Di sebuah desa kecil bernama Pasir, Fatur, seorang pemuda kutu buku, harus menghadapi kehidupan yang sulit. Sering di bully, di tinggal oleh kedua orang tuanya yang bercerai, harus berpisah dengan adik-adiknya selama bertahun-tahun. Kehidupan di desa Pasir, tidak pernah sederhana. Ada rahasia kelam, yang tersembunyi dibalik ketenangan yang muncul dipermukaan. Fatur terjebak dalam lorong kehidupan yang penuh teka-teki, intrik, kematian, dan penderitaan bathin.
Hasan, ayah Fatur, adalah dalang dari masalah yang terjadi di desa Pasir. Selain beliau seorang pemarah, bikin onar, ternyata dia juga menyimpan rahasia besar yang tidak diketahui oleh keluarganya. Fatur sebagai anak, memendam kebencian terhadap sang ayah, karena berselingkuh dengan pacarnya sendiri bernama Eva. Hubungan Hasan dan Fatur tidak pernah baik-baik saja, saat Fatur memutuskan untuk tidak mau lagi menjadi anak Hasan Bahri. Baginya, Hasan adalah sosok ayah yang gagal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miftahur Rahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teka teki
Polisi memutuskan menelusuri lebih jauh dari para tetangga. Beberapa warga mengaku melihat empat orang melewati rumah warga dengan gerak gerik yang mencurigakan.
Mereka memeriksa rekaman CCTV dari rumah Eva. Ciri-ciri yang dikatakan para warga sesuai dengan yang ada di cctv. Namun, wajahnya tetap tidak terlihat. Mereka memakai topeng. Dari cara jalannya, polisi memperkirakan bahwa orang tersebut adalah pria berusia sekitar 30-40 tahun.
Petunjuk ini membuka babak baru dalam penyelidikan. Polisi mulai memeriksa riwayat hubungan Eva dengan orang-orang di masa lalu. Apakah ini balas dendam? Apakah Eva memiliki musuh lama yang kembali menghantui?
Ketegangan semakin meningkat ketika Joni dan teman-temannya tiba-tiba menghilang dari rumahnya.
Sedangkan di penjara Fatur dibesuk eh Agus dan Halimah. Seperti biasa mereka mengobrol dengan akrab. Agus menceritakan kejadian-kejadian yang terjadi didesa Pasir saat ini. Fatur mendengarnya dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Para polisi mulai menghubungkan beberapa kejadian ganjil. Ada sidik jari di dinding dapur, tidak sesuai dengan sidik jari yang ditemukan disekitar dinding luar rumah. Belum lagi disamping jendela kamar Eva.
Di perkirakan orang-orang ini berjumlah lebih dari sepuluh orang. Juga menghubungkan beberapa kejadian, Eva yang berselisih dengan beberapa orang. Yaitu mantan istri dan anak-anaknya sang suami. Juga sering berdebat mulut dengan warga, saat Eva memerintahkan Joni untuk memanen hasil kebun Fatur. Masalah-masalah lain semakin banyak muncul dipermukaan.
Sementara itu, hilangnya Joni dan teman-temannya menciptakan ketegangan baru.
Malam itu, seorang pria berpakaian lengkap sebagai polisi, lengkap dengan lencana dan seragam, datang ke ruang penyimpanan barang bukti. Tidak ada yang mencurigainya, karena ia membawa dokumen yang tampaknya resmi.
"Ada perintah dari atasan untuk membawa barang bukti ke lap forensik di kota..." kata pria itu pada petugas penjaga. Suaranya tegas dan penuh percaya diri.
Penjaga itu, seorang polisi muda yang baru bertugas beberapa bulan, mengangguk tanpa banyak bertanya.
"Barang buktinya di sini," katanya sambil menunjukkan rak penyimpanan.
Pria tersebut mengambil rekaman cctv dari rumah Eva, kantong plastik yang berisi sidik jari yang ditemukan di dinding dapur, di jendela kamar Eva dan beberapa foto di tkp.
"Terima kasih, Pak. Saya akan segera membawanya," kata pria itu sebelum pergi.
Namun polisi senior merasa ada yang aneh dengan pria itu. Saat melihat pria itu keluar dari kantor polisi dan menuju motornya. Dia mengasnya perlahan meninggalkan kantor polisi Panipahan. Wajah itu terasa asing. Polisi senior menghentikan langkahnya saat pria itu melewatinya. Dia juga melihat motor yang dikendarai pria itu tidak memakai logi resmi kepolisian.
"Siapa dia? Aku belum pernah melihatnya sebelumnya," gumam polisi senior itu. Sesampainya di sebuah rumah, dia bakar semua barang bukti. Setelah itu dia mulai melacak cctv yang ada dirumah Eva dan mematikannya. Setelah itu dia keluar dari rumah Eva. Diam-diam memasuki rumah Eva dan mengambil cctv yang tersembunyi dan menghancurkannya.
