MAS MONTIR KU SAYANG, TERNYATA ORANG KAYA!! Mungkin begitu judul clickbait yang cocok untuk novel ini😉
Seharusnya pernikahan dilangsungkan bersama pria matang yang sedari kecil digadang-gadang menjadi jodoh Khadijah.
Namun, takdir berkenan lain hingga masa lajang Khadijah harus berakhir dengan pemuda asing yang menabraknya hingga lumpuh.
Kedatangan Athalla di Kalimantan Barat untuk memenuhi panggilan balap liar, justru disambut dengan jodoh tidak terduga-duga.
Pasalnya, kecelakaan malam itu membuat calon suami Khadijah lebih memilih menikahi adik kandungnya; Nayya.
Khadijah dibuat remuk oleh pengkhianatan calon suami dan adiknya. Lantas, di waktu yang sama, Athalla menawarkan pernikahan sebagai bentuk tanggung jawabnya.
Romantis/Komedi/Sangar mendekati keseharian. Thanks buat yg sudah mampir ya💋❤️🫂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ISTALLA TIGA PULUH
Dapur telah ramai, hampir seluruh tetangga dan kerabat dekat berkumpul demi membantu menyiapkan masakan-masakan sesuai dengan tradisi warga Kalbar.
Di kamar, Andre dan Nayya masih beristirahat setelah sebelumnya mereka menempuh perjalanan dari Jawa Tengah. Andre sendiri yang menjemput Nayya dari Jogjakarta.
Sesuai rencana sebelumnya, Athalla dan keluarganya akan tiba hari ini. Rombongan sudah ada di Kalbar sedari sore tadi, dan kini keluarga besannya masih beristirahat di hotel kota yang paling dekat dengan bandara.
Tenda sederhana terbentang di depan rumah, sudah ditata pula meja-meja prasmanan khas yang dijajar rapi, tinggal menunggu isinya.
Pagi tadi, Khadijah sudah menghubungi Dewi, dan sesuai kesepakatannya, keluarga mertua Khadijah beserta rombongan 60 orang akan tiba di sore hari.
Walau harus menjadikan satu-satunya sertifikat rumah sebagai jaminan pinjam uang ke Bank, Dewi dan Hariman tetap merasa bahagia bisa mengadakan sambutan.
"Jadi, kamu bela-belain hutang buat belanja daging sebanyak ini, Dewi?!" Marina berkipas kipas di dapur sederhana yang sangat panas.
"Iya, Kak Mar. Ya mau gimana lagi, tabungan kami sudah habis buat keperluan kuliah Nayya kemarin. Terpaksa, Dewi gadai sertifikat supaya bisa belanja acaranya, lagian ini kan hanya sesekali. Kemarin pas nikahan Khadijah juga nggak ada acara apa-apa."
Marina sempat menyesap teh sebelum fokus pada besannya. "Bersyukur, Dewi. Untung Nayya sudah dibiayai Andre. Coba kalau tidak, kamu pasti nggak akan bisa menyambut kedatangan besan kamu dari Jakarta."
Dewi, sembari menata buah di atas tempat prasmanan. "Alhamdulillah, makanya saya bersyukur punya menantu seperti Nak Andre."
"Sayangnya, Khadijah harus lumpuh, kalau nggak, mungkin Khadijah yang akan Andre biayai kuliahnya." Murni adik Marina bicara.
Satu tetangga lainnya menyeletuk bersamaan dengan keluarnya Nayya. "Rezekinya Nayya bagus. Makanya Allah putar balikkan keadaan, jodoh yang seharusnya buat Dijah malah jadinya buat Nayya. Iya kan Nay?!"
"Bisa saja Mak Cik!" Nayya tersenyum, lalu ikut duduk membantu ibunya menata buah.
"Rezeki Khadijah kecil. Bahkan uang asap saja tidak diberinya. Yang sabar ya Dewi."
..."**"--__--"**"...
