Zayana, seorang aktris papan atas, ia mengalami kecelakan pada saat ia syuting di sebuah film aksi. secara dia merupakan seorang yang sangat profesional, ia dengan beraninya melakukan aksi berbahaya yaitu terjun dari sebuah gedung yang sangat tinggi. Sayangnya tali yang menahan beban tubuh Zayana tiba-tiba terputus begitu saja. dan langsung tubuh Zayana jatuh bebas dan tidak bisa di selamatkan lagi. Zayana mati di tempat pada saat itu juga.
dikarenakan Zayana memiliki Bakat yang hebat dan sebuah keburuntangan yang tak terbatas. ia bertransmigrasi dan hidup kembali ke dalam tubuh gadis di dalam buku novel yang terakhir ia baca sebelum ia mati. Ia menjadi pemeran pembantu dan hanya di Episode 5 di akan mati karena kebodohanya sendiri. dia bunuh diri karena pria yang ia cintai memiliki kekasih lain dan suaminya yang di jodohkan paksa tak pernah ia lihat sekalipun itu selalu mengabaikanya.
bahkan matipun tidak ada yang memperdulikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14
pagi hari keberangkatan mereka akhirnya tiba. Pada saat Ziven dan Ruby sampai di bandara, mereka berdua sudah di tunggu oleh Jenna. Jenna menepati janjinya yaitu datang lebih awal dari pada mereka berdua.
"kalian berdua lama sekali.."celetuk Jenna, mencoba untuk akrab dengan teman perjalanannya itu, karena ia takut perjalanannya akan tidak menyenangkan karena di temani oleh kedua orang yang selalu membuatnya kesal.
Namun ucapannya itu tidak di jawab oleh mereka berdua, Ziven hanya memandang Jenna sekilas langsung melewatinya, begitu juga Ruby, dia yang selalu mengekor di belakang Ziven. Langsung pergi begitu saja meninggalkan Jenna. Jenna sudah menebaknya, bahwa perjalanan ini tidak akan semudah yang ia pikirkan.
Tapi pada saat Jenna melihat wajah Ziven ia merasa ada yang berbeda darinya. *Ziven kenapa terlihat sangat pucat dan tidak bersemangat seperti itu ya? Aku rasa kemarin dia tidak terlihat seperti itu*batin Jenna di dalam hati. Namun lamunannya di patahkan saat melihat Ziven dan Ruby sudah berjalan jauh dari pandanganya.
"hey! Tungguin gue!"teriak Jenna berlari mengikuti mereka sambil menarik koper mini berwarna unggu miliknya.
Kini mereka bertiga sudah berada di dalam pesawat dan berada di first Class, pada saat itu Ruby tidak henti-henti berbicara di hadapan Ziven dan Jenna yang menyadari bahwa Ziven sekarang tidak baik-baik saja. Ia yang duduk jauh dari mereka mencoba menasehati Ruby untuk diam sejenak.
"Ruby? Apakah kamu tidak bisa diam? Aku sakit kepala mendengar suaramu"lirih Jenna mencoba mehentikan Ruby.
"CK! ZIVEN! LIHAT JENNA! DIA MENGHENTIKAN KU MENGHIBURMU! DIA BENAR-BENAR WANITA JAHAT!"teriak Ruby langsung mengagetkan Ziven yang sedari tadi tidak bersemangat itu. Raut wajahnya mulai menunjukan rasa kesal, urat di kepala dan tanganya mulai muncul, ia serasa ingin berteriak namun tidak sanggup. Karena tubuh dan kepalanya terasa berat.
"diam kalian! jika tidak aku akan mengusir kalian berdua dari sini"itu saja yang Ziven ucapkan sebelum ia berpindah tempat duduk, menjauh dari Ruby.
Ruby yang merasa bahwa ini semua di lakukan oleh Jenna ia memandangnya penuh dendam.
penerbangan pun di mulai, karena hanya keluar kota. Maka waktu yang di tempuh juga tidak lama. Sekitar 1 jam_an lebih.
Mereka bertiga yang memang keluar pagi sekali. Membuat mereka memilih untuk tidur sebentar, tapi yang terlelap hanyalah Ruby dan Ziven, Jenna yang susah tidur memilih untuk membaca buku novel kegemarannya.
Namun pada saat Jenna membaca buku, ia terkejut karena mendengar Ziven mengigau dan menggigil kedinginan. Ziven yang tadi berpindah tempat duduk. Ia memilih duduk di depan Ruby dan seberangan dengan Jenna.
Jenna yang penasaran, mencoba berdiri dan melihat kondisi sebenarnya Ziven. Karena sedari tadi ia memperhatikan, Ziven memang agak sedikit aneh.
Ia mendekat dan benar saja, Ziven sedang menggigil dan pada saat ia mengecek suhu tubuh Ziven. Jenna terkejut karena tubuh Ziven sangat panas.