Sedangkan di kantor polisi, polisi senior memeriksa daftar petugas yang bertugas pada hari itu. Namun dia tidak menemukan nama petugas itu. Ia segera memerintahkan penjaga untuk memeriksa ulang barang bukti. Ketika rak penyimpanan diperiksa, semua barang bukti penting dari kasus Eva sudah tidak ada.
"Astaga... kita kecolongan," kata polisi senior dengan nada marah.
Polisi itu memerintahkan memeriksa rekaman cctv. Mereka melihat pria itu, namun wajahnya tertutup topi polisi, membuat identitasnya sulit dikenali.
"Ini bukan orang kita." kata polisi senior dengan nada dingin. Raut wajahnya seketika memerah menahan marah.
"Dia menyamar untuk mencuri barang bukti. Kita harus mencari tahu siapa dia dan apa tujuannya."
Kini, penyelidikan semakin rumit. Barang bukti yang hilang menjadi ancaman besar, dan keberadaan pria misterius itu semakin membuat kasus ini penuh teka-teki.
Pria tersebut pun menghapus sidik jari yang menempel didinding dapur dan juga di bagian jendela Eva. Sebelum melakukan itu, dia mengurung Eva terlebih dahulu di kamar dan mengikatnya.
Sedangkan dikantor polisi, polisi senior langsung menghubungi tim penyidik. Memberi tahu barang bukti telah dicuri. Keadaan semakin kacau, karena tanpa barang bukti tersebut, kasus ini akan jauh lebih sulit untuk dipecahkan.
"Segera periksa jejak motornya. Dia pasti meninggalkan rekaman di cctv kantor polisi dan di jalan." perintah kepala tim.
Di kantor polisi, penyelidikan terhadap pencurian barang bukti dimulai.
“Kita harus periksa semua rumah kosong atau tempat terpencil di sekitar desa. Mereka pasti membutuhkan lokasi untuk menyembunyikan barang bukti,” kata kepala tim penyelidik.
Petugas lainnya melaporkan sebuah penemuan kecil namun signifikan. Di jalan dekat kantor polisi, ditemukan tanda ban yang unik, jejaknya menunjukkan bahwa motor itu menggunakan ban khusus yang biasanya dipakai oleh kendaraan berat.
"Ini petunjuk penting," ujar penyelidik senior. "Kita cari tahu siapa saja yang menggunakan ban seperti ini di sekitar desa Pasir."
Malam itu, pria bertopeng di rumah kosong itu, merasa mereka masih memiliki keunggulan. Namun, tanpa mereka sadari, polisi perlahan mulai mendekati lokasi mereka. Petunjuk-petunjuk kecil, seperti jejak ban dan saksi mata yang melihat motor hitam di dekat rumah kosong, mulai mengarahkan polisi ke tempat persembunyian mereka.
Namun saat mendatangi rumah kosong yang dulu adalah tempat Fatur dan Hasan berkelahi, mereka tidak menemukan sesuatu yang ganjil. Namun setelah ditelusuri lebih jauh, mereka menemukan tempat pembakaran. Mereka memeriksa dan mengambil abu tersebut untuk dites ke laboratorium.
Salah satu polisi memperhatikan bahwa abu tersebut mengandung potongan kecil logam, yang mungkin berasal dari rekaman CCTV atau benda elektronik lainnya.
Para polisi juga mendatangi kembali rumah Eva. Namun ada keanehan, rumah tak terkunci. Para polisi memasuki rumah dengan siaga. Pistol ditangan mereka siap mengeksekusi siapa saja yang sekiranya akan menyerang mereka.
Mata para polisi tertuju pada kamar Eva yang terbuka. Dengan hati-hati mereka berjalan mendekati rumah Eva. Saat sudah didepan pintu, para polisi itu menghela napas berat saat melihat keadaan Eva yamg terikat. Polisi itu segera melepaskan ikatan itu. Eva langsung memeluk sang polisi.
Beberapa polisi lainnya mencoba memeriksa sekitar rumah, namun tidak menemukan sesuatu. Namun saat disamping rumah, mereka melihat ada cctv yang hancur. Mereka juga menemukan jejak kaki dan tampaknya menuju jalan besar. Jejak itu terlihat baru, seolah-olah pelaku baru saja melarikan diri.
“Kita harus cepat. Mereka pasti tidak jauh dari sini,” kata salah satu polisi.
Di sisi lain, tim forensik segera menganalisis perangkat CCTV yang ditemukan. Jika ada data yang tersimpan di dalamnya, itu mungkin menjadi petunjuk penting untuk mengungkap siapa saja yang terlibat dalam kasus ini.
Namun, pertanyaan besar masih menggantung di udara.
Misteri ini semakin dalam, dengan setiap petunjuk baru mengarah pada konspirasi yang lebih besar, sementara polisi terus berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa dan mengungkap kebenaran.