Setelah kedua orang tuanya meninggal, Amy pindah ke Bordeaux -sebuah kota Indah di Prancis, dan berteman dengan Blanche Salvator yang ternyata merupakan anak dari seorang Mafia paling di takuti bernama Lucien Beaufort.
Dengan wajah yang karismatik, mata biru dan rambut pirang tergerai panjang, Lucien tampak masih sangat muda di usia 35 tahun. Dan dia langsung tertarik pada Amy yang polos. Dia mendekati, merayu dan menggoda tanpa ampun.
Sekarang Amy di hadapkan pilihan : lari dari pria berbahaya yang bisa memberinya segalanya, atau menyerah pada rasa yang terus mengusiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tepati janji mu, Luce!
“Aku ikut!” pinta Amy.
“Non! Kau di rumah saja! Tunggu aku kembali!” ucap Lucien tegas. Dia mengambil dua buah pistol dari brangkasnya dan meletakkannya di belakang tubuhnya. Lalu mengambil senapan mesin yang cukup besar. Tak lupa, dia juga menyelipkan belati kecil di sepatunya.
“Tapi aku ingin ikut,” pinta Amy. Dia tidak tau siapa Felippe, tapi Amy ingin membantu Lucien jika sampai terjadi sesuatu pada Blanche.
“Ini bukan tentang ingin dan tak ingin!” sergah Lucien sambil berjalan cepat meninggalkan Amy.
Amy segera berlari untuk menyusulnya. Sebenarnya dia merasa sangat takut. Melihat Lucien begitu serius dan marah bahkan sampai mengambil senjatanya seperti ini. Entah siapa Felippe itu, mungkinkah dia musuh Lucien? Dan bagaimana dia bisa menangkap Blanche? Pasti semua gara-gara Blanche jalan sendirian tanpa penjagaan. Ternyata apa yang di khawatirkan Lucien memang benar, berbahaya sekali bagi Blanche untuk pergi sendirian atau hanya dengan teman-temannya.
“Bos! Semua sudah siap!” seorang lelaki botak dengan setelan jas hitam dan kaca mata hitam serta menyandang senapan mesin, tampak menunggu perintah dari Lucien.
“Ayo kita berangkat!” Lucien terus berjalan seolah tak memperdulikan Amy yang terus mengekorinya.
Lucien masuk ke dalam mobilnya, namun saat dia akan menutup pintu, Amy menahannya.
“Aku ikut! Ku mohon!” pintanya lagi.
Lucien mendengus keras, “masuklah!” ucapnya akhirnya –kalah pada rengekan Amy.
Dua mobil APV hitam berisi beberapa orang anak buah Lucien yang bersenjata lengkap, berjalan di depan. Lucien sendiri menggunakan mobil sedan hitam yang disupiri oleh anak buahnya dan ditemani Amy yang duduk di sampingnya.
Amy benar-benar panik, hingga tangannya gemetar hebat. Dia benar-benar merasa bersalah karena tidak pergi dengan Blanche dan Amanda dan malah tidur. Mungkin jika dia ikut, ceritanya akan sedikit berbeda, walaupun Amy juga tak yakin dia bisa mengubahnya.
“Tenanglah…” ucap Lucien. Entah sejak kapan, jemari kekar Lucien sudah menggenggam erat jemari Amy yang gemetar. “Akan aku pastikan, semuanya baik-baik saja!” ucapnya dengan keyakinan penuh.
Amy mengangguk.
“Oh iya,” Lucien mengambil pistol saku berukuran telapak tangan dari bawah jok mobilnya, mengeceknya sebentar lalu memberikannya pada Amy.
“Eh?” Amy bingung dan menatap Lucien lalu pistol mungil itu bergantian.
“Untuk jaga-jaga, tapi semoga kamu nggak pernah menarik pelatuknya,” ucap Lucien lagi.
Amy membeku, matanya terbelalak pada pistol yang saat ini tergeletak begitu saja di telapak tangannya. Pistol yang sangat mungil tapi terasa begitu berat dan dingin.
Lucien menarik pelan tangan Amy, mengajarinya cara memegang pistol mungil itu. “Kau harus tarik pelatuk ini, lalu arahkan pada sasaranmu, lalu tekan tuas ini dengan telunjukmu,” jelas Lucien sambil tangannya membimbing jemari-jemari mungil Amy agar lebih mengenal barang terlarang itu.
Amy hanya bisa memperhatikan sambil beberapa kali menelan salivanya.
“Sekarang simpan pistol ini, di area tersembunyi yang mudah kau jangkau,” lanjut Lucien dengan suara yang terdengar sangat tenang.
“Di-di mana?" bingung Amy. Dia seakan menjadi seorang aktris yang sedang syuting film action, padahal ini kejadian nyata, bukan naskah film –sama sekali!
“Kau bisa simpan di dalam kaos kakimu, di bagian dalam,” Lucien membungkuk dan menunjuk kaki Amy. Menarik ke atas ujung celana panjang Amy, lalu menyelipkan pistol itu di dalam kaos kaki bagian dalam, lalu menurunkan kembali celana panjang Amy.
“Ingat! Hanya gunakan saat situasi genting!”
“Si-situasi genting itu yang bagaimana?” gugup Amy.
