FOLLOW IG AUTHOR 👉@author Three ono
Yang gak kuat skip aja!! Bukan novel tentang poligami ya, tenang saja.
Pernikahan sejatinya terjadi antara dua insan yang saling mencinta. Lalu bagaimana jika pernikahan karena dijodohkan, apa mereka juga saling mencintai. Bertemu saja belum pernah apalagi saling mencintai.
Bagaimana nasib pernikahan karena sebuah perjodohan berakhir?
Mahira yang biasa disapa Rara, terpaksa menerima perjodohan yang direncanakan almarhum kakeknya bersama temannya semasa muda.
Menerima takdir yang sang pencipta berikan untuknya adalah pilihan yang ia ambil. Meski menikah dengan lelaki yang tidak ia kenal bahkan belum pernah bertemu sebelumnya.
Namun, Rara ikhlas dengan garis hidup yang sudah ditentukan untuknya. Berharap pernikahan itu membawanya dalam kebahagiaan tidak kalah seperti pernikahan yang didasari saling mencintai.
Bagaimana dengan Revano, apa dia juga menerima perjodohan itu dan menjadi suami yang baik untuk Rara atau justru sebaliknya.
Tidak sa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Ono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Ibu dan Anak Sama
°°°
Di tempat lain, Febby mengamuk melempar apa saja yang ada di kamarnya. Kekesalannya sudah membuncah di titik tertinggi pada Revan dan istrinya. Padahal dia sudah membayangkan akan pergi berbelanja bersama sang kekasih tapi ternyata di kampus tadi dia sudah ditinggal oleh Revan.
"Sayang, ada apa? Kenapa kamu melempar semua barang-barang mahalmu." Sang mamah yang mendengar keributan di kamar putrinya pun segera mengeceknya.
"Revan Mah, aku tadi di tinggal saat pulang tadi," rengek Febby pada mamahnya.
"Bagaimana bisa putri mamah yang cantik ini diperlakukan seperti itu, biar nanti mamah beri dia pelajaran. Kau tenanglah, tidak boleh marah-marah seperti ini nanti kulitmu berkerut kalau marah-marah terus." Mamah Wina menuntun putrinya untuk duduk dan menenangkan diri.
"Bagaimana aku bisa tenang Mah, wanita itu semakin hari membuat aku kesal dan Revan juga sudah mulai bersimpati pada istrinya itu." Masih dengan nada yang kesal.
"Kau tidak bisa melawannya dengan emosi sayang," ujar mamah tersenyum menyeringai.
"Maksud mamah?" Febby tidak paham dengan ucapan mamahnya.
"Kau itu cantik tapi tidak smart, padahal mamahmu ini sangat smart. Kau harus belajar dari mamah, bagaimana dulu mamah merebut ayah tirimu dari istrinya," ujar mamah Wina membanggakan diri
"Katakan apa yang harus aku lakukan mah?" Febby tidak sabar mendengar rencana mamahnya.
"Kau itu harus terlihat tertekan dan menderita di depan Revan, mamah sudah pernah bilang kan jika pria itu gampang luluh pada wanita yang lemah lembut. Kau tidak boleh menunjukkan emosimu, kita harus menggunakan cara yang cantik untuk menyingkirkan wanita itu." Mamah Wina mulai menjelaskan rencananya.
Febby tampak memikirkan apa yang mamahnya katakan, memang benar dulu saat baru mulai mengejar Revan ia mengikuti saran mamahnya dan berhasil. Kali ini ia juga akan mendengarkan mamahnya lagi.
Kedua wanita ibu dan anak itu mengangkat sudut bibirnya, tersenyum menyeringai. Mamah Wina tentu mendukung tindakan putrinya untuk merebut Revan dari istrinya karena ia juga yang menyarankan jika Febby terima saja saat kakeknya Revan menjodohkannya dengan wanita lain, agar tidak kehilangan harta warisan kakeknya.
Mamah Wina terobsesi pada pria kaya karena dulu ia juga mendapatkan suami yang kaya meski harus merebut suami temannya sendiri. Kali ini ia juga menginginkan menantu yang lebih kaya untuk putrinya.
,,,
Sepasang suami istri itu sudah sampai di kediamannya.
"Biar aku yang bawakan," ujar Revan pada istrinya yang akan mengambil barang belanjaan di kursi belakang.
"Terimakasih."
Rara berjalan di belakang suaminya memasuki rumah.
"Assalamualaikum kek," ujar Revan saat melihat kakeknya yang sedang duduk di ruang tamu.
"Wa'alaikumsalam, kalian sudah pulang."
Kakek melihat wajah cucu dan cucu menantunya, dari wajah mereka terlihat jika semuanya berjalan dengan baik.
"Iya kek," jawab Revan seraya menyalami tangan sang kakek, begitu juga dengan istrinya.
"Kami ke kamar dulu kek." Revan sudah ingin mandi, badannya yang lengket membuat ia tak nyaman.
"Kau juga nak, masuklah ke kamarmu beristirahat," ujar kakek yang melihat Rara diam saja.
"Tidak kek, aku akan membuat makan malam dulu." Sudah terlalu sore, bisa telat jika harus membersihkan tubuh dulu pikir Rara
"Kau beristirahatlah dulu, pasti lelah setelah pergi seharian."
