NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Pendekar Dewa

Reinkarnasi Pendekar Dewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Anak Genius / Mengubah Takdir / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Transmigrasi
Popularitas:3.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Boqin Changing

Boqin Changing, Pendekar No 1 yang berhasil kembali ke masa lalunya dengan bantuan sebuah bola ajaib.

Ada banyak peristiwa buruk masa lalunya yang ingin dia ubah. Apakah Boqin Changing berhasil menjalankan misinya? Ataukah suratan takdir adalah sesuatu yang tidak bisa dia ubah sampai kapanpun?

Simak petualangan Sang Pendekar Dewa saat kembali ke masa lalunya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boqin Changing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sekte Dua Pedang Petir

Selesai berurusan di kedai tempat mereka singgah, Boqin Changing dan gurunya, Wang Tian, memutuskan mencari penginapan terdekat untuk melepas lelah. Syukurlah, tak jauh dari kedai tersebut, sebuah penginapan sederhana berdiri di pinggir jalan utama. Lampion merah yang tergantung di depan pintu bergoyang ditiup angin sore, menandakan bahwa tempat itu masih menerima tamu. Mereka tidak perlu repot mencari terlalu lama.

Setelah memesan dua kamar dan menyerahkan beberapa keping perak kepada penjaga penginapan, keduanya segera menuju kamar masing-masing. Boqin Changing sengaja memilih kamar yang berjendela menghadap jalan agar ia bisa melihat hiruk-pikuk kota Shui menjelang malam, sementara gurunya lebih menyukai kamar yang tenang di sisi dalam.

Malam itu berlalu tanpa gangguan berarti. Boqin Changing menggunakan waktu sebelum tidur untuk bermeditasi, menstabilkan tenaga dalamnya, sementara Wang Tian segera terlelap, memulihkan tubuh yang masih menyimpan keletihan setelah insiden pertempuran beberapa hari lalu.

Keesokan harinya, sebelum berangkat menuju sekte, mereka menyempatkan diri sarapan di sebuah ruang makan yang disediakan penginapan. Aroma bubur ayam panas bercampur dengan harum teh melati menyambut hidung mereka ketika memasuki tempat itu. Meski sederhana, ruang makan itu cukup ramai oleh pedagang dan beberapa pendekar pengelana yang singgah di kota.

“Chang’er, isi dulu tenagamu. Perjalanan kita hari ini masih cukup panjang.” ucap Wang Tian sambil menuangkan teh ke cangkir kecil di depannya.

Boqin Changing mengangguk. Ia menyendok buburnya perlahan, lalu setelah beberapa suapan ia menatap gurunya.

“Guru, bolehkah aku bertanya sesuatu?”

“Tentu saja.”

“Kenapa waktu di hutan tempo hari, kelompok Tengkorak Hitam menyerangmu? Bukankah mereka biasanya tidak bertindak tanpa alasan?”

Wang Tian meletakkan cangkirnya, menarik napas, lalu mulai bercerita.

“Oh, itu… sebenarnya salahku juga. Beberapa waktu lalu, aku menyinggung salah satu pendekar mereka di desa sebelah. Dia mencoba memeras warga desa yang tak berdaya. Dia hanya seorang pendekar ahli, kupikir cukup dengan menakutinya, lalu ia akan mundur. Jadi aku tidak membunuhnya.”

Ia menghela napas panjang sebelum melanjutkan.

“Ternyata aku salah besar, Chang’er. Saat kuampuni, ia malah kembali dengan membawa teman-temannya. Mereka ingin mengeroyokku. Begitulah, pendekar aliran hitam memang sulit dipercaya. Memberi ampunan kepada mereka sama saja memberi kesempatan untuk menikam dari belakang.”

Boqin Changing terdiam, hanya mengangguk pelan. Dari sudut pandangnya, gurunya memang sosok berhati baik, bahkan kadang terlalu baik. Wang Tian masih memandang dunia dengan kepercayaan dan kebaikan hati seorang pendekar sejati. Namun Boqin Changing jelas berbeda. Jiwanya sudah melalui lebih dari seratus tahun pengalaman pahit getir. Ia bisa membedakan mana orang jahat karena terpaksa, dan mana yang jahat karena sifat aslinya.

