berikan kepadaku," Vanesa memohon sambil memeluk tubuh Adrian.
Seketika Adrian juga luluh di buat oleh Vanesa.
"Baiklah tidak masalah," ujar Adrian kepada Vanesa.
Adrian berpikir masih banyak cara untuk mendapatkan uang lagi. Di tambah lagi rayuan Vanesa ini benar-benar membuatnya tidak bisa menolaknya.
"Semuanya jangan ribut lagi, aku tidak akan menjual giok darah ini," teriak Adrian kenapa semua orang.
Seketika orang-orang juga mulai berhenti berebut dan kembali tenang.
"Aku ingin memberikannya kepada Vanesa," ujar Adrian.
"Wah kalau begitu kami juga tidak bisa berbuat apa-apa," sahut salah seorang di sana.
"Nona Vanesa pasti sangat berharga di mata master Ardian, jika tidak mana mungkin giok yang sangat berharga akan di berikan begitu saja," ujar orang yang lain.
"Eh..." tampak wajah Vanesa memerah karena tersipu malu.
"Adrian terima kasih," ujar Vanesa.
Berita mengenai kemunculan giok darah ini juga menarik perhatian orang dari mana saja. Siapapun yang memiliki giok darah tentu akan membawa nama baik di dalam perusahaannya. Dengan kata lain perusahaan itu tentu akan berkembang dengan sangat cepat.
Alhasil banyak selentingan yang beredar bahwa ada sebagian orang yang mengincar giok darah milik Vanesa ini.
Vanesa juga mendengar berita selentingan ini sehingga membuat hatinya mulai merasa was-was.
Di tambah lagi malam ini Vanesa masih harus menginap di ibukota dan besok baru kembali. Hal itu semakin membuatnya tidak tenang.
Kini Vanesa dan Adrian sudan berada di tempat hotel mereka menginap.
"Adrian apa kamu juga mendengar kabar bahwa ada sekelompok orang yang mengincar giok darah ini?" tanya Vanesa berdiri di depan pintu kamarnya.
Kamar tempat Vanesa tidur bersebrangan dengan kamar Adrian.
"Ya, aku juga mendengarnya, kenapa apa kamu takut?" tanya Adrian balik.
"Tentu saja, giok ini sangat berharga, keluarga Setiawan pasti bisa makin berkembang kedepannya," jawab Vanesa.
"Apa kamu mau aku menemanimu malam ini?" tanya Adrian.
Adrian sengaja mengatakan itu untuk memancing Vanesa. ini adalah kesempatan bagus yang jarang dia dapatkan.
"Menemaniku...?" ulang Vanesa.
Vanesa langsung membayangkan Adrian menemaninya dan tidur di ranjang yang sama dengannya. Hal itu membuat pipi Vanesa memerah karena malu.
"Em... aku rasa tidak perlu," jawab Vanesa.
"Okelah kalau begitu," ujar Adrian.
Adrian berbalik badan dan membuka pintu kamarnya dan seketika Vanesa langsung menjadi panik.
"Adrian tunggu!" panggil Vanesa.
Seperti yang Adrian pikirkan, Vanesa kembali memanggilnya.
"Ada apa lagi?" tanya Adrian.
"Kamu... boleh menginap di kamarku malam ini," jawab Vanesa malu sambil menggigit bibirnya sendiri.
"Karena kamu yang meminta, maka aku tidak akan menolak," ujar Adrian langsung masuk ke kamar Vanesa.
Vanesa juga takut kehilangan giok darah yang sudah susah payah di dapatkan. Dengan adanya Adrian di sisinya tentu akan membuatnya merasa aman. Di tambah lagi Adrian sangat hebat dalam berkelahi.
Di dalam kamar hanya ada satu buah ranjang tempat tidur dan sebuah kursi kecil. Vanesa pergi mandi terlebih dahulu dan Adrian asik memainkan ponselnya sambil duduk di kursi.
Beberapa menit kemudian Vanesa keluar dari kamar mandi dengan menggunakan baju tidur berwarna putih yang membuatnya terlihat sangat mempesona.
Setelah itu Vanesa naik ke atas ranjang dan Adrian gantian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Beberapa menit kemudian Adrian juga telah selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk saja. Handuk itu tidak terlalu besar sehingga hanya menutupi bagian tubuh bawah Adrian saja.
Vanesa yang melihat tubuh Adrian ini langsung terdiam. Terlihat tubuh Adrian yang begitu bagus dengan perut sixpack dan atletis. Dada yang bidang membuat Vanesa tidak berkedip.
"Kenapa kamu melihat ku seperti itu?" tanya Adrian.
"Tidak ada," seketika Vanesa sadar dan langsung memalingkan wajahnya.
"Sialan, ternyata tubuh Adrian sebagus itu," pikir Vanesa.
"Adrian kamu tidur di lantai ya malam ini," ujar Vanesa.
"Di lantai dingin sekali, mana tidak ada tikar di sini, apa kamu tega," balas Adrian.
Vanesa hanya diam saja, sambil berpikir keras. Dia belum siap melakukan apapun bersama Adrian di tambah lagi hubungan mereka juga belum sejauh itu.
Namun Adrian telah memberikan giok darah yang sangat berharga kepadanya, sehingga Vanesa juga merasa tidak tega.
"Kamu boleh naik ke ranjang, tapi kamu harus berjanji, untuk menjaga jarak dan aku akan membatasinya dengan guling," ujar Vanesa.
"Kamu tenang saja," balas Adrian.
Adrian mulai naik ke atas ranjang dan sebuah guling membatasi tubuh mereka. Karena hari ini begitu lelah, tidak perlu waktu lama Vanesa juga sudah tertidur.
Setelah Vanesa tertidur Adrian melemparkan pembatas gulingnya ke lantai. Adrian mulai mendekati Vanesa yang sedang tertidur pulas bahkan sampai mendengkur.
"Ternyata kamu imut juga sewaktu tidur," ujar Adrian.
Adrian mengangkat kepala Vanesa perlahan dan meletakan nya di atas pundaknya. Adrian mulai memejamkan matanya dan bersiap untuk tidur.
Beberapa jam kemudian waktu menunjukkan pukul 1 dini hari. Adrian membuka matanya karena mendengar suara orang yang hendak membuka jendela kamar mereka. Suara itu sangat pelan namun telinga Adrian juga sangat peka.
Kamar mereka terletak di lantai dua hotel, sehingga sangat mungkin bagi orang untuk memanjat dan mencoba masuk dari jendela luar kamar.
Adrian segera bangun dari tempat tidurnya dan berdiri di balik jendela kamar. Tidak lama jendela kamar juga telah terbuka dan seorang pria dengan menggunakan topeng mulai masuk ke dalam kamar.
"Buk," sebuah pukulan dari Adrian langsung membuat pria itu terkejut.
Pukulan Adrian begitu keras dan langsung mengincar uluh hati dari pria itu. Seketika pria itu merasakan sakit yang luar biasa dan seolah matanya mau copot.
Pria itu langsung pingsan tanpa ada suara apapun. Adrian langsung melemparkan tubuh pria itu keluar dari jendela.
"Brak," tubuh pria itu jatuh ke jalanan dengan keras.