Senja menyemburat jingga nan mempesona seolah Tuhan tengah menunjukan mahakarya indahnya lewat langit yang diibaratkan kanvas, dan awan salah satu coretan-Nya.
Dewi sudah rapi nan cantik dengan dress muslimah terbaiknya. Begitu juga dengan para tetangga yang ikut-ikutan menyambut kedatangan keluarga mertua Khadijah.
Agaknya kedatangan akan terlambat. Hati Dewi mulai cemas jujur saja, ia takut terjadi apa-apa pada rombongan selama perjalanan.
"Mereka datang pakai bus, ya?" Wanita baju biru memastikan. Kalau dari bandara, bisa jadi dengan travel atau mungkin dengan bus.
"Apa mobil itu?" Di tengah gundah Dewi, semarak ekspresi tetangga mulai bereaksi.
"Dijah datang!!" Pria tua di sana memberi kabar dan semua tetangga segera berdiri demi memastikan benar atau tidak info itu.
"Itu suaminya, kan?! Mobilnya bagus."
Dewi tak memikirkan apa pun selain keselamatan Khadijah. Dan di depan sana, sang menantu turun dari mobil lantas berlari memutar demi mengangkat putrinya.
Haru, rindu, syahdu. "Masya Allah, akhirnya Khadijah pulang dengan selamat," ia terisak.
Hariman tersenyum, ia yang lebih dulu turun dari rumah. Berlari menyambut kedatangan menantu dan putri kesayangannya.
Sebelumnya, cuap-cuap menakutkan tersebar, di mana beberapa orang bahkan menyuruh Hariman mengikhlaskan Khadijah. Karena mungkin Khadijah tidak akan bisa pulang lagi.
Hari ini, Hariman membuktikan bahwa Khadijah bisa pulang. Dan menunjukkan jika Athalla bukan laki-laki yang jahat seperti penilaian tetangga-tetangganya.
"Nak Athalla." Hariman memeluk putri dan menantunya sekaligus. "Bapak kangen, rumah sepi tanpa Nayya dan kamu."
Khadijah tertawa, sedikit haru. Ujung dari tawa itu menjadi tangisan Khadijah yang juga merasakan sesak secara tiba-tiba.
"Dijah juga kangen."
"Pa, ini mertua Athalla." Athalla menatap ayahnya. Hariman langsung membalas Gantara yang sontak memeluknya.
"Masya Allah, kita menjadi besan sudah beberapa bulan. Dan saya baru ada niat datang ke sini menemui Abang."
Hariman antusias ramah. "Saya maklumi, Mas besan. Saya maklumi."
Di saat satu persatu keluarga memasuki area prasmanan, Murni dan Marina masih mengamati mobil-mobil yang diparkir di jalanan bahkan hingga ujung gank.
"Banyak sekali mobilnya. 60 orang, bawa mobil sendiri-sendiri apa gimana ini?"
Marina tarik sudut bibirnya. "Ya maklum lah, mungkin memang semua saudara suami Khadijah montir. Jadi bawa mobil pelanggan masing-masing dulu biar ada kendaraan."
Wanita baju hitam menyela. "Nggak masuk akal sepertinya, Kak Marina ini. Bawa mobil dari Jakarta ke sini juga nggak murah loh, kalau hanya hasil montir kayak suami saya, mana bisa sewa jasa paket mobil!"
"Itu Bapaknya?" Murni menatap Gantara, di mana pria itu cukup menjadi pusat perhatian ibu-ibu berkerudung di sisi Marina.
"Yang tersenyum itu, memang paling mirip sama suaminya, Dijah. Katanya montir, tapi nggak ada tampang montirnya sama sekali."
"Montir Jakarta nggak bau oli, ya ternyata."
"Ganteng-ganteng." Wanita berambut pirang dengan sulam alis itu terkikik. "Ini Dijah bawa rombongan besan apa bawa penghuni surga sih, kok nggak ada yang sumbing mulutnya?!"
"Oo ... Bang!"