Bila berhadapan dengan orang yang memang menyukai kejahatan, maka ampunan bukanlah pilihan. Begitulah yang selalu ia pegang. Dalam hatinya, ia tahu gurunya masih terlalu polos dalam menghadapi kelicikan dunia persilatan.

“Chang’er, ayo kita berangkat.” Suara Wang Tian membuyarkan lamunannya setelah mereka menghabiskan makanan.

Mereka kemudian meninggalkan Kota Shui setelah membayar penginapan. Jalan-jalan kota yang ramai perlahan tertinggal di belakang, berganti dengan jalan setapak berbatu yang membentang di antara hutan dan perbukitan. Wang Tian dan Boqin Changing menggunakan ilmu meringankan tubuh, melesat cepat di atas tanah dengan angin mendesir di telinga mereka.

Perjalanan berlangsung senyap. Sesekali terdengar burung hutan berkicau atau ranting patah diinjak hewan liar. Namun di balik keheningan itu, Wang Tian beberapa kali melirik muridnya dengan pandangan heran.

“Luar biasa… Anak ini baru tujuh tahun, tapi kecepatannya hampir menyamai diriku. Padahal aku sudah bertahun-tahun melatih ilmu meringankan tubuh ini. Bagaimana mungkin…?”

Wang Tian senantiasa terkejut dengan kemampuan muridnya. Ia hanya bisa menggeleng tipis, menyimpan kekagumannya sendiri.

...*****...

Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, akhirnya mereka tiba di depan gerbang sekte. Papan kayu besar dengan tulisan Sekte Dua Pedang Petir tergantung di atas pintu gerbang, meski catnya mulai pudar dimakan waktu. Sekte ini, meski kecil dan dianggap kelas dua di wilayah Kota Shui, tetap memiliki wibawa tersendiri bagi para anggotanya.

Sekte ini belum lama berdiri. Baru sekitar tiga puluh tahun. Pendiri sekte ini adalah patriak sekte yang saat ini menjabat yang bernama Wang Zhou. Ia sudah mencapai puncak pendekar raja namun sudah belasan tahun tidak berhasil menembus ranah pendekar suci. Untuk menembus ranah pendekar suci memang dibutuhkan sumber daya yang besar dan pemahaman beladiri yang matang.

Usia sekte yang masih muda juga menyebabkan tidak banyak anak muda mau bergabung ke sekte ini. Mereka lebih memilih untuk mencari sekte lain yang lebih kuat dan lebih terkenal dibandingkan Sekte Dua Pedang Petir.

Alasan mengapa sekte ini bernama Sekte Dua Pedang Petir karena mereka menggunakan dua pedang untuk bertarung. Beberapa jurus mereka mengeluarkan aliran listrik ketika bertarung. Hal ini sebenarnya cukup unik dalam dunia persilatan, namun nyatanya cukup menguras tenaga dalam.

Patriak di sekte ini dibantu oleh tiga tetua. Tetua Agung mereka adalah Wang Tian, sedangkan tetua lainnya adalah Qiu Ling dan Chong Sheu. Mereka mengajar sekitar seratusan orang yang bergabung di sekte ini.

“Chang’er, kita sudah sampai,” ujar Wang Tian. Sambil menatap gerbang sektenya.

Dua penjaga gerbang segera mengenali Tetua  Wang Tian. Mereka menunduk hormat dan membuka pintu gerbang lebar-lebar.

“Hormat pada Tetua Agung.”

Wang Tian hanya mengangguk singkat. Ia mengajak Boqin Changing masuk ke dalam sekte. Bangunan-bangunan sederhana berjajar rapi, dengan sebuah aula besar berdiri di tengah, jelas menjadi pusat kegiatan sekte.

Mereka langsung menuju bangunan terbesar di sana. Begitu memasuki ruangan, tampak seorang pria sepuh dengan jenggot putih panjang duduk di belakang meja, sibuk membaca gulungan kitab. Tatapannya tajam meski usianya sudah lanjut. Dialah patriak sekte, Wang Zhou.

