Yasmin Ningrum, gadis cantik berjilbab 22 tahun harus hidup tanpa kasih dari kedua orang tuanya akibat kecelakaan beberapa tahun lalu yang merenggut nyawa kedua orang tuanya.
Kini Yasmin tinggal bersama paman dan bibinya yang perhitungan sekali kepadanya.
Bahkan untuk biaya hidupnya Yasmin harus mencari sendiri dengan bekerja sebagai penjaga toko bunga.
Kehidupan Yasmin berubah, saat dirinya di pertemukan dengan sahabat lamanya waktu SMA. namun sayang, sikap sahabat laki-lakinya itu sedikit berbeda dari biasanya.
Namun takdir berkata lain, Yasmin di pertemukan sahabatnya dengan cara yang tidak terduga.
Dirinya digerebek warga saat sedang sama-sama berteduh dari hujan, di sebuah gubuk.
Pada hari itu juga, status Yasmin berubah menjadi istri sahabatnya.
Apakah pernikahan mereka akan bertahan layaknya pasangan yang saling mencintai?
Dan apa penyebab berubahnya sikap sahabatnya itu?
Ikuti kisahnya dalam cerita mereka, ya!
Jangan lupa tinggalkan jejak, like, komentar dan follow. 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8
Yasmin memilih, membuat makan yang lain untuknya, sendiri. namun tidak lama kemudian, datang alvino duduk di ruang tamu dengan memakai baju tidur, kesukaannya.
Dia menatap sekilas pada Yasmin, yang sedang berkutat di dapur membuat makanan.
Yasmin pun tidak sengaja melihat ke arah alvino, yang sedang memperhatikannya. dia pun berinisiatif, menambahkan porsi makanan untuk dua orang.
Setelah selesai membuat makanan Yasmin pun, menata makanannya di meja makan. Yasmin pun, menghampiri Alvino yang sibuk dengan ponselnya.
"Al, apa kamu sudah makan? Aku sudah membuatkan makanan, untuk kita berdua. Kalau begitu, mari kita makan bersama." Yasmin berdiri di hadapan alvino, dengan tatapan yang menunduk.
Rasanya tidak sanggup menatap wajah alvino, yang terlihat begitu datar.
Alvino tidak menjawab, beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah dapur.
Yasmin tersenyum tipis, melihat alvino yang berjalan ke arah meja makan. dia berharap kali ini alvino, tidak berpura-pura lagi menolak masakannya.
Alvino, pun duduk dan seketika perutnya semakin lapar, saat melihat ada bermacam makanan yang tersedia, di meja makan.
Yasmin pun duduk berseberangan, dengan alvino. dia pun mencoba melayani alvino, layak seorang suami.
"Enggak perlu! Gue bisa sendiri!" Alvino mengambil piring, yang di pegang Yasmin dengan sedikit kasar.
Dia memilih mengisi makanan sendiri, dan menolak Yasmin yang berusaha melayaninya.
Yasmin pun memilih diam, membiarkan alvino untuk mengisi piringnya, sendiri. semua itu tidak jadi masalah bagi Yasmin, sebab melihat alvino mau memakan masakannya, dia sudah senang.
Setelah alvino selesai mengisi piringnya, kini giliran Yasmin yang mengambil makanan untuk dirinya sendiri.
"Semoga, kamu suka masakan ku, Al." Yasmin membuka Suaranya, sebelum alvino menyuapkan makanannya.
Alvino tersenyum miring. "Enggak usah geer. Gue makan masakan lo,Karena terpaksa! Palingan masakan lo ini, enggak enak!" balas alvino ketus.
Yasmin tersenyum tipis, mendengar perkataan alvino yang mengatakan, jika masakkan tidak enak. padahal alvino sedikit pun, belum memakan masakan buatan Yasmin.
Mereka pun, makan malam bersama dalam keadaan hening. tak ada lagi percakapan, di antara mereka.
Alvino, yang baru menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, tiba-tiba saja mematung. sebab makanan yang dia makan, mirip sekali dengan masakan buatan mendiang ibunya.
Yasmin terlihat khawatir, saat melihat alvino yang tiba-tiba terdiam. dia pun menghampiri alvino. "Al, kamu tidak apa-apa?" tanya Yasmin khawatir, takut jika alvino tersedak makanan buatannya.
Alvino, seketika tersentak dan menepis tangan Yasmin, yang berusaha memijit pundaknya. "Pergi lo! Jangan sentuh gue!" ucapnya ketus.
Yasmin pun segera menjauhkan tangannya, dan kembali ke kursinya untuk melanjutkan lagi makannya.
Dia tidak lagi menatap alvino, lebih memilih untuk memakan kembali makanannya.
Tak berselang lama, mereka pun menyelesaikan makan malamnya. Yasmin pun membereskan piring kotor, dan mencucinya di wastafel.
Setelah selesai Yasmin, pun memutuskan untuk tidur di sofa, yang berada di ruang tamu. namun Yasmin terdiam, ternyata alvino sedang duduk di sana.
Yasmin pun, memberanikan diri menghampiri alvino, yang sedang bermain game di ponselnya. "Al, apa kau boleh tidur di sana. Ini, sudah malam. Sebaiknya, kamu juga segera tidur." ujar Yasmin pelan.
Alvino seketika mengalihkan tatapannya, pada Yasmin. dia menatap tajam Yasmin, yang menundukkan kepala. "Di sini, bukan tempat buat tidur! Kalau lo, mau tidur di lantai atas!" balasnya ketus.
Yasmin pun terdiam, setelah mendengar perkataan alvino. sebelum dirinya berkata kembali, alvino terlebih dahulu membuka suara.
"Ikut gue." titahnya ketus.
Yasmin pun mengangguk pelan, dan mengambil tas dan barang-barang miliknya. setelah itu, dia pun mengikuti langkah alvino yang berjalan, di depannya.
Alvino pun, menghentikan langkahnya saat berada di depan, kamarnya. dia membuka kamarnya dan menyuruh Yasmin, untuk masuk ke dalam.
Yasmin, seketika membulatkan matanya saat tahu, jika itu kamar milik Alvino. "Al, ini kan, kamar kamu! Kalau aku tidur di sini, terus kamu mau tidur di mana?" tanya Yasmin polos.
Alvino tersenyum miring. "Mulai sekarang, lo tidur sama gue. Apa lo lupa, kalau kita ini suami istri?"
Tubuh Yasmin seketika mematung, dalam sekejap bayangan dimana dirinya tidur bersama alvino, menghampiri pikirannya.
Yasmin pun seketika bergidik ngeri,saat membayangkannya. " Kenapa kita, harus tidur dalam satu kamar? Apa, tidak ada ruangan lain lagi, di sini?" protesnya keberatan.
Alvino melipat kedua tangannya di depan dada, menatap remeh Yasmin. "Ada, itu juga gudang. Lo, mau tidur di sana? Silahkan, kalau lo maksa!"
Yasmin, menghela nafas kasar. "Baiklah, aku akan tidur di sini." ucapnya pasrah.
Yasmin sebenarnya sangat bingung, jika harus tidur di gudang. dirinya, harus membersihkan gudang itu. sedangkan kini, waktu sudah sangat malam, dan dia ingin segera tidur sebab merasa lelah.
Alvino tersenyum sinis, melihat Yasmin yang menuruti perkataannya. mereka pun masuk, ke dalam kamar yang sama.
"Eits...! Lo, tidur di sofa! Gue, enggak mau tidur sama, lo!" cegah alvino cepat.
Yasmin pun tersenyum senang, sebab dirinya juga tidak mau tidur satu ranjang, dengan alvino. dia pun dengan senang hati, menghampiri sofa itu dan mendudukinya.
"Kenapa, lo senyum-senyum? Kayaknya lo senang, enggak satu ranjang sama, gue?" Alvino menatap tajam.
"Aku memang senang, Al. Sebab aku merasa belum siap, jika harus tidur dengan laki-laki, satu ranjang. Meskipun Aku tahu, jika kita berdua sudah menjadi suami istri. Tapi Aku tidak akan melakukan hal itu, jika di antara kita belum ada cinta."
Alvino memutar bola matanya malas."Jangan geer, lo. Lagian siapa juga, yang bakalan cinta sama, lo! Karena gue yakin, sebenarnya lo itu jelek kalau tanpa jilbab."
Setelah mengatakan hal itu, Alvino pun berjalan menuju ranjang dan membaringkan tubuhnya.
Yasmin hanya menggeleng pelan, bisa-bisanya Alvino mengatakan, kalau dirinya jelek. dia pun menjadi penasaran bagaimana reaksi alvino, jika melihat Yasmin yang tanpa jilbab.
Sebab setahu Yasmin, terakhir mereka bertemu saat dirinya berambut pendek. Yasmin semakin tertantang, untuk membuat alvino menarik kata-kata tentang dirinya.
Yasmin pun memutuskan untuk segera tidur, berharap hari esok akan lebih baik, dari hari ini.
Tanpa Yasmin ketahui, jika saat dirinya tertidur alvino selalu memperhatikannya, dari kejauhan. "Gue jadi penasaran, bagaimana lo yang sekarang tanpa jilbab, Yasmin?"
Alvino pun segera memejamkan mata, tidak ingin selalu memikirkan hal, tentang Yasmin terus.
*
*
*
Keesokan harinya...
Seperti biasa, Yasmin bangun sangat pagi-pagi sekali dan membuatkan sarapan, untuk mereka berdua.
Kali ini Yasmin membuat masakan sederhana, takut alvino tidak memakannya lagi.
Sementara alvino, yang sudah siap pun turun kebawah langsung menghampiri, meja makan. jujur perutnya saat ini lapar, entah mengapa semenjak memakan masakan Yasmin, dirinya merasa ketagihan ingin makan lagi.
Yasmin tersenyum tipis melihat alvino, yang sudah berada di meja makan. dia pun segera menyiapkan makanan, dan menaruhnya di atas meja.
Mata alvino berbinar, saat melihat ayam bumbu kecap kesukaannya berada, di depan mata.
Tanpa menunggu lama lagi, alvino pun mengambil nasi dan ayam bumbu kecap. setelah itu, dia pun segera memakannya.
"Yas, kamu emang pinter masak. Aku suka, rasa ayam bumbu kecap ini! Rasanya, mirip masakan mamah!" Tanpa sadar, alvino memuji masakan buatan Yasmin.
Dan hal itu pun, membuat Yasmin tersenyum tipis. "Benarkah, Al? Terima kasih, sudah memuji masakkan, ku!" balasnya senang.
Alvino, seketika merutuki sikap dan perkataannya. meskipun sedikit malu, dia melanjutkan kembali makannya dengan perasaan, tidak menentu. sebab merasa terciduk, oleh perbuatannya sendiri.