"Astaga! Anak ini demam?"kaget Jenna dan mulai panik.
"apa yang harus saya lakukan. Ah pramugari!, pramugari?"teriak Jenna memanggil Pramugari.
"BERISIK!"teriak Ruby yang terbangun dari tidurnya karena teriakan Jenna. Ia tidak peduli apa yang membuat Jenna berteriak dan kembali tidur.
Jenna berusaha memanggil Pramugari di pesawat itu. Dan langsung ada seorang pramugari dengan cepat menghampiri Jenna.
"iya nona? Ada perlu apa?"tanya pramugari tersebut.
"obat! saya butuh obat untuk orang demam, teman saya sedang sakit sekarang!"pinta Jenna. Sambil ia mengambil selimutnya lagi untuk menyelimuti Ziven yang masih kedinginan walau sudah ada selimut yang ia pakai.
"saya juga butuh, alat kompresan untuk menghilangkan panas, cepat yah kak!"pinta Jenna berharap pramugari bergerak dengan cepat.
"baik kak! Tunggu sebentar"ucap pramugari tersebut langsung dengan cekatan menyiapkan semua yang di butuhkan oleh Jenna. Bahkan mereka membawa 2 selimut lagi untuk Ziven.
Dibawah perawatan Jenna, panas Ziven berangsur-angsur turun dan tidak lagi menggigil. Namun Jenna tau, ini tidak lah cukup, ia meminta pramugari, menghubungi tim kesehatan, pada saat mereka turun, mereka harus langsung membawa Ziven ke rumah sakit untuk di rawat.
Dan mereka pun menyetujui keinginan Jenna.
Sejam berlalu, akhirnya pesawat yang di tumpangi oleh mereka bertiga, mendarat dengan aman.
Ziven yang sedikit tersadar karena tubuhnya di angkat. Ia melihat sekilas, Ruby yang baru terbangun berteriak memanggil namanya dengan khawatir.
Malam pun tiba, kini Ziven sudah di bawa pulang, karena sudah dinyatakan sembuh. dia hanya perlu beristirahat saja di rumahnya. Mereka bertiga langsung memesan hotel terbaik di kota tersebut. Dan Ruby bersikeras sekamar dengan Ziven. dengan alasan nanti siapa yang akan menjaga Ziven jika Demam Ziven kambuh lagi di malam hari.
"pokoknya aku akan sekamar dengan Ziven. Aku khawatir jika demamnya kambuh lagi"ucap Ruby saat mereka sedang memesan kamar di depan resepsionis.
"oh oke"jawab singkat Jenna langsung mengambil kartu kamar yang lain. Dia tidak masalah sedikitpun dan dia benar-benar ingin beristirahat pada saat itu juga.
Namun pada saat ia ingin melangkah pergi ke kamarnya. ia di hentikan oleh Ziven.
"tunggu!"panggil Ziven, mehentikan Jenna.
"kamu memanggi saya?"tanya Jenna berbalik ke arah mereka berdua.
"iya, a_aku ingin kamu mengurus Ruby ke kamar yang lain, aku ingin tidur sendirian"ucap Ziven langsung meminta tambahan kamar lagi ke resepsionis.
"tapi ven!"rengek Ruby tidak terima.
"berhentilah berteriak Ruby. Aku benar-benar ingin sendiri"pungkas Ziven berharap Ruby berhenti merengek di hadapanya.
"hmp!, baiklah! Aku akan tidur di kamar yang lain, tapi jika ada apa-apa denganmu nanti, kamu harus lekas menghubungiku"ucap Ruby menatap penuh tekanan ke Ziven.
"iya iya"jawab Ziven cepat.
Sementara itu Jenna yang di hentikan oleh Ziven tadi menatap mereka tak percaya.
"jadi kamu menghentikan langkahku? Hanya untuk melihat kalian pasangan kekasih ini bermesraan di hadapanku? HAH!"ketus Jenna tak percaya.
"Bukan be_"
"cukup tuan Ziven! aku benar-benar kelelahan sekarang, jika kamu memintaku hanya untuk membawa kelasihmu ini ke kamarnya. Maka cepatlah berjalan, oh ya! Obat yang diresepkan dokter sudah aku beli dan aku taru di tas mu! Makan dan minumlah! Jangan terlau gila bekerja! TUAN PUTRI RUBY CEPAT IKUTI AKU!"potong Jenna, sudah merasa muak dan capek meladeni sepasang kekasih di hadapannya itu. Ia hanya ingin cepat-cepat masuk ke kamarnya.
Kedua resepsionis yang sedari tadi memperhatikan mereka, hanya bisa tekekeh dengan tingka Jenna yang menahan marah Sedari tadi.
*obat? apa tadi yang merawatku benar-benar dia?*batin Ziven menebak karena tidak mengetahui apapun pada saat ia sakit.
...****************...
...Bersambung...
😍😘