Kalandra terpaksa menerima perjodohannya itu. Padahal dia akan dijodohkan dengan perempuan yang sedang hamil lima bulan.
Saat akan melangsungkan pernikahannya, Kalandra malah bertemu dengan Anin, perempuan yang sedang hamil, dan dia adalah wanita yang akan dijodohkan dengannya. Ternyata Anin kabur dari rumahnya untuk menghindari pernikahannya dengan Kalandra. Anin tidak mau melibatkan orang yang tidak bersalah, harusnya yang menikahinya itu Vino, kekasihnya yang menghamili Anin, akan tetapi Vino kabur entah ke mana.
Tak disangka kaburnya Anin, malah membawa dirinya pada Kalandra.
Mereka akhirnya terpaksa menikah, meski tanpa cinta. Apalagi Kalandra masih sangat mencintai mantan kekasihnya. Akankah rumah tangga mereka baik-baik saja, ketika masa lalu mereka mengusik bahtera rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Satu
Sudah hampir petang Kala dan Anin sampai di rumah, Anin menggendong Dava turun dari mobilnya, begitu juga Kala, wajah Kala masih agak kesal dengan Anin.
"Bisa-bisanya memberikan nomor telepon pada laki-laki lain, maksudnya apa coba?" ucap Kala lirih sambil menatap Anin yang berlalu masuk terlebih dahulu ke dalam rumah.
"Anin!" panggil Kala saat Anin akan masuk ke dalam kamar.
"Iya, Kala. Ada apa?" tanya Anin.
"Bisa bicara sebentar?" tanya Kala.
"Aku mandi dulu, sekalian mengompres badan Dava," ucap Anin.
"Oke aku tunggu di ruang tamu." ucapnya.
Anin segera masuk ke kamarnya, dia merasa sangat puas melihat Kala yang mukanya kusut seperti memendam rasa marah.
"Baru aku ngasih nomor telepon pada pria, udah seperti itu, apalagi aku balik ke Vino, egois sekali kamu, Kala?" gumam Anin salam hati.
Anin segera membersihkan diri, dan mengompres badan Dava biar tidak lengket, setelah selesai, dia ke belakang, memberikan Dava pada Bi Imah, karena Kala ingin mengajaknya berbicara.
"Ada apa, Kala. Kamu ingin mengajak bicara aku apa?" tanya Anin sambil duduk di samping Kala.
"Kamu dari tadi tidak mandi, Kala?" tanya Anin lagi.
"Gak ada mood untuk mandi!" tukasnya.
"Kenapa?" tanya Anin
"Siapa Bima?" tanya Kala dengan nada agak tinggi.
"Bima? Dia sahabatku saat SMA dan kuliah, sahabat Vino juga," jawab Anin santai. "Kenapa?" tanya Anin lagi.
"Untuk apa memberikan nomor kamu pada dia?" tanya Kala, matanya memerah, sepertinya dia benar-benar marah sekali.
"Apa salahnya, aku memberikan pada sahabatku sendiri?" jawab Anin.
"Kamu sudah punya suami, Anin. Seharusnya kamu hargai aku. Jangan sembarangan memberikan nomor ponselmu pada laki-laki lain!" erang Kala.
"Maaf, iya aku salah, tapi dia sahabatku, Kala," ucap Anin.
"Iya tau, tapi dia laki-laki!" pekiknya.
"Kalau laki-laki kenapa? Cemburu? Kamu cemburu? Bisa cemburu denganku, hah? Katanya gak Cinta?" tanya Anin dengan sedikit marah.
Kala hanya terdiam dengan kata-kata Anin itu.
"Apa iya aku cemburu? Kalau cemburu berarti aku mulai suka dan cinta sama Anin. Tapi, aku belum bisa melupakan Sandra." gumam Kala.
"Jangan egois, Kala. Aku hanya memberikan nomor ponsel pada Bima, sahabatku. Bukan memberikan cinta. Apa aku pernah marah dengan kamu, perihal perlakuanmu kepadaku? Apa kamu tak pernah mengerti perasaanku, saat kamu bilang, hanya Sandra wanita yang berhak disentuhmu, dan kamu tak akan menyentuhku? Kamu tahu, rasanya ketika kamu membangunkan hasratku, dan tiba-tiba kamu menghentikannya? Tolong jangan menyalahkan aku!" Desah Anin dengan nada rendah namun menekan hingga mengena ke hati Kala.
"Tidak bisa menjawab kan?" tanya Anin. Dia menunggu Kala menjawab, tapi Kala hanya terdiam saja.
Anin masuk ke dalam, dia mengambil Dava yang di belakang, yang sedang bersama Bi Imah.
"Ayo sayang, maaf mamah lama, makasih ya, Bi?" ucap Anin sambil mengambil Dava dari gendongan Bi Imah.
Anin masuk ke dalam kamarnya, dia mengunci pintu kamarnya, dia sengaja, agar Kala tidak tidur di kamarnya, dia tidak mau di permainkan lagi hasratnya oleh Kala. Wanita mana yang tidak membuncah hasratnya, saat dia disentuh dan dibelai manja oleh suaminya. Dan, ketika akan melakukannya, suaminya selalu ingat mantan kekasihnya. Iya, Sandra, Kala memang belum bisa melupakan Sandra hingga saat ini.
Sementara Kala, dia hanya terdiam di kursi ruang tamu. Dia masih mencerna kata-kata Anin tadi. Memang dia juga salah dalam masalah ini.
"Iya, aku bodoh sekali, menyia-nyiakan Anin hanya demi masa laluku bersama Sandra. Maafkan aku Anin, aku yang egois. Maafkan aku." ucap Kala lirih.