"Benar kata kakek, mandilah dulu pasti kau juga lelah. Tidak usah memikirkan makan malam, biar bi Mur yang mengurusnya."
Revan setuju dengan ucapan kakeknya lalu mengajak sang istri beristirahat dan membersihkan diri.
Kakek Tio juga memberikan isyarat pada Rara lewat matanya,untuk mengikuti suaminya.
"Sana uruslah suamimu."
"Baik kek, aku ke kamar dulu." Rara pun menurut.
Revan sudah masuk dalam kamar mandi. Rara pun segera mengambilkan baju untuk suaminya itu dan meletakkannya di kasur. Lalu ia melihat belanjaan yang tergeletak di sofa dan membukanya satu persatu.
Rara mengambil satu gaun yang sangat indah pilihan suaminya tadi dan tentunya harganya juga mahal, gaun pendek selutut, berwarna merah muda dan motif bunga bertebaran di atas gaun itu. Bukan gamis yang seperti ia pakai untuk sehari-hari, awalnya ia pikir suaminya membelikan gaun itu untuk kekasihnya tapi tidak menyangka jika gaun cantik itu untuk dirinya.
"Ini sangat cantik," gumam Rara seraya menempelkan gaun itu pada tubuhnya yang masih terbalut pakaian lengkap saat ini.
"Aku ingin melihatmu memakai gaun itu tapi hanya boleh di depanku." Suara bariton milik Revan sangat mengejutkan Rara yang sedang mencoba pakaiannya.
Rara segera mengalihkan pandangannya karena ternyata suaminya hanya memakai handuk kecil dan mengekspos tubuh bagian atasnya yang terpahat sempurna. Pipinya memerah dan dadanya berdegup kencang, dia belum terbiasa dengan pemandangan itu sekaligus dengan apa yang Revan katakan tadi.
Revan yang menyadari jika istrinya itu malu melihatnya pun segera memakai pakaiannya.
"Kau juga harus membersihkan dirimu, aku akan ke ruang belajarku," ujarnya kemudian setelah ia selesai memakai baju.
Rara menutupi wajahnya dengan gaun masih ia pegang.
"Kenapa aku masih saja berdebar saat melihat kak Revan tidak memakai pakaian, padahal hampir setiap hari aku melihatnya. Aaa... aku malu sekali," gumamnya.
Pandangannya beralih pada gaun itu lagi dan teringat ucapan suaminya yang ingin melihat ia memakainya. Dipeluknya gaun itu dengan perasaan yang tidak bisa ia lukiskan, baru kali ini ia merasa berdebar dan malu bersamaan.
Perasaan apa ini, apa aku harus tanyakan pada Mbak Luna. Dia pasti tau kan apa artinya ini, pikirnya.
,,,
Di ruang belajar, saat ini Revan pun sedang melamun kan apa yang tadi ia ucapkan pada istrinya. Tidak tau pemikiran dari mana sehingga di mall tadi ia membeli gaun itu untuk sang istri dan berpikir ingin melihatnya memakai gaun itu. Padahal ia tau jika istrinya itu kesehariannya memakai gamis dan kerudung.
Tidak ada salahnya kan jika memakainya hanya di depan suami sendiri.
Revan mengacak rambutnya sendiri, baru kali ini ada wanita yang membuatnya berpikiran yang tidak-tidak.
"Apa aku sudah gila, sejak kapan aku jadi tertarik mengatur pakaian perempuan."
Monolog Revan pada dirinya sendiri.
Di mall tadi memang dialah yang lebih banyak memilihkan barang-barang untuk sang istri. Kebanyakan laki-laki pasti bosan dan tidak menyukai mengantar pasangannya berbelanja tapi Revan sangat menikmati berbelanja bersama Rara tadi. Mungkin karena istrinya juga yang terlalu menurut saat Revan memilihkan apa saja untuknya.
Tiba-tiba ponselnya berdering dan membuyarkan segala lamunannya. Ternyata Febby yang menghubunginya.
"Febby... sepertinya aku harus mengambil keputusan agar semuanya tidak semakin rumit nantinya."
Saat ini Revan sedang menyesal karena ia masih mempertahankan hubungannya dengan wanita lain, sedangkan ia sudah beristri. Perjodohan ternyata tidak semenderita yang ia bayangkan, tapi sebaliknya ia merasa bersyukur dan bahagia dengan perjodohan yang dilakukan kakeknya. Terutama karena ia jadi memiliki istri seperti Rara berkat kakeknya.
Awalnya ia pikir wanita yang akan di jodohkan dengannya adalah gadis desa yang membosankan, tidak tau apa-apa dan hanya menginginkan uang saja. Akan tetapi siapa sangka jika Rara mampu membuat ia nyaman dan membuat kakeknya juga merasakan kehangatan sebuah keluarga kembali.
to be continue...
°°°
...Yuk tinggalkan jejak. Jangan lupa favoritkan juga....
...Salam goyang jempol dari author halu yang hobinya rebahan....
...Like, komen, bintang lima jangan lupa yaa.....
...Sehat selalu pembacaku tersayang....