Kerajaan Avaris yang dipimpin oleh Raja Darius telah menjadi kekuatan besar di benua Estherya. Namun, ancaman datang dari Kekaisaran Zorath yang dipimpin oleh Kaisar Ignatius, seorang jenderal yang haus kekuasaan. Di tengah konflik ini, seorang prajurit muda bernama Kael, yang berasal dari desa terpencil, mendapati dirinya terjebak di antara intrik politik dan peperangan besar. Dengan bakat taktisnya yang luar biasa, Kael perlahan naik pangkat, tetapi ia harus menghadapi dilema moral: apakah kemenangan layak dicapai dengan cara apa pun?
Novel ini akan memuat konflik epik, strategi perang yang mendetail, dan dinamika karakter yang mendalam. Setiap bab akan menghadirkan pertempuran sengit, perencanaan taktis, serta perkembangan karakter yang realistis dan emosional.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertempuran Terakhir di Dataran Kegelapan
Bab 12: Pertempuran Terakhir di Dataran Kegelapan
Ruangan besar itu bergemuruh lebih keras, seolah-olah tanah di bawah kaki mereka hendak terbelah. Makhluk yang muncul dari kegelapan adalah sebuah entitas raksasa yang tampak seperti amalgamasi dari bayangan dan kabut gelap. Tubuhnya memancarkan aura jahat yang kuat, mengaburkan setiap jejak cahaya di sekitarnya. Mata merahnya menyala seperti bara api, mengamati mereka dengan tatapan yang penuh kebencian.
Kael melangkah maju, memegang erat pedang Aether di tangannya. "Tidak ada jalan mundur," katanya dengan suara yang penuh keyakinan, meskipun perasaan cemas mengintai di balik kata-katanya.
Liora menarik busurnya dan menggenggam panah sihir yang berkilauan. "Kita harus menghentikan makhluk ini sebelum semuanya terlambat."
Finn, dengan wajah serius, mempersiapkan dirinya. "Kita tidak akan biarkan Dataran Kegelapan ini mengalahkan kita."
Makhluk besar itu mengangkat tangannya yang berbentuk bayangan dan mendekatkan diri mereka dengan gerakan yang begitu cepat, menyentuh tanah dengan kekuatan yang menggetarkan seluruh ruangan. Tiba-tiba, bayangan besar itu mengangkat tubuhnya, menciptakan pusaran kegelapan yang semakin besar, seolah ingin menyedot mereka ke dalamnya.
"Jaga jarak!" teriak Eldrin, melompat mundur dengan gerakan sigap. "Makhluk ini adalah manifestasi dari kekuatan kegelapan Morvath. Dia akan memanipulasi bayangan untuk menyerang kalian."
Tanpa ragu, Kael melangkah ke depan dan memimpin serangan pertama. Pedang Aether menyala terang, menciptakan cahaya yang memancar dalam jarak beberapa meter, memotong bayangan yang menghalangi jalan mereka. Namun, makhluk itu segera mengubah bentuknya, seakan menyatu dengan bayangannya, menghindari setiap serangan dengan kelincahan yang luar biasa.
Liora melepaskan panah cahaya, namun panah itu meleset, menembus udara kosong tanpa mengenai sasaran. "Dia terlalu cepat!" serunya, menyadari betapa sulitnya menyerang makhluk ini.
Kael mengerahkan lebih banyak energi pada pedangnya. "Finn, bantu aku!"
Finn mengangguk, kemudian mengaktifkan sihir petirnya. Sebuah sambaran petir besar keluar dari telapak tangannya, menyerang makhluk itu. Makhluk bayangan itu meliuk ke samping, menghindari sambaran petir dengan mudah, tetapi petir itu berhasil merobek salah satu dari bayangan tubuhnya.
"Tetap serang!" seru Eldrin. "Jangan biarkan dia punya kesempatan untuk menyerang balik!"
Kael dan timnya semakin mengerahkan seluruh kekuatan mereka. Kael mengayunkan pedangnya dengan gerakan cepat, setiap kali Aether menyentuh bayangan, energi cahaya yang sangat kuat terpancar keluar, menghancurkan sebagian besar bayangan yang ada. Liora menggunakan sihir cahaya untuk menciptakan jebakan cahaya yang menyelimuti makhluk itu, membuatnya terjebak dalam satu titik yang memungkinkan mereka untuk menyerang dengan lebih terarah.
Sementara itu, Finn melompat ke udara, memanipulasi energi petir di tangannya menjadi bola energi besar yang siap meledak. Dengan sebuah teriakan, bola petir itu dilepaskan menuju makhluk bayangan yang sedang terhimpit oleh serangan Kael dan Liora.
Ledakan besar terjadi, mengguncang ruangan dengan kekuatan dahsyat. Makhluk bayangan itu berteriak nyaring, tubuhnya bergetar hebat, dan sebagian besar bayangannya mulai menghilang. Namun, makhluk itu masih belum hancur sepenuhnya, dan tubuhnya tampak mulai menyatu kembali, lebih besar dan lebih menakutkan dari sebelumnya.
"Ini tidak akan berhenti begitu saja," kata Eldrin, menatap makhluk itu dengan ekspresi serius. "Morvath menggunakan makhluk ini sebagai ujian terakhir kita. Dia tahu kita semakin dekat dengan Relik Sang Pencipta."
Kael menggenggam pedangnya dengan erat, menatap makhluk yang semakin mengerikan di hadapannya. "Kita harus bertarung sampai akhir. Relik itu bukan hanya kunci untuk mengalahkan Morvath, tapi juga satu-satunya cara untuk mengakhiri kegelapan ini."
Liora memfokuskan sihirnya lebih dalam, menciptakan aura pelindung di sekitar mereka. "Jika kita bisa menghancurkan inti dari makhluk ini, kita bisa menghentikan semuanya."
Finn menatap Kael dengan tekad yang bulat. "Mari kita selesaikan ini."
Dengan serentak, mereka menggerakkan tubuh mereka, menyerang makhluk bayangan itu dari berbagai arah. Kael mengayunkan pedangnya dengan kekuatan yang lebih besar, sementara Liora melepaskan lebih banyak panah sihir yang memancarkan cahaya murni. Finn mengeluarkan sambaran petir yang lebih kuat, dan Eldrin menggunakan sihir untuk memperlambat pergerakan makhluk itu, membuatnya lebih rentan terhadap serangan.
Akhirnya, dengan satu serangan gabungan yang sangat kuat, pedang Aether menghantam inti makhluk bayangan itu, menghancurkan pusat kekuatannya. Makhluk itu berteriak dalam kesakitan, tubuhnya mulai runtuh dan menghilang dalam kegelapan.
Namun, meski makhluk itu hancur, kesunyian yang mencekam masih menyelimuti ruangan. Mereka tahu bahwa pertempuran ini belum berakhir.
"Eldrin," kata Kael dengan suara tenang, "kita hampir sampai. Relik itu tidak akan mudah didapatkan, kan?"
Eldrin mengangguk, matanya berbinar. "Relik itu memiliki kekuatan yang sangat besar. Tetapi, jika kalian bisa melewati ujian ini, kalian siap untuk mendapatkan kekuatan yang dapat mengalahkan Morvath."
Mereka berjalan maju, dengan hati yang penuh harapan namun juga penuh kewaspadaan. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat kepada tujuan mereka, tetapi juga lebih dekat pada kegelapan yang mengintai di balik setiap sudut Dataran Kegelapan.