***
Sementara di rumah Vino, dia masih tidak menyangka akan bertemu Anin lagi, padahal dia sengaja pindah ke kota yang sama dengan Anin untuk melupakan Anin dan menghapus jejaknya karena melarikan diri saat menghamilinya, sekarang malah bertemu dengan Anin.
"Anin, maafkan aku." gumam Vino.
Anya melihat suaminya sangat gelisah dari tadi, dia berkali-kali membolak-balikan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Kamu kenapa, Mas?" tanya Anya.
"Tidak apa-apa. Kamu belum tidur?" Tanya Vino.
"Belum. Kamu saja gelisah seperti itu, bolak-balik dari tadi, gimana aku bisa tidur?" ucap Anya.
"Nya, bisa kita bicara sebentar." ucap Vino.
"Mungkin ini saatnya aku hrus bicara dengan Anya yang sejujurnya, masalah dia marah, atau dia akan menceraikan ku, itu masalah belakangan, aku ingin jujur tentang semuanya, karena, ditutup-tutupi juga Anya akan tau, dia sudah meminta alamat lengkap Anin." gumam Vino dalam hati.
"Mau bicara apa, Mas? Sepertinya serius?" tanya Anya.
"Kita bicara di ruang tengah saja yuk." ajak Vino.
Mereka keluar dari kamar menuju ke ruang tamu. Anya berjalan mendahului suaminya.
"Nya, maafkan aku, aku laki-laki yang sangat berdosa sekali, sudah membohongimu selama ini." Vino terisak sambil berlutut di depan Anya.
"Mas, Mas kenapa seperti ini? Ada apa? Ceritakan, Mas." Anya panik melihat suaminya bersimpuh di depannya.
"Baik aku akan ceritakan, aku tak peduli setelah ini kamu akan meninggalkanku atau membuangaku, atau bahkan membenciku seumur hidupmu." ucap Vino dengan suara serak.
"Iya ceritakan, ada apa mas bisa seperti ini." ucap Anya.
"Kamu tahu Anin, wanita yang bertemu tadi seorang anak laki-laki?" tanya Vino.
"Iya, Mamahnya Dava yang sangat menggemaskan." ucap Anya.
"Nya, Anin sebenarnya, dia mantan kekasihku, dan anak itu, dia anak ku, Nya." ucap Kala. Hati Anya sangat hancur mendengarnya, bagai tersambar petir di siang hari, mendengar pengakuan Vino.
"Maksud mas?" tanya Anya dengan marah.
"Dulu, sebelum papah memintaku untuk menikah denganmu, aku mempunyai hubungan spesial dengan Anin, Ya, kami menjalin hubungan sejak lulus SMA, hingga sebelum menikah dengan mu. Kami lama bersama, dan akhirnya kami melakukan kesalahan besar hingga dia hamil. Aku bingung saat itu, permintaan papah terakhir adalah agar aku menikahimu, dan satu-satunya untuk mewujudkan impian papahku adalah aku pergi meninggalkan Anin dengan posisi dia hamil." Jelas Vino.
"Aku memang laki-laki yang hina, Nya. Tidak pantas dengan wanita sebaik kamu, maafkan aku, maafkan aku, ampuni aku, Anya. Jika kamu ingin aku pergi, jika kamu ingin bercerai dariku, aku akan terima semua keputusanmu. Maafkan aku." Vino masih bersimpuh di lutut Anya. Anya hanya terpaku dan menangis, dia sangat tidak percaya dengan masa lalu suaminya itu. Dia mengusap kepala Vino dengan lembut.
"Terima kasih, terima kasih mas sudah jujur denganku, mas sudah bilang semuanya kepadaku, sakit hati ini mendengarnya. Tapi, itu masa lalumu, semua orang memiliki masa lalu yang pahit. Mas, aku akan tetap di sisimu, aku akan tetap berada di sampingmu. Maafkan aku yang belum bisa sempurna menjadi istrimu. Belum bisa memberi keturunan untuk kamu." ucap Anya dengan suara parau dan lembut.
"Anya, aku tak pantas bersanding denganmu. Aku tidak pantas kamu maafkan," ucap Vino dengan terisak.
"Siapa bilang, bukankah Tuhan maha pemaaf? Sebesar apapun dosa yang di lakukan hambanya pasti akan mengampuninya. Mas, aku memaafkan mu, semoga dengan kejujuran kamu ini, kita akan cepat mendapat keturunan. Aku mencintaimu, Mas," ucap Anya sambil mengangkat wajah Vino dan mencium kelopak matanya.
"Maafkan aku, Anya. Maafkan aku." Vino masih saja menangis dengan memeluk istrinya.
Anya memang sangat marah dan sakit sekali hatinya, mendengar pengakuan suaminya. Tapi bagaimanapun, itu adalah masa lalunya.
"Tidak ada seseorang yang luput dari dosa di masa lalunya. Semua itu hanya masa lalunya, masa lalu suamiku, aku menerima dia apa adanya dengan segala kekurangannya, dan aku juga menerima masa lalunya. Karana aku sangat mencintainya," gumam Anya dalam hati.
Vino merasa lega karena sudah menceritakan semuanya dengan istrinya. Bagaimanapun dia sudah sangat mencintai Anya dan menerima kekurangannya.
"Mungkin benar kata Anya, dengan aku jujur soal masa laluku, akan memudahkannya untuk hamil. Mungkin juga kami lama tidak di beri keturunan, karena karma untuk ku, yang meninggalkan Anin saat hamil dulu," gumam Vino dalam hati.