“Hormat pada Patriak. Wang Tian telah selesai menjalankan misi,” ucap Wang Tian sambil memberi salam.

Wang Zhou mengangkat kepalanya. Senyum tipis muncul di wajahnya.

“Oh, jadi kamu sudah pulang, An’er. Sudah lama kita tak berbincang. Duduklah.”

Mereka pun duduk bersama. Wang Tian mulai melaporkan tugas yang ia jalankan. Ia tidak menyebutkan insiden serangan Tengkorak Hitam, menyimpannya untuk kesempatan lain.

“Hehehe… kamu memang selalu bisa diandalkan. Setelah ini, pergilah menemui Qiu Ling untuk menerima upah misimu.” ujar patriak sambil terkekeh kecil.

Ia kemudian terbatuk pelan. “Uhuk… dan siapa anak kecil yang kau bawa ini, An’er?”

“Ah, ini murid yang baru saja kuangkat, Patriak.”

Boqin Changing segera bangkit, menunduk hormat.

“Boqin Changing memberi hormat pada Patriak.”

Wang Zhou menatapnya dengan seksama, lalu tersenyum lebar.

“Hohoho… Akhirnya, kau mengangkat murid dalam juga, An’er. Selama ini kau terlalu keras kepala dan hanya mau mengajar murid luar. Bagus, bagus… Katakan, apa yang istimewa dari anak ini?”

Wang Tian tidak menjawab, hanya tersenyum tipis. “Patriak bisa memeriksanya sendiri.”

Wang Zhou berdiri, melangkah mendekat. Ia meraih tangan Boqin Changing dengan lembut, lalu menyalurkan sedikit tenaga dalamnya untuk memeriksa. Sesaat kemudian, matanya melebar.

“Luar biasa… Bocah ini sudah mencapai tahap pendekar menengah. Dan lingkaran tenaga dalamnya sudah mencapai tujuh puluh lingkaran! Tidak masuk akal!” serunya, matanya berbinar penuh kejutan.

Ia menoleh pada Wang Tian. “Hebat sekali kau, Tetua Tian. Bisa menemukan bakat sehebat ini. Anak seusia belasan tahun sudah mencapai tahap ini… biasanya hanya sekte besar yang memiliki murid seperti ini.”

Wang Tian tersenyum samar, lalu berkata, “Patriak belum memeriksa umur tulangnya.”

“Umur tulang?” Wang Zhou mengerutkan dahi. “Baiklah, biar kuperiksa lagi.”

Ia kembali menyalurkan tenaga dalamnya, meneliti dengan saksama. Ketika ia menemukan jawabannya, wajahnya langsung berubah drastis. Ekspresi kaget, lalu perlahan berganti menjadi tawa yang menggema.

“Hahaha! Tidak bisa dipercaya! Umur tulangnya… baru tujuh tahun! Wang Tian, kau benar-benar membawa monster ke dalam sekte ini!”

Tawa Patriak Zhou menggema di ruangan itu, begitu keras hingga terdengar sampai keluar aula. Para murid yang melintas di halaman terhenti sejenak, saling berpandangan bingung, bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di dalam.

1
Sarip Hidayat
waaah
Zainal Arifin
semangat
Zainal Arifin
ok..
Dirman Ha
jg dc vi
Dirman Ha
BBC sdh hi
Dirman Ha
jg tho
Dirman Ha
hc dg bo
Dirman Ha
hc dg good
Dirman Ha
ig gko oh hoo
Dirman Ha
ig gko
Dirman Ha
ig gh no
Dirman Ha
ty hi joon
Dirman Ha
ih Fu joon
Dirman Ha
hc show
Dirman Ha
ig di
Dirman Ha
ih Ch joon
Dirman Ha
ig Ch boon
Hendri Yansah
lanjut yhor
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Hentooopz
BaDiPra
weh, marathon beberapa hari rupanya sekarang dah nyampe di bab terbaru rupanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!