“Ya situasi di mana nyawamu terancam dan aku tidak ada di sana untuk melindungimu,” jawab Lucien santai dengan senyum tipis mengembang.
“Tidak! Ka-kau harus melindungiku! Selalu melindungiku! Seumur hidupku!” pekik Amy dengan suara tercekik. Arti ucapan Lucien tentu saja membuat bulu kuduk Amy meremang. Maksudnya dia tak ada untuk melindungi Amy, mengandung arti Lucien tiada, kan? Tidak! Amy tidak berani membayangkannya.
Melihat ketakutan di wajah Amy, Lucien tersenyum lagi, bahagia sekali sepertinya dia padahal keadaan sedang kacau begini.
“Tenang lah sayang, debaran jantungmu bahkan sampai terdengar begitu keras!” Lucien mengusap lembut punggung Amy, lalu bergerak perlahan, mendekat dan berbisik, “mana mungkin aku tiada sebelum bisa memilikimu, ma chérie…”
Amy mengeratkan rahangnya, “tepati janjimu! Luce!”
Lucien terdiam saat mendengar Amy memanggil namanya, lalu dia tersenyum lagi, “pasti, sayang.”
......
Setelah melewati perjalanan sekitar tiga puluh menit, akhirnya mereka sampai di rumah Felippe. Rumah yang separuhnya ludes terbakar tapi masih berdiri kokoh.
Lucien turun dari mobilnya, diikuti beberapa anak buahnya, sedangkan Amy berjalan di urutan paling belakang dan di jaga ketat oleh anak buah kepercayaan Lucien yaitu si pria berkepala botak.
“Oh, monsieur Lucien Beaufort yang terhebat sudah datang…” ucap felippe dengan keceriaan yang di buat-buat.
“Di mana Blanche!” ucap Lucien singkat, dia bahkan sudah mengangkat tangan dan mencekik leher Felippe yang sangat gemuk dan berlipat-lipat itu.
“Oh,wow wow… tenanglah dulu, kenapa kau begitu marah? Memangnya aku melakukan kesalahan apa lagi kali ini?” Tanya Felippe dengan seringai yang sangat menyebalkan.
“Papa? Apa yang Papa lakukan pada Tuan Felippe!” Blanche berlari cepat mendekati Lucien dan menarik tangan Lucien agar melepaskan cengkramannya dari leher Felippe.
"Blanche? Kamu baik-baik saja?” kaget Lucien, laku dengan cepat menarik Blanche agar mendekat padanya.
“Aku baik-baik saja! Memangnya apa yang bisa terjadi disini!” kesal Blanche. Dia bahkan menatap sinis anak buah Papanya yang menenteng senjata api lengkap. “Kenapa Papa membawa orang-orang ini!” kesal Blanche.
“Papa pikir… kau di culik-“
“Tidak! Aku sedang main di rumah Mateo, dan dia adalah Ayah Mateo. Mereka orang baik! Kenapa Papa selalu berbuat seenaknya!”
“A-Ache… Papa…”
“Kenapa Papa selalu saja membuat aku kesulitan! Papa terlalu berlebihan, tau! Aku benci Papa” teriak Blanche sambil menghentakkan kakinya –kebiasaan sejak kecil jika sedang kesal pada Lucien.
Dengan berlari kencang Blanche berlari keluar dan Amy pun segera mengejarnya.
Felippe tersenyum senang, di sampingnya, Mateo pun tampak tersenyum penuh kemenangan. Tujuannya mendekati Blanche memang untuk membuat hubungan ayah dan anak itu renggang, sehingga Mateo bisa dengan mudah memanfaatkan kebodohan Blanche. Ternyata Lucien Beaufort sang mafia paling ditakuti itu tetap punya kelemahan, yaitu anak perempuannya dan tentu saja itu menjadi sasaran empuk untuk Felippe yang emang menyimpan dendam pada Lucien.
Lucien dengan wajah tak senang, mendekati Felippe dan Mateo, “dengarkan aku saat aku masih bicara baik-baik! Jangan sekali-kali berani mendekati putriku. Ada satu gores aja kulitnya terluka, aku pastikan kalian berdua tak akan bisa melihat mentari pagi!” ancam Lucien dengan tatapan tajam yang menakutkan.
Felippe menyeringai sambil mengangkat kedua tangannya, “mana berani aku melakukan itu… tapi kalau Blanche melakukan atas keinginanya sendiri, bagaimana mungkin aku melarangnya! Dia datang sendiri ke sini tanpa paksaan, Monsieur, hahahaha…”
Lucien mengambil pistol yang tersembunyi di belakang pinggangnya lalu menembak ke sebuah foto yang tergantung di dinding. Peluru yang di muntahkan pistol itu, bersarang tepat di dahi orang yang ada di foto yang tak lain adalah foto Felippe.
“Kalau sampai itu terjadi, percayalah, peluruku tidak akan bersarang di fotomu, tapi langsung menembus kepalamu! Ingat itu Felippe Ramos! Jangan main-main denganku!”
🤔🤔🤔🤔🤔
Semua akan indah pada waktunya..
Karma tidak akan salah tempat..
❤️❤️❤️❤️❤️
Jangan beri kesempatan pada lintah penghisap darah!!!
💪💪💪💪💪❤️❤️❤️❤️❤️