Wanita itu tak segan bertanya pada pria matang yang melintasinya. Abrar tersenyum kecil seraya memberi anggukan kepala sopan.
"Saya."
"Kalian ini keluarga suaminya Khadijah?"
Abrar mengangguk. "Benar, saya Abang suaminya Dijah. Dan, yang ini adik bungsu kami. Di depan sana ibu dan ayah kami."
Shakira di sisi Abrar merasa tumben, biasanya Mas Abrar jarang sekali bicara tapi di sini mau bicara dengan wanita. Mungkin, Mas Abrar tengah menunjukan kesan etika.
"Kalian beneran manusia semua?" Wanita bernama Ela yang menyerobot tanya.
"Mmh, maaf, maksudnya?" Abrar berusaha sopan, sebab di sini mereka pendatang, tapi, sungguh, Abrar masih belum paham ke mana arah pembicaraan para wanita-wanita ini.
"Minimal kalau manusia tuh punya kudis lah sikit, atau enggak, punya pori-pori lah kulitnya, masa bekas digigit nyamuk saja nggak ada?"
Shakira yang tertawa geli. "Kakak mau tahu rahasia kulit mulus kami?" tanyanya.
Abrar meraih tangan adeknya. Sedikit takut jika ceplas-ceplos Shakira membuat warga di sini tersinggung.
"Boleh-boleh, apa skin care-nya?"
"Wudhu solusinya."
Wanita pirang ber-alah ringan. "Dek, Ustadz Rokib kurang wudhu apa coba? Dari pagi sampai malam kerjanya itu Ustadz ya cuma shalat sama wudhu. Tapi tetep aja bolong- bolong mukanya! Kalau mau kasih solusi yang realistis sedikit dong!"
"Berarti waktunya bersyukurlah. Banyakin kata Alhamdulillah, ternyata Allah nggak kasih Kakak muka bolong-bolong biar pun kurang wudhu kayak Ustadz Rokib," jawab Shakira.
Abrar sedikit menahan tawa karena ternyata di mana pun tempatnya, Shakira benar-benar bisa bicara secara lantang. Setidaknya, bukan jago kandang.
Keduanya berlanjut berjalan, membiarkan orang yang bertanya begitu saja. Di depan sana, masih ada sambutan dari warga lain.
Disaat yang lain mulai meraih piring yang diulurkan pramu saji, Shakira cengengesan setelah celingukan. "Mas, ternyata bener kata Papa, cowok di sini cakep-cakep, ya."
"Matanya dijaga." Abrar menegur.
"Hehe-" Azha baru tiba setelah sepatunya terbelit rumput panjang.
Sejujurnya, Azha merasakan petualangan yang menantang di desa ini. Dan satu lagi, Azha cukup terpana pada satu orang wanita bertubuh gemuk dengan pakaian mencolok.
"Emasnya banyak banget." Azha berbisik di telinga Shakira yang lantas mengikuti arah pandangannya. "Harusnya surat tanah sama mobilnya juga dikalungin di leher biar orang tahu dia kaya."
...Terima kasih Vote-nya...💋❤️🫂🫶...
panas hati ini
pusing pusing pusing pusing kepala ini
anak siapa itu jgn jd kan athala yg harus bertangung jawab
so kaya emas di pake semua udah kaya toko berjalan.mulut ngoceh mulu udah kaya petasan renteng. giliran pak hariman bu dewi dapat rumah sama tanah plus mobil motor ehh kepanasan dia ampe ngebul berasap 😅😅😅.
silahkan aja kalau si andre mampu nyaingin athalla huuuuhh g ada seujung kukupu ya hartamu .
dasar mantan calon mertua durjana.
gak ada nabeelnya😆😆😆😆
klo Shakira kayanya ke campuan moureen+flory+king+Rayyan
Sahrul gak kebagian 🤣🤣🤣
cosplay kesurupan za buuuu🤣🤣🤣🤣🤣🤦